Dokumen tersebut membahas strategi pengembangan budaya inovasi di instansi pemerintah. Ada beberapa poin penting yang diangkat, yaitu: (1) membangun budaya organisasi harus dimulai dari membangun karakter manusia, (2) membentuk kebiasaan baik seperti kreativitas dan kerjasama tim, (3) menanamkan semangat berprestasi untuk mendorong inovasi berkelanjutan, dan (4) membangun organisasi sebagai komunitas pembel
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Membangun Budaya Inovasi untuk Melentingkan Kinerja Organisasi
1. Dr. Tri Widodo W. Utomo, MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi
Administrasi Negara LAN-RI
Disampaikan pada Webinar ASN Belajar Seri 24 dengan tema
“Strategi Pengembangan Inovasi Pelayanan Publik di Instansi Pemerintah”,
diselenggarakan oleh BPSDM Provinsi Jawa Timur
Surabaya, 23 Juni 2022
PEDULI
INOVATIF
INTEGRITAS PROFESIONAL
2. Prolog
“Budaya organisasi adalah pondasi untuk inovasi secara berkelanjutan.
Tugas pimpinan organisasi adalah membangun pondasi itu (budaya)”
3. 1. Membangun Budaya = Membangun Manusianya
Masamune dan Muramasa adalah ahli pedang
terbaik di Jepang, yang dipercaya hidup pada akhir
abad ke-13 M.
Keduanya terlibat persaingan untuk menentukan
siapa pembuat pedang yang lebih hebat. Dalam
sebuah versi, diceritakan bahwa masing-masing
pedang buatan Masamune dan Murasama dan
diletakkan di atas sungai untuk menguji kualitasnya.
Pedang Muramasa memotong semua yang
bersentuhan dengan bilahnya. Sebaliknya, pedang
Masamune hanya memotong daun yang
mengambang, dan memotong secara lembut.
Muramasa merasa menang karena pedangnya lebih
tajam, namun penilaian ada di tangan seorang
bhikku. Bhikkhu itu memutuskan bahwa kualitas
pedang Masamune lebih tinggi daripada milik
Muramasa, karena pedang Muramasa adalah
ciptaan yang jahat dan haus darah, karena pedang
itu memotong segalanya tanpa pandang bulu.
Pedang Masamune dan Pedang Muramasa adalah produk inovasi
teknologi yang paling canggih dimasanya, bahkan sampai
sekarang. Namun yang membedakan keduanya adalah
”pembuatnya”. Masamune membuat pedangnya didasari niat
tulus, dan tujuan untuk menghasilkan manfaat yang jelas.
Membangun MANUSIA yang berkarakter jauh lebih penting
dari pada sekedar menghasilkan INOVASI sebanyak mungkin.
5. 2. Membangun Budaya = Membangun Kebiasaan
INDEPENDENCE
1 - Be Proactive
2 - Begin with the End in Mind
3 - Put First Things First
INTERDEPENDENCE
4 - Think Win-Win
5 - Seek First to Understand,
then to be Understood
6 - Synergize
CONTINUOUS IMPROVEMENTS
7 - Sharpen the Saw
6. Seperti Stalagtit, setiap kita dibentuk oleh Kebiasaan
“We are what we repeatedly do. Excellence is not an act, but a habit” (Aristoteles)
Mengapa Mike Tyson bisa menjadi Juara Dunia pada usia 20 tahun (22-11-1986),
namun TIDAK menjadi Novelis kelas dunia seperti Andrea Hirata?
7. Kebiasaan sederhana untuk merangsang budaya kreatif
5 Habits 7 Habits 10 Habits
Know what stimulates your creativity Have silly ideas Imaginative play
Study creativity Be curious like a child Passion
Look at your environment at work & at home Connect the unconnected Daydreaming (whatiff-ing)
Be around people who are creative thinkers Think in possibilities Solitude
Keep an idea journal Embrace ambiguity Thinking differently
Use your personal experience Openness to experience
Trust your intuition Mindfulness
Sensitivity
Turning adversity to advantage
Intuition
10. No one left behind …
SOCIAL EXPERIMENT:
Perintah: Barangsiapa berlari paling cepat, ia akan
mendapatkan sekeranjang buah!
Respon: Bergandengan tangan, maju bersama, MENANG
BERSAMA, dan menikmati buah secara bersama
(OBONATO)
12. Reff
Reff
Reff
Reff.
.
.
.
All the shine of a thousand spotlights
All the shine of a thousand spotlights
All the shine of a thousand spotlights
All the shine of a thousand spotlights
All the stars we steal from the night sky
All the stars we steal from the night sky
All the stars we steal from the night sky
All the stars we steal from the night sky
Will never be enough
Will never be enough
Will never be enough
Will never be enough
Never be enough
Never be enough
Never be enough
Never be enough
Towers of gold are still too little
Towers of gold are still too little
Towers of gold are still too little
Towers of gold are still too little
These hands could hold the world but it'll
These hands could hold the world but it'll
These hands could hold the world but it'll
These hands could hold the world but it'll
Never be enough
Never be enough
Never be enough
Never be enough
Never be enough
Never be enough
Never be enough
Never be enough
For me
For me
For me
For me
Never, never
Never, never
Never, never
Never, never
Never
Never
Never
Never, never
, never
, never
, never
Never
Never
Never
Never, for me
, for me
, for me
, for me
For me
For me
For me
For me
Never enough
Never enough
Never enough
Never enough
Never enough
Never enough
Never enough
Never enough
Never enough
Never enough
Never enough
Never enough
For me
For me
For me
For me
14. Pelajaran dari Nokia dan Sony
Pemimpin perusahaan Sony mengundurkan
diri tahun 2005 karena mengalami keterpurukan
ekonomi, ribuan karyawannya diberhentikan. Sony
telah kehilangan kreativitas, motivasi, dan moral.
Nokia & Sony bukan hanya gagal dalam berinovasi, namun juga gagal dalam
membangun budaya organisasi yang solid & kompetitif.
Dalam pidato terakhir yang disampaikan oleh CEO
Nokia, Stephen Elop, dia mengatakan: “Kami tidak
melakukan kesalahan apapun, tapi entah
bagaimana kami kalah (gagal)”.
16. What Next? Bangun Organisasi Pembelajaran …
“Ekspektasi hidup perusahaan2 di
Eropa sekitar 12,5 tahun” (De Geus,
1997). TAPI …
Stora (perusahaan Swedia) telah
berumur sekitar 800 tahun.
Sumitomo (perusahaan Jepang)
telah berumur kira-kira 400 tahun.
Du Pont (perusahaan AS) kira-kira
telah berumur 195 tahun.
Pilkington (perusahaan Inggris) kira-
kira telah berumur 171 tahun.
MEREKA ADALAH ORGANISASI
PEMBELAJAR