1. i
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
PROSES PRODUKSI BERITA
DI TVRI STASIUN YOGJAKARTA
Diajukan untuk memenuhi persyaratan kelulusan
Mata kuliah Kuliah Kerja Lapangan
oleh :
Wahid Jalalludin A. 201151279
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2013
2. ii
LEMBAR PENGESAHAN
PROSES PRODUKSI BERITA
DI TVRI STASIUN YOGJAKARTA
oleh :
Wahid Jalalludin A. 201151279
Disetujui dan disahkan sebagai
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Kudus, ___________________ 2013
Dosen Pembimbing
______________________
NIDN.
3. iii
RINGKASAN
TVRI Stasiun D.I Yogyakarta merupakan TVRI
stasiun daerah pertama kali yang berdiri di tanah air, yakni
tahun 1965.Pertama berdiri di Yogyakarta berlokasi di Jalan
Hayam Wuruk, tepatnya saat TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta
dipimpin oleh Kepala Stasiun yang pertama yakni
IR.Dewabrata. Konon, untuk mendirikan Menara Pemancar,
dibangun dari bahan bambu. Selanjutnya, di tahun 1970
menara pemancar TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta menempati
lokasi baru di Jalan Magelang Km. 4,5 Yogyakarta, seluas 4
hektar, sampai dengan saat ini.
4. iv
KATA PENGANTAR
Dengan ini penulis mengucapkan puji syukur kehadirat
Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya,
sehingga penulis akhirnya dapat meyelesaikan laporan Kuliah
Kerja Lapangan dengan baik.
Maksud dan tujuan penyusunan Laporan Kuliah Kerja
Lapangan ini adalah untuk melengkapi persyaratan
mendapatkan nilai Mata Kuliah Kuliah Kerja Lapangan dari
Jurusan Teknik Informatika Universitas Muria Kudus.
Adapun penyusunan Laporan Kuliah Kerja Lapangan
ini berdasarkan data - data yang diperoleh selama melakukan
Kunjungan Kerja, data - data serta keterangan dari
pembimbing.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak
kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun
sangat penulis harapkan dan berharap semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Akhirnya, cukup sekian yang dapat penulis sampaikan
dan atas semua bantuannya saya ucapan banyak terimakasih.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih baik
.Amin.
Kudus, September 2013
Wahid Jalalludin A.
5. v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................... ii
RINGKASAN ................................................................ iii
KATA PENGANTAR ................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ..................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................. x
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................... 1
1.2. Maksud Penulisan ................................................. 4
1.3. Tujuan Penulisan ................................................... 4
BAB II : PROFIL PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Berdirinya TVRI ....................................... 5
2.2. Perkembangan TVRI .............................................. 7
2.2.1. Dewan Pengawas TVRI ....................................... 8
6. vi
2.2.2. Dewan Direksi LPP TVRI .................................... 9
2.3. Tujuan Penyiaran TVRI .......................................... 10
2.3.1. Tujuan & Sasaran.................................................. 10
2.4. Tugas TVRI sebagai TV Publik............................... 11
2.5. Arti Logo TVRI ....................................................... 11
2.5.1. Makna Logo ......................................................... 11
2.6. Sejarah TVRI stasiun Yogjakarta ............................ 13
2.6.1. Jabatan Kepala Stasiun TVRI Yogjakarta ............ 15
2.6.2. Struktur Organisasi TVRI Stasiun Yogjakarta ..... 16
2.6.3 Prestasi TVRI Stasiun Yogjakarta ......................... 18
2.7. Visi dan Misi TVRI Stasiun D.I. Yogjakarta .......... 20
2.7.1. Visi TVRI stasiunYogjakarta ............................... 20
2.7.2. MisiTVRI stasiunYogjakarta ................................ 20
2.8. Pola siaran TVRI Stasiun D.I. Yogjakarta ............... 22
2.9. Ruang Lingkup......................................................... 24
2.9.1. Jangkauan Siaran .................................................. 24
7. vii
2.9.2. Target Audiens ..................................................... 25
2.10. Fungsi Publik ........................................................ 26
2.11. Program Kerja TVRI ............................................. 26
2.12. Kunjungan ............................................................. 27
2.13.Kuliah Kerja Lapangan .......................................... 28
2.14. Cara Kerja Penyiaran TVRI Yogjakarta ............... 28
BAB III : PEMBAHASAN
3.1. Proses Produksi Berita ............................................ 29
3.1.1. Penyusunan Berita ................................................ 31
3.1.2. Etiket .................................................................... 31
3.1.3. Karakteristik Berita .............................................. 31
3.1.4. Jenis Informasi ..................................................... 32
3.2. Proses Pembuatan Berita ......................................... 32
3.2.1. Meliput Peristiwa ................................................. 32
3.2.2. Menentukan Narasumber dan Melakukan Wawancara
8. viii
............................................................................... 34
3.2.3. Pengambilan Gambar ........................................... 35
3.2.4. Penulisan naskah Berita ....................................... 35
3.2.4.1. Intro atau lead .................................................. 35
3.2.4.2. Badan Berita ...................................................... 35
3.2.4.3. Penutup Berita (Ending) ................................... 36
3.2.4.4. Dubbing ............................................................. 36
3.2.4.5. Unsur Grafik Dalam Berita ............................... 37
3.3. Streaming TVRI Yogyakarta .................................. 39
BAB IV : PENUTUP
4.1. Kesimpulan ............................................................. 40
4.1.1. Saran ..................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA .................................................. 28
9. ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Logo TVRI ................................................ 12
Gambar 2.2. Logo TVRI Yogjakarta ............................. 13
Gambar 2.3. Prestasi TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta ..... 18
Gambar 2.4. Pola Siaran TVRI Yogjakarta .................... 23
Gambar 3.1. Software Pinnacle ...................................... 30
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tabel Jabatan Kepala Stasiun ........................ 15
Tabel 2.2. Tabel Jangkauan Siaran TVRI Yogyakarta ... 25
11. 1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kemajuan Jaman kini menghadirkan Televisi dengan
keunikan berbeda dari media massa lain, baik elektonik
(radio) maupun media cetak (koran,majalah), karena selain
dapat dilihat (visual), media televisi juga dapat didengar
(audio). Televisi merupakan perpaduan antara tiga
komponen yang sering disebut trilogi televisi, yakni studio
televisi, pemancar (transmission), dan pesawat penerima
(receiver). Komponen tersebut yang membuat media
televisi dapat menayangkan informasi dari berbagai belahan
dunia.
Wahyudi (1984:1-2) dalam bukunya yang berjudul
jurnalistik televise mengungkapkan bahwa televisi bermula
dari ditemukannya Electrise Telescope sebagai perwujudan
gagasan seorang mahasiswa Berlin, Paul Nipkow untuk
mengirim gambar melalui udara dari suatu tempat ke
tempat lain. Hal tersebut terjadi antara tahun 1883 -1884.
Tanpa mengurangi peranan para ahli lain yang saat itu juga
melakukan penelitian serupa, seperti Le Blanc, Brillouin,
Dussand di Paris, Heinrich Herz di Jerman, maka Paul
Nipkow dengan penemuannya “Nipkow Disk ” atau “Jantra
Nipkow” mempunyai kelebihan dan wajar bila dunia
mengakuinya sebagai”Bapak Televisi”.
Setelah perjalanan panjang, dunia pertelevisian
dikenal istilah “ jurnalistik televisi”. Dari istilah tersebut
kemudian muncul berbagai program acara televisi, salah
satunya adalah program berita(News).
12. 2
Dikutip dari pusat pemberitaan TVRI dalam
Dokumen TVRI (1965:1) berita dapat didefinisikan sebagai
setiap fakta yang akurat atau suatu ide yang dapat
menarik perhatian dari sejumlah orang . Definisi lain,
diungkapkan oleh Soewardi Idris dalam buku Jurnalistik
Televisi (1987:142) berita merupakan laporan yang tepat
waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik
atau hal penting atau kedua – duanya bagi masyarakat luas.
(Idris, 1987)
Masih banyak para ahli jurnalistik lain yang
memberikan pengertian tentang berita, namun hampir semua
berpendapat bahwa unsur yang di kandung dalam berita
meliputi cakupan dari kedua pendapat diatas. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa berita adalah suatu
fakta atau ide atau opini aktual yang menarik dan akurat
serta dianggap penting bagi khalayak.
Pusat Pemberitaan TVRI dalam websitenya
www.TVRIJOGJA.com mengenai sejarah TVRI dijelaskan
kemunculan stasiun televisi di Negara Republik Indonesia
diawali dengan gagasan para cendikia yang dipimpin oleh
R.M. Sunarto, bertujuan untuk mengabarkan peristiwa -
peristiwa kenegaraan kepada rakyat. Sesuai dengan nama
Negara Republik Indonesia, stasiun televisi tersebut bernama
Televisi Republik Indonesia (TVRI). TVRI dibangun pada
tanggal 23 Oktober 1961. Pendirian ini berkenaan dengan
peristiwa ASIAN GAMES IV dan mulai dioperasikan saat
meliput upacara peringatan detik – detik Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1962.
Sejak saat itu pula TVRI menjadi stasiun pusat pemberitaan.
13. 3
TVRI mulai memperluas jangkauan siar, salah
satunya di Daerah Istimewa Yogyakarta, yang dikenal dengan
sebutan TVRI Yogya. TVRI Yogya merupakan bagian dari
pemberitaan dengan jangkauan wilayah Daerah Istimewa
Yogjakarta, dan sebagian wilayah propinsi Jawa Tengah,
yakni Kabupaten Magelang, Temanggung, Wonosobo,
Klaten, Sebagian Purworejo, Karanganyar dan Boyolali.
Sebagai stasiun pemberitaan, TVRI Yogyakarta
senantiasa menerapkan kode etik jurnalistik dalam
pelaksanaan tugas jurnalismenya. Dalam penyajian acara
berita, TVRI Yogja selayaknya memberikan informasi terbaru
di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Pada program
pemberitaan terbagi dua, yaitu Yogyawarto dan Berita Jogja.
Yogyawarto adalah program berita yang disajikan
dengan pengantar bahasa jawa, penayangan pada pukul
15.00 WIB selama 30 menit. Sedangkan Berita Jogja adalah
program berita yang disajikan menggunakan pengantar
Bahasa Indonesia, dengan penayangan hari Senin - Jumat
pada pukul 17.00 WIB selama 60 menit. Sedangkan hari Sabtu
- Minggu pada jam yang sama selama 30 menit.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL)
di TVRI Yogjakarta karena TVRI Yogjakarta merupakan
stasiun televisi yang telah lama berdiri yakni sejak tahun
1964, dan memiliki peranan besar dalam mengembangkan
daerah Yogjakarta lewat media. Dalam pelaksanaan KKL ,
penulis berkesempatan masuk pada bagian pemberitaan serta
mendapatkan penjelasan tentang siaran streaming TVRI
Yogjakarta di daerah – daerah lain sekitar Yogjakarta.
14. 4
1.2. Maksud Penulisan
Laporan Kuliah Pengenalan Lapangan ini memiliki
beberapa tujuan, diantaranya:
1. Memenuhi nilai mata kuliah Kuliah Kerja Lapangan pada
semester 5 tahun akademik 2013/2014
2. Menambah pengetahuan dan informasi tentang dunia
pertelevisian
1.3. Tujuan Penulisan
Mengetahui proses produksi berita pada studio TVRI
stasiun Yogyakarta.
Mengetahui bagaimana cara kerja penyiaran acara-
acara melalui televisi.
15. 5
BAB II. PROFIL PERUSAHAAN
2.1.Sejarah Berdirinya TVRI
Dalam rangka menyambut penyelenggaraan ASIAN
GAMES IV tahun 1961, maka pemerintah memutuskan untuk
membangun stasiun televisi di Jakarta. Oleh karenanya
dibentuklah panitia persiapan pembangunan stasiun televisi
yang terdiri dari sembilan orang dimana R.M. Soenarto
bertindak sebagai ketua. Pada tanggal 23 Oktober 1961
diambillah keputusan akhir mengenai pendirian stasiun televisi
sekaligus digunakannya peralatan dari Nippon Electronica
Corporation( NEC ) Jepang.
Siaran perdana sebagai siaran percobaan disiarkan
pada tanggal 17 Agustus 1962 berupa siaran khusus liputan
tentang upacara peringatan detik - detik Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia. Disusul kemudian dengan
penayangan pembukaan ASIAN GAMES IV pada tanggal 24
Agustus 1962 yang kemudian dilanjutkan siaran-siaran secara
teratur dengan nama Biro Radio dan Television Organizing
Committee ASIAN GAMES IV, sekaligus merupakan hari jadi
berdirinya Televisi Republik Indonesia (TVRI).
Melalui Kepres RI No. 215 tahun 1963 maka
dibentuklah yayasan tersendiri dengan nama Yayasan Televisi
Republik Indonesia. Penyesuaian pada tahun 1968 dilantik
Direktorat Jendral Radio, Televisi dan Film Departemen
Penerangan RI.
Perluasan jangkauan TVRI terus ditingkatkan guna
menggali, mengangkat serta mengembangkan potensi dari
16. 6
suatu daerah. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan
kebijakan untuk mendirikan stasiun penyiaran daerah di
beberapa wilayah di Indonesia dalam kurun waktu 1962 -
1999, yakni TVRI Jakarta (1962), TVRI Yogyakarta (1965),
TVRI Medan (1970), TVRI Ujung Pandang (1972), TVRI
Banda Aceh (1973), TVRI Palembang (1974), TVRI Denpasar
(1978), TVRI Surabaya (1978), TVRI Manado (1978), TVRI
Bandung (1987), TVRI Samarinda (1993), TVRI Ambon
(1993), TVRI Semarang (1996), dan TVRI Padang (1997),
Selanjutnya dengan adanya pemekaran wilayah di
beberapa propinsi di Indonesia, maka saat ini jumlah Stasiun
TVRI di Indonesia mencapai 27 buah yakni :
1. TVRI Stasiun Nanggroe Aceh Darussalam
2. TVRI Stasiun Sumatera Utara
3. TVRI Stasiun Sumatera Barat
4. TVRI Stasiun Sumatera Selatan
5. TVRI Stasiun Riau
6. TVRI Stasiun Bengkulu
7. TVRI Stasiun Jambi
8. TVRI Stasiun Lampung
9. TVRI Stasiun Jawa Barat
10. TVRI Stasiun Jawa Tengah
11. TVRI Stasiun Jawa Timur
12. TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta
13. TVRI Stasiun Sulawesi Selatan
14. TVRI Stasiun Sulawesi Utara
15. TVRI Stasiun Sulawesi Tengah
16. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara
17. TVRI Stasiun Kalimantan Timur
18. TVRI Stasiun Kalimantan Barat
17. 7
19. TVRI Stasiun Kalimantan Tengah
20. TVRI Stasiun Kalimantan Selatan
21. TVRI Stasiun Bali
22. TVRI Stasiun Maluku
23. TVRI Stasiun NTT
24. TVRI Stasiun Papua
25. TVRI Stasiun NTB
26. TVRI Stasiun Gorontalo
27. TVRI Stasiun DKI
28. TVRI Stasiun Sulawesi Barat
2.2.Perkembangan TVRI
Semula TVRI berada di bawah Yayasan sejak tahun
1962, kemudian tahun 1965 dibawah Direktorat Televisi
Departemen Penerangan. Selanjutnya tahun 1970 di bawah
Direktorat Jendral Radio, Televisi, dan setelah dibubarkannya
DEPPEN pada tanggal 16 Oktober 1999, maka pada tanggal 7
Juni 2000 melalui Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2000
yang ditandatangani oleh Presiden Abdurrahman Wahid,
TVRI telah resmi menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan).
Pada pemerintahaan Megawati melalui PP No. 9
Tahun 2002, tertanggal 17 April 2002 TVRI diubah menjadi
Perseroan Terbatas (PT). Dengan beralihnya TVRI menjadi
PT berarti struktur organisasinya secara otomatis mengalami
perubahan dengan menyesuaikan prinsip - prinsip operasional
sebuah perusahan. Selanjutnya Pemerintah mengeluarkan
Undang - Undang Penyiaran nomor 32 tahun 2002 yang
menempatkan TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik,
selanjutnya , melalui PP no. 13 tahun 2005, tertanggal 18
Maret 2005, TVRI diubah menjadi Lembaga Penyiaran Publik
18. 8
dan sejak tanggal 24 Agustus 2006 telah ditetapkan Jajaran
Direksi LPP TVRI oleh Dewan Pengawas LPP TVRI.
Jika dibuat skema, maka sejarah status TVRI adalah :
1. 1962 : Yayasan TVRI
2. 1965 : Direktorat dibawah Deppen.
3. 2001 : Perjan PP No.36/Th.2000 (Depkeu, BKN)
4. 2002 : PT (Persero) PP No.9/Th.2002 (Depkeu, BKN,
Menneg BUMN, Menneg Kominfo)
5. 2005 : TV Publik – UU No.32/Th.2002,
PP.11/Th.2005, PP.No.13/Th. 2005 Tgl.18-3-05
6. 2006 : Maret, Dewas TVRI terpilih Mei, dikukuhkan
23 Agustus 2006, Direksi terpilih 24 Agust 2006,
Pkl.14.00 WIB Direksi dilantik oleh Dewas TVRI
7. Dewas Periode 2011 – 2016, dikukuhkan 9 Januari
2012 Jam 10.00 wib
2.2.1 Dewan Pengawas TVRI
Adapun Dewan Pengawas TVRI tersebut terdiri atas:
1. Indrawadi Tamim, Ph.D;
2. Dra. Immas Sunarya, M.M
3. Elprisdat
4. Bambang Soeprijanto
5. Akhmat Sofyan, S.Sos
19. 9
2.2.2 Dewan Direksi LPP TVRI
Dewan Direksi LPP TVRI terdiri atas :
1. Direktur Utama : Dr. Farhat Syukri, SE. M.Si
2. Direktur Program dan Berita :Irwan Hendarmin, S.Kom
3. Direktur Teknik :Ir. Erina Herawaty C. Tobing, M.Sc
4. Direktur Keuangan :Drs. Eddy Machmudi Effendi, MA
5. Direktur Umum :Drs. Tribowo Kriswinarso
6. Direktur Pengembangan dan Usaha :Erwin Aryanantha S,
SE, MM
Sehubungan dengan perubahaan status tersebut, kini
TVRI semakin ditantang untuk mulai mandiri khususnya
dalam memproduksi acara, karena anggaran dari negara untuk
penyelenggaraan produksi siaran televisi sangat terbatas.
20. 10
2.3.Tujuan Penyiaran TVRI
Memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak
dan jati diri bangsa yang beriman dan bertaqwa, mencerdaskan
kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam
rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil
dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran
Indonesia.
(Pasal 3 UU No.32/Th.2002, tentang Penyiaran)
2.3.1. Tujuan & Sasaran
Terciptanya program yang menarik.
Terjalinnya kerjasama yang saling menguntungkan.
Meningkatnya kualitas SDM khususnya pada
penguasaan teknologi informasi.
TVRI menjadi pusat sarana pembelajaran sekolah dan
luar sekolah.
Meningkatnya sistem dan prosedur pada TVRI.
Meningkatnya kemampuan Stasiun Penyiaran Daerah.
Terciptanya pemancar yang berkualitas dan
berteknologi tinggi.
Meningkatnya jangkauan siaran.
21. 11
2.4.Tugas TVRI Sebagai TV Publik
Memberikan pelayanan informasi, pendidikan,
hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial serta
melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan
masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran televisi yang
menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
( Pasal 4 PP. No.13 Th.2005)
2.5.Arti Logo TVRI
2.5.1.Makna Logo
Secara simbolis, bentuk logo ini menggambarkan
“Layanan publik yang informatif, komunikatif, elegan dan
dinamis“ dalam upaya mewujudkan visi dan misi TVRI
sebagai TV Publik yaitu media yang memiliki fungsi control
dan perekat social untuk memelihara persatuan dan kesatuan
bangsa.
Bentuk lengkung yang berawal pada huruf T dan
berakhir pada huruf I dari huruf TVRI membentuk huruf ”P”
yang mengandung 5 ( lima ) makna layanan informasi dan
komunikasi menyeluruh, yaitu P sebagai huruf awal dari kata
PUBLIK yang berarti “ memberikan layanan informasi dan
komunikasi kepada masyarakat dengan jangkauan nasional
dalam upaya ikut mencerdaskan kehidupan bangsa”
1. P sebagai huruf awal dari kata PERUBAHAN yang
berarti ” membawa perubahan ke arah yang lebih
sempurna ”
22. 12
2. P sebagai huruf awal dari kata PERINTIS yang berarti
” merupakan perintis atau cikal bakal pertelevisian
Indonesia ”
3. P sebagai huruf awal dari kata PEMERSATU yang
berarti ” merupakan lembaga penyiaran publik yang
mempersatukan bangsa Indonesia yang tersebar di
Bumi Nusantara yang sangat luas dan terdiri atas
ribuan pulau”
4. P sebagai huruf awal dari kata PILIHAN yang berarti
”menjadi pilihan alternatif tontonan masyarakat
Indonesia dari berbagai segmen dan lapisan
masyarakat”
Bentuk elips dengan ekor yang runcing dan dinamis
melambangkan komet yang bergerak cepat dan terarah serta
bermakna gerakan perubahan yang cepat dan terencana
menuju televisi publik yang lebih sempurna.Bentuk tipografi
TVRI memberi makna elegan dan dinamis, siap
mengantisipasi perubahan dan perkembangan jaman serta
tuntutan masyarakat.Warna BIRU mempunyai makna elegan,
jernih, cerdas, arif, informatif dan komunikatif. Perubahan
warna jingga ke warna merah melambangkan sinar atau
cahaya yang membawa pencerahan untuk ikut bersama
mencerdaskan kehidupan bangsa serta mempunyai makna :
Semangat dan dinamika perubahan menuju ke arah yang lebih
sempurna.
Gambar 2.1 Logo TVRI
23. 13
Khusus untuk TVRI Stasiun D.I Yogyakarta, dibawah
logo tersebut dicantumkan identitas lokal, yakni kata Jogja
seperti yang tercantum dalam tulisan Jogja Never Ending Asia,
yang berupa tulisan tangan Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Hal ini mengandung makna sebagai penghormatan terhadap
Kraton Yogyakarta sebagai pusat budaya dan cikal bakal
pengembangan wilayah DIY serta untuk turut
mempromosikan icon wisata DIY baik di kancah regional,
nasional dan internasional. Hal lain lagi, bahwa dengan
pencantuman tulisan Jogja ini, diharapkan TVRI Jogja mampu
menjalankan visi dan misinya selaku TV Publik yang
mempunyai kepedulian dan keberpihakan terhadap publik
DIY.
Gambar 2.2 Logo TVRI Yogjakarta
2.6.Sejarah TVRI Stasiun Yogjakarta
TVRI Stasiun D.I Yogyakarta merupakan TVRI
stasiun daerah pertama kali yang berdiri di tanah air, yakni
tahun 1965.Pertama berdiri di Yogyakarta berlokasi di Jalan
Hayam Wuruk, tepatnya saat TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta
dipimpin oleh Kepala Stasiun yang pertama yakni
IR.Dewabrata. Konon, untuk mendirikan Menara Pemancar,
dibangun dari bahan bambu. Selanjutnya, di tahun 1970
menara pemancar TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta menempati
24. 14
lokasi baru di Jalan Magelang Km. 4,5 Yogyakarta, seluas 4
hektar, sampai dengan saat ini.
Siaran perdana TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta pada
tanggal 17 Agustus 1965 adalah menyiarkan acara pidato
peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI ke-20 oleh Wakil
Gubernur D.I. Yogyakarta, Sri Paduka Paku Alam VIII.
Karena faktor topografis berupa pegunungan di daerah
Gunung Kidul maupun di Kulonprogo, sebelum tahun 2009
terdapat beberapa daerah yang belum dapat menerima siaran
TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta, Untuk memberikan layanan
yang optimal, maka pada awal November 2008 dibangun
tower pemancar di daerah Bukit Pathuk, Gunung Kidul guna
memperluas jangkauan siarannya.
25. 15
2.6.1. Jabatan Kepala Stasiun TVRI Yogjakarta
Sejak didirikan TVRI Stasiun D.I Yogyakarta sampai
dengan saat ini telah dilakukan beberapa kali pergantian
jabatan Kepala Stasiun yaitu sebagai berikut :
Tabel Jabatan Kepala Stasiun
NO NAMA PERIODE
1. Ir. Dewabrata 1965 – 1971
2. R.M. Soenarto 1971 – 1975
3. Drs. Darjoto 1975 – 1983
4. M. Djaslan, B.A 1983 – 1985
5. Drs. Ishadi SK, M.Sc 1985 – 1988
6. Drs. Semyon Sinulingga 1988 – 1990
7. Drs. Suryanto 1990 – Juli 1995
8. Drs. Bakaroni A.S. Agustus – Desember 1995
9. Sunjoto Suwarto Januari 1995 – 1998
10. Drs. Pudjatmo 1998 – 2000
11. Drs. Sutrimo MM, M.Si 2000
12. Drs. Sudarto HS 2000 – 2003
13. Drs. Bambang Winarso M.Sc 2003 – 2007
14. Drs. Tribowo Kriswinarso 2007 – 2009
15. Drs. Tri Wiyono Somahardja, MM 2009 – 2010
16. Dwie Mahenny, SH, M.Si 2010 – 2012
17. Drs. Eka Muchamad Taufani, ME. Sy 2013 - sekarang
Tabel 2.1
26. 16
2.6.2.Struktur Organisasi TVRI Stasiun Yogjakarta
Sesuai aturan Direksi LPP TVRI
NO.155/PRT/DIREKSI-TVRI/2006, maka struktur
kelembagaan TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta yang tergolong
dalam TVRI Tipe A, maka mempunyai struktur sebagai
berikut :
TVRI STASIUN D.I. YOGYAKARTA LPP TVRI
1. KEPALA STASIUN:
EKA MUCHAMAD TAUFANI, Drs.
2. GM. PROGRAM DAN PENGEMBANGAN
USAHA:MUDJIANTO, Drs., MM.
3. Mgr. PROGRAM :
MARYANTA, SE.
4. Mgr. PENGEMBANGAN USAHA :
BUDI SANTOSO, SH.
5. GM. BERITA : -
6. Mgr. PRODUKSI BERITA :
MOCH. ARIF MISGIANTO, S.PT.
7. Mgr. CURRENT AFFAIRS DAN SIARAN OLAH
RAGA :
AGUS KISMADI, Ir.
8. KEPALA BAGIAN KEUANGAN:
SUPOMO, BSc.
9. KEPALA SUBBAGIAN PERBENDAHARAAN :
SURATA, SE.
10. KEPALA SUBBAGIAN AKUNTANSI:
TOTOK SUBROTO, SE.
11. GM. TEKNIK:
MISKIDI, Drs.
12. Mgr. TEKNIK PRODUKSI DAN PENYIARAN :
27. 17
ALAM ZAKIR
13. Mgr. TEKNIK TRANSMISI :
RESTU SUSILARSO, S.Pd, S.PT.
14. Mgr. FASILITASI TRANSMISI :
SUMEDI, S.PT.
15. KEPALA BAGIAN UMUM :
YANI RAHMANTI, Dra.
16. KEPALA SUBBAGIAN SUMBER DAYA
MANUSIA :
HARY SUSANTO, SH, MM.
17. KEPALA SUBBAGIAN PERLENGKAPAN :
DEWANTA, S.Sos., MM.
28. 18
2.6.3. Prestasi TVRI Stasiun Yogjakarta
Beberapa penghargaan yang pernah di raih oleh TVRI
Stasiun D.I Yogyakarta diantaranya adalah :
Gambar 2.3. Prestasi TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta
29. 19
Setelah TVRI Nasional menjadikan Riset Media AC
Nielsen untuk memonitor siarannya, maka TVRI Stasiun D.I.
Yogyakarta menjadi salah satu Stasiun televisi yang menjadi
obyek risetnya diantara berbagai stasiun TVRI lainnya. Dalam
hal ini, prestasi yang diraih berkaitan dengan Riset AC Nielsen
ini adalah bahwa pada bulan April 2006, TVRI Stasiun D.I
Yogyakarta memperoleh channel share terbaik diantara
Stasiun TVRI Se Indonesia yakni 4,9 point. Ketidakterbukaan
AC Nielsen dalam perolehan dan pengolahan data, karena
tidak mau diaudit, maka menjadikan TVRI Stasiun D.I.
Yogyakarta memutuskan untuk berhenti berlangganan Riset
AC Nielsen. Meskipun begitu, TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta
memperoleh rating share 1,7 karena ada peristiwa
meninggalnya mantan Presiden RI, Soeharto Januari 2008.
Sampai sekarang perolehan rating share masih lebih baik
sekitar 2,4 bila dibanding dengan TVRI daerah lain di
Indonesia.
30. 20
2.7.Visi Dan Misi TVRI Stasiun D.I. Yogjakarta
2.7.1.Visi TVRI Stasiun Yogyakarta
Terwujudnya TVRI D.I Yogyakarta sebagai media
Televisi Publik yang independen, profesional, terpercaya dan
pilihan masyarakat DIY , dalam keberagaman usaha dan
program yang ditujukan untuk melayani kepentingan
masyarakat dalam upaya memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan masyarakat, dan melestarikan nilai
budaya yang berkembang di DIY dalam rangka memperkuat
kesatuan nasional melalui jejaring TVRI Nasional.
2.7.2.Misi TVRI Stasiun D.I. Yogjakarta
Mengembangkan TVRI Stasiun D.I Yogyakarta
menjadi media perekat sosial sekaligus media
kontrol sosial yang dinamis.
Mengembangkan TVRI Stasiun D.I Yogyakarta
menjadi pusat layanan informasi yang utama
serta menyajikan hiburan yang sehat dengan
mengoptimalkan potensi daerah dan kebudayaan
yang tumbuh dan berkembang di DIY.
Memberdayakan TVRI Stasiun D.I Yogyakarta
menjadi pusat pembelajaran demokratisasi dan
transparansi informasi dalam rangka mewujudkan
masyarakat madani.
Memberdayakan TVRI Stasiun D.I Yogyakarta
sebagai Televisi Publik yang bertumpu pada
keseimbangan informasi dengan tetap
memperhatikan komunitas terabaikan.
31. 21
Memberdayakan TVRI Stasiun D.I Yogyakarta
menjadi media untuk membangun citra positif
DIY sebagai pusat budaya, pendidikan dan
pariwisata ditingkat nasional, regional maupun di
dunia internasional melalui jejaring TVRI
Nasional.
32. 22
2.8.Pola Siaran TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta
Sejak awal dioperasikannya TVRI Stasiun D.I
Yogyakarta, pola siaran yang mengacu pada pola siaran TVRI
Nasional , disebut pola acara terpadu. Hal ini dikarenakan
TVRI dibawah salah satu manajemen penyiaran, sehingga
stasiun TVRI daerah harus mengikuti pola acara terpadu dari
Pusat.
Acara yang diproduksi TVRI Stasiun D.I.Y disebut
pola acara harian.Pola acara harian disusun berdasarkan pola
acara tahunan dari TVRI Pusat Jakarta.Setelah diterima oleh
TVRI Stasiun D.I.Y pola acara tersebut disebut pola acara
tahunan. Hal ini berarti pola acara tahunan TVRI Stasiun
D.I.Y merupakan hasil kombinasi antara pola acara Pusat
dengan daerah. Karena sistematis ini wajib, maka siaran relay
dari Pusat pasti selalu ada.Disamping itu apabila terjadi
kekosongan produksi siaran, stasiun TVRI daerah bisa
langsung merelay dari TVRI Nasional.
Pada 1 Januari 2013 TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta
mempunyai jatah siaran selama 4 jam.Waktu ini diberikan
oleh TVRI Nasional untuk lebih memberikan porsi yang
memadai bagi stasiun daerah.Dengan memulai waktu siaran
secara lokal dari pukul 15.00 wib dan diakhiri pada pukul
19.00 wib dalam kondisi normal.Akan tetapi kalau ada hal –
hal diluar ketentuan, maka siarannya bisa ditambah, seperti
ada liputan khusus, even – even atau gelar budaya (wayang
kulit) dll. Diluar jam tersebut maka siarannya mengikuti acara
dari TVRI Nasional (relay).
34. 24
2.9.Ruang Lingkup
2.9.1. Jangkauan Siaran
Jangkauan siaran TVRI stasiun D.I.Y meliputi seluruh
propinsi DIY dan sebagian wilayah propinsi Jawa Tengah,
yakni Kabupaten Magelang, kota Magelang, Temanggung,
Wonosobo,sebagian Klaten, Sebagian Purworejo, sebagian
Karanganyar.
Tempat dan Jumlah penduduk di Jawa Tengah dan
DIY pada April 2010, yang bisa menangkap dengan baik
siaran TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta adalah sebagai berikut :
Tabel Jangkauan Siaran TVRI Yogyakarta
NO TEMPAT JIWA
1 KOTA MAGELANG 120.000
2 KAB. MAGELANG 1.440.000
3 TEMANGGUNG 696.000
4 PURWOREJO 709.000
5 BATANG 694.000
6 WONOSOBO 760.000
7 BANJARNEGARA 885.000
8 PURBALINGGA 777.650
9 BANYUMAS 1.752.846
10 BLORA 884.490
11 BOYOLALI 935.768
12 KARANGANYAR 813.000
35. 25
13 SRAGEN 860.000
14 WONOGIRI 1.005.000
15 SURAKARTA 534.540
16 SUKOHARJO 810.000
17 KODYA YOGYAKARTA 536.409
18 KAB. BANTUL 855.115
19 KAB. SLEMAN 953.849
20 KAB. KULONPROGO 393.067
21 GUNUNG KIDUL 719.050
Tabel 2.2
Mengingat faktor keberadaan peralatan baru yang
sudah dilengkapi dengan TVRO dan penurunan kualitas
peralatan pemancar lama yang ada di Jalan Magelang, maka
pada 10 Maret 2010 ditetapkan bahwa Saluran 8 VHF hanya
mendampingi program siaran lokal dan selebihnya hanya
dipancarkan 22 UHF dari bukit Patuk Gunung Kidul.
2.9.2. Target Audiens
Acara-acara stasiun televisi ditujukan kepada seluruh
lapisan masyarakat propinsi DIY dan sebagian masyarakat
Jawa Tengah yang tercakup dalam jangkauan siaran TVRI
Stasiun D.I. Yogyakarta. Oleh karenanya desain program
TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta tidak mengenal istilah Prime
Time, sebab dari realita di lapangan, kapanpun suatu acara
ditayangkan, asalkan bagus dan berkualitas, ia akan tetap
mendapat tempat dihati pemirsa. Sehingga kenyataan ini
mematahkan anggapan bahwa pukul 7 hingga 9 malam adalah
36. 26
waktu prime time penayangan acara unggulan suatu acara
Televisi. Bulan Juli 2007, Tim Universitas Kristen Duta
Wacana Yogyakarta melakukan penelitian kecil dengan
menyebar angket secara acak pada 100 warga di DIY.Dari
angket ini diperoleh hasil bahwa 64 orang atau 64 persen
warga DIY masih melihat TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta.
Meski penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan penelitian
lain yang lebih kompresensif, karena pada realitanya masih
banyak warga DIY yang menyukai tayangan TVRI Stasiun
D.I. Yogyakarta.
2.10. Fungsi Publik
Sebagai stasiun televisi yang bervisikan budaya,
pendidikan dan kerakyatan, maka TVRI Stasiun D.I.
Yogyakarta berusaha untuk ikut lebur bersama dinamika
kehidupan masyarakat. Untuk itu, selain melalui acara-acara
talkshow yang memberi ruang luas bagi pemirsa untuk ikut
menyuarakan aspirasinya, kita juga memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas di TVRI
Stasiun D.I. Yogyakarta untuk kegiatan pendidikan, seni
budaya, serta kegiatan ekonomis.
2.11.Program Kerja TVRI :
1. Pembenahan Struktur Organisasi
2. Pembenahan citra TVRI dan budaya kerja
organisasi
3. Reevaluasi menyeluruh terhadap acara berita
maupun non berita
4. Peningkatan acara – acara baru menjadi tontonan
yang menarik
5. Promosi program – program unggulan
37. 27
6. Peningkatan pelayanan kepada mitra melalui
promosi dan pemasaran.
7. Peningkatan kualitas SDM di bidang teknik,
marketing, program, berita, keuangan dan
pelayanan.
8. Kerjasama produksi dan penyiaran dengan
berbagai Departemen / Lembaga Pemerintah dan
non Pemerintah.
9. Peningkatan sistem dan prosedur tata kelola
perusahaan.
10. Peningkatan tertib administrasi pengelolaan
penerimaan & pengeluaran dana.
11. Peningkatan daya pemancar.
12. Revitalisasi sarana & prasarana yg ada terutama di
daerah Perbatasan NKRI.
13. Peningkatan kemampuan Stasiun Penyiaran
daerah.
2.12. Kunjungan
Disamping memberikan kesempatan untuk melakukan
PKL dan penelitian, maka TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta juga
membuka kesempatan kepada lembaga pendidikan untuk
mengadakan kunjungan dan studi banding.Kegiatan ini bisa
dimanfaatkan oleh lembaga pendidikan dari TK sampai
dengan Perguruan Tinggi dan juga lembaga – lembaga
pendidikan non formal.Pelaksanaan kunjungan dimaksudkan
untuk memperkenalkan dan mendekatkan TVRI Stasiun D.I.
Yogyakarta kepada khalayak.
38. 28
2.13.Kuliah Kerja Lapangan
Penulis baru – baru ini melaksanakan Kuliah Kerja
Lapangan di Televisi Republik Indonesia (TVRI) stasiun
Yogjakarta. Penulis masuk pada beberapa bagian. Bagian
pertama penulis masuk ke salah satu Studio yang biasanya di
gunakan untuk acara talkshow, bagian kedua penulis masuk ke
ruang editor berita.
Penulis dan semua peserta Kuliah Kerja Lapangan
berjalan mengelilingi kantor TVRI Yogja dengan pemandu
Bapak Anang Wiharyanto selaku Wakil Divisi Humas
setelah sebelumnya mendapat briefing & beberapa informasi
tentang TVRI Yogjakarta. Selain itu, Penulis bertemu dengan
beberapa pegawai di Ruang Editor berita yang sedang
mengedit berita untuk siaran berita malam.
2.14. Cara Kerja Penyiaran TVRI Yogyakarta
Pada awalnya TVRI Yogyakarta mengudara 3x dalam
1 minggu yang masing – masing berdurasi 2 jam.Pada saat itu
jangkauan siaran masih terbatas pada area yang dapat
dijangkau pemancar VHF berkekuatan 10 Kw, begitu pula
format siarannya masih hitam putih. Namun pada tahun 1973,
TVRI Yogyakarta telah mulai melakukan siaran setiap hari.
Siaran produksi lokal TVRI Yogyakarta tiap harinya mencapai
3 hingga 5 jam dan tahun 1974 memulai yaitu Doraemon,
setelah dikumulasikan dengan penyiar terpadu dari TVRI
Stasiun Pusat Jakarta.
39. 29
BAB III : PEMBAHASAN
3.1.Proses Produksi Berita
Kata kunci untuk memproduksi atau membuat
program adalah ide & gagasan.ide & gagasan inilah yang
kemudian diwujudkan melalui produksi.
Proses menyiarkan berita cukup rumit. Hal ini
disebabkan tim yang terlibat cukup banyak. Reporter, juru
kamera (lightingman) maupun juru suara (soundman) biasanya
adalah kerabat kerja yang ditugaskan di lapangan untuk
meliput berita.Para kerabat kerja yang telah berhasil meliput
suatu peristiwa berbobot berita di suatu tempat, belumlah
selesai, mereka harus bekerja untuk memprosesnya lagi
setelah berada di studio. Reporter adalah juga seorang
Produser bagi produksi berita yang ia liput, ia jualah yang
bertanggung jawab untuk memproses hasil liputan tersebut
sekembalinya ia ke studio dari tempat liputan.
Pada tahap awal, ada dua pendekatan yang dapat
dilakukan oleh reporter untuk mengolah hasil liputan.
Pendekatan pertama, ia dapat menyusun atau menulis naskah
berita terlebih dahulu. Seorang reporter harus memiliki
beberapa pertimbangan khusus:
1. Data yang ia kumpulkan dilapangan cukup memadai
untuk disusun sebagai sebuah berita.
2. Gambar visual yang direkam oleh juru kamera cukup
banyak sehingga dapat memenuhi durasi untuk berita
yang akan disusun oleh reporter yang bersangkutan.
Juru kamera akan membuat Shots List Reporter akan
dapat mengetahui gambar apa yang akan
memvisualisasikan komentar berita tersebut.
40. 30
Setelah dua pertimbangan tersebut, maka ia sudah
dapat memulai untuk menyusun berita yang ia liput. Mengenai
durasi lebih baik dibuat oleh reporter, ini perlu
dikoordinasikan dengan editor-in-chief atau kepala redaksi,
sesuai dengan kebutuhan secara total dari durasi bulletin
berita. Biasanya sebuah berita berdurasi antara 1 hingga 2, 30
menit.
Pendekatan kedua adalah mendampingi tape editor
atau penyunting gambar untuk menyunting gambar hasil
liputan di lapangan. Sebenarnya, penyunting gambar dapat
bekerja sendiri, tanpa harus di damping oleh reporter. Tetapi
perlunya reporter mendampingi penyunting gambar, maka
tidak menuntut kemungkinan bahwa alur berita yang disusun
oleh reporter tersebut tidak sesuai atau “ jumping ”. Yakni, apa
yang diuraikan oleh reporter kedalam naskah berita disisipi
soundbite yang isinya tidak sesuai dengan perihal yang
diungkapkan di dalam komentar.
Dalam proses produksi ini TVRI Yogyakarta
menggunakan software Pinnacle Studio untuk mengedit berita.
Gambar 3.1 Software Pinnacle
41. 31
3.1.1.Penyusunan berita:
Topik dan judul harus menarik
Data lengkap
Perhatikan aturan kebahasaan sehingga berita
enak dibaca, pemaparannya harus bagus --logis,
runtut, kalimat efektif, tidak rancu/ambigu
3.1.2.Etiket
Mengapa tidak menggunakan kata „etika‟?
Karena sebenarnya kata “etika” itu ditujukan untuk
„ilmu yang memperlajari tentang etiket”
Penulisan berita tidak vulgar
Hindari berita tendensius dan berbau SARA --
berita tendensius adalah berita yang
menyudutkan seseorang tanpa adanya suatu
bukti (biasanya terjadi pada media audio/visual,
karena editor koran lebih disiplin soal bahasa
dibanding dengan televisi)
3.1.3.Karakteristik berita:
Penting bagi masyarakat
Aktual
Khas/unik
Mengandung “human interest”
Kedekatan (“proximity”) secara geografis dan
psikologis
“Name make news” --berita tentang orang-
orang terkenal lebih menarik masyarakat
Kekuatan berita (magnitudo)
Tren
42. 32
3.1.4. Jenis informasi:
Konferensi pers berita dikontrol langsung oleh
narasumber
Hasil investigasi/verifikasi
Interpretasi dari kondisi yang sudah ada
3.2. Proses Pembuatan Berita
3.2.1. Meliput peristiwa
Reporter TVRI Jogja meliput peristiwa berdasarkan
topik yang dibuat oleh penanggung jawab bagian
pemberitaan. Topik tersebut ditempel pada papan sebagai
arahan reporter dalam mencari berita. Tidak ada keharusan
reporter mengambil topik yang telah disiapkan karena topik
tersebut hanyalah panduan jika reporter tidak memiliki ide
untuk liputannya.
Reporter bekerjasama menjadi satu tim dengan
kameraman. Dalam peliputan media televisi, keduanya tak
terpisahkan karena komponen tayangan berita adalah narasi
dan gambar. Sebelum reporter dan kameraman melakukan
liputan, keduanya melakukan diskusi mengenai informasi
yang akan diliput .Diskusi tersebut berisi konfirmasi
narasumber, lokasi peristiwa, ataupun gambar yang akan
diambil sebagai pelengkap. Dengan adanya diskusi akan
memudahkan keduanya jika salah satu hal masih belum
ada kejelasan, contohnya narasumber tiba - tiba tidak bisa
diwawancara ataupun terjadi hambatan dalam pengambilan
gambar. Reporter dituntut bekerja cepat mencari
alternative informasi atau narasumber lain. Reporter harus
43. 33
memiliki banyak link dengan narasumber baik di
pemerintahan maupun masyarakat umum. Hal ini akan
memudahkan jika sewaktu - waktu dimintai konfirmasi
menanggapi suatu permasalahan.
Dalam sehari reporter dituntut untuk meliput dua
informasi yang akan dijadikan berita. Hal tersebut berkenaan
dengan target siaran TVRI Yogyakarta yakni 14 hingga 16
item berita. Berita dapat dicari dimana saja namun ada
beberapa tempat yang bisa dijadikan alternative, salah
satunya di gedung anggota dewan karena ada agenda rutin
yang terpasang serta materi bahasannya. Reporter dapat
memperluas jaringan dengan wartawan media lain karena
dapat membantu jika terjadi kekurangan data atau saling
mengkonfirmasi ketika ada informasi yang diliput.
Reporter TVRI Jogja mendapat hak istimewa dalam
melakukan peliputan di ruang publik. Karena kredibilitasnya
sebagai stasiun milik pemerintah serta kedisiplinan kode
etik jurnalistik, narasumber dari pihak pemerintah akan
mudah untuk dimintai konfirmasi.
Reporter harus menyusun pertanyaan yang akan
diajukan serta memahami benar informasi yang akan
diliput. Hal tersebut untuk memudahkan reporter
mengembangkan pertanyaan. Untuk menambah pengetahuan
tentang topik yang akan diliput bisa melalui browsing di
internet ataupun membaca Koran. Ketika dihadapkan dengan
liputan tiba - tiba, contohnya kecelakaan, pemboman,
penangkapan bandar narkoba, dan lainnya, reporter harus
sigap menyusun pertanyaan, serta mencari narasumber yang
berkompeten.
44. 34
3.2.2. Menentukan Narasumber dan Melakukan
Wawancara
Dalam menggali informasi dibutuhkan narasumber
sebagai penguat dan saksi mata. Narasumber bisa dari
korban, pelaku, keluarga, tetangga yang melihat langsung
ataupun berkompeten dimintai konfirmasi. Narasumber
juga bisa dari para ahli ataupun masyarakat yang menanggapi
masalah tersebut. Reporter harus menguasai teknik
wawancara. Sebuah wawancara harus berlangsung terarah
dan tepat sehingga informasi yang dibutuhkan dapat
keluar dari narasumber secara maksimal. Reporter selaku
pewawancara harus mampu mengembangkan pertanyaan
dari jawaban narasumber. Jika narasumber keluar dari arah
pertanyaan, reporter diperbolehkan mengulangi pertanyaan.
Namun seorang reporter tidak diperbolehkan terlalu sibuk
dengan pertanyaannya dan terkesan overacting. Hal tersebut
akan menghilangkan sudut balance dari sebuah informasi.
Manfaat dilakukan sebuah wawancara adalah
penonton secara psikologis dapat merasakan dan memahami
permasalahan yang ada dengan melihat langsung wajah
narasumber. Reporter harus mampu mengambil moment
dimana orang yang diwawancarai mengeluarkan jiwanya dan
mampu memberikan dampak dramatis.
45. 35
3.2.3. Pengambilan Gambar
Setelah melakukan wawancara dan melengkapi
data, reporter berdiskusi dengan kameraman tentang gambar
yang dibutuhkan. Reporter menjadi produser di lapangan
dan kameraman sebagai sutradaranya. Dalam pengambilan
gambar reporter dituntut untuk secara jelas mengarahkan
gambar yang dibutuhkan. Jika terjadi kekurangan gambar,
dapat ditambah dengan gambar lain dari data sebelumnya
yang berhubungan dengan tetap mencantumkan tanggal
gambar diambil.
3.2.4. Penulisan naskah Berita
Kegiatan yang dilakukan setelah melakukan
peliputan adalah menulis naskah. Dalam penulisan naskah,
terbagi atas tiga bagian yaitu lead / intro berita, badan
berita, dan penutup.
3.2.4.1.Intro atau lead.
Merupakan rangkuman dari seluruh unsure
terpenting dari suatu berita. Pada bagian inilah reporter
harus memuat fakta yang penting yang sebisa mungkin
mengandung unsur 5 W, yaitu what, where, when, why,
who. Intro berfungsi untuk menarik perhatian penonton agar
menyimak berita tersebut dari awal hingga selesai.
3.2.4.2.Badan Berita
Merupakan rangkaian penjabaran dari lead yang
ada. Narasi pada badan berita harus dibuat secara berurutan.
Hal tersebut bertujuan agar berita yang disajikan mudah di
pahami penonton. Dalam menulisbadan berita struktur
46. 36
penceritaan berita tidak meloncat -loncat. Setiap
perkembangan fakta atau informasi harus diselesaikan
sesuai alurnya baru setelah itu pindah ke alur berikutnya.
3.2.4.3.Penutup Berita (Ending).
Untuk membuat ending sebuah berita, reporter
harus mengacu kepada intro atau lead yang telah dibuat.
Penutupan harus terkait dengan awal cerita guna menjaga
keutuhan cerita. Penutup berita harus disajikan secara baik,
tajam, tegas, dan kuat sehingga berita yang disajikan dapat
dipahami secara keseluruhan.
3.2.4.4. Dubbing
Mengisi suara (dubbing) untuk paket reporter (cut
spot) dapat dilakukan dengan dua cara.
Cara yang pertama adalah dengan merekam suara
reporter terlebih dahulu sebelum menyunting gambar
dimulai.Tahapannya adalah setelah naskah selesai disusun
oleh reporter lalu diserahkan kepada editor-in-chief (kepala
redaksi) untuk dikoreksi.Setelah itu, reporter, redaktur, atau
writer (penulis) menulis naskah yang telah diperbaiki
(rewriting) dan naskah pun siap untuk dibacakan.Reporter
seringkali juga diminta menyiapkan pita kaset untuk merekam
suaranya.Jika semuanya suah siap semua, reporter menuju
ruang penyuntingan gambar dan minta kepada mereka untuk
menyiapkan rekaman suara melalui pita kaset yang sudah
disediakan oleh reporter.Apabila tahap ini selesai, reporter bisa
meminta kepada penyunting gambar tersebut untuk
menyunting gambar hasil liputan sebagi visualisasi dari
komentar reporter yang baru saja direkam. Langkah ini
akanlebih baik, karena suntingan gambar, akan dapat
47. 37
menyesuaikan isi berita yang baru saja direkam oleh reporter
tersebut. Jika tidak sesuai, maka sebaiknya juru kamera
membuat shot list yang beisikan jenis jenis shot dan uraian
kegiatan yang berhasil direkam. Jika dibuat skema, maka
tahapan kerja tersebut menjadi sebagai berikut.
Cara yang kedua yakni dengan merekam suara secara
langsung pada gambar yang sudah disunting kemudian
membuat naskah komentarnya. Jika langkah kedua ini yang
ingin ditempuh, maka ia hanya baru bisa mengisi suara
(voicing over atau dubbing) setelah naskah dikoreksi oleh
editor-in-chief dan gambar yang telah selesai disunting. Untuk
selanjutnya proses perekaman sama dengan proses pertama
yaitu ditangani oleh penyunting gambar. Jadi sekali lagi cara
kedua inimemiliki kelemahan, terutama dalam hal sinkronisasi
antara gambar dan komentar, demikian terhadap durasinya.
3.2.4.5 Unsur Grafik Dalam Berita
Grafik dapat dimanfaatkan sebagai bagian dalam
penyajian berita.Pemakaian grafik sebagai bagian dalam
penyajian berita. Pemakaian grafik sebagai nuansa lain
dalam memberikan ilustrasi penyajian gambar adalah ide
yang baik. Pemirsa seringkali merasa bosan dengan
selalu melihat gambar-gambar orisinal bergerak dalam
visualisasi berita.Penempatan grafik apakah dalam
bentuk membuat penyajian jauh lebih menarik daripada
hanya terdiri dari gambar utama saja.
Grafik dapat membantu menjelaskan fakta yang
divisualkan pada saat yang bersamaan sama halnya
dengan naskah komentar saat menguraikan peristiwa.
Satu hal yang perlu diingat apabila kita menggunakan
48. 38
grafik yaitu biarkan tulisan grafik tersebut berada agak
lama dilayar untuk memberikan kesempatan pemirsa
membaca hingga seluruhnya terbaca dalam kecepatan
sedang.
Artinya kecepatan membaca yang diperkirakan dapat
dilakukan oleh sebagian besar pemirsa adalah patokan
lamanya sebuah tulisan berada di layar televisi. Hal lain
yang perlu diingat adalah komentar yang ditulis reporter
tidak boleh lagi melakukan pengulangan terhadap apa
yang sudah ditulis dalam grafis, kecuali memberikan
ulasan yang lebih bersifat umum untuk memberikan
kesempatan membaca grafis kepada pemirsa. Gambar-
gambar dokumentasi juga dapat dimanfaatkan sebagai
background sejauh masih memiliki keterkaitan dengan
berita yang sedang disunting.
49. 39
3.3. Streaming TVRI Yogjakarta
Teknologi multimedia melalui Internet semakin
berkembang secara online.Perkembangan coding dan decoding
untuk gambar maupun suara juga semakin meningkat seiring
dengan bertambahnya kecepatan komputer.Istilah streaming
sudah sering kita dengar.Tapi, seperti apakan streaming
sebenarnya? Apakah streaming hanya sekadar menonton
siaran hiburan atau mendengar radio melalui Internet saja?
Pastinya ada banyak hal yang perlu dipelajari mengenai
teknlogi yang satu ini.
Streaming sebenarnya adalah proses pengiriman data
kontinu alias terus-menerus yang dilakukan secara broadcast
melalui Internet untuk ditampilkan oleh aplikasi streaming
pada PC (klien). Paket – paket data yang dikirimkan telah
dikompresi untuk memudahkan pengirimannya melalui
Internet.
Kenapa disebut streaming? Stream berasal dari bahasa
Inggris stream yang artinya sungai. Proses streaming bisa
diibaratkan seperti aliran air di sungai yang tak pernah terputus
kecuali jika sumber mata airnya mengering. Seperti aliran air
di sungai, aliran data streaming dilakukan tanpa ada interupsi
dan dilakukan secara kontinyu hingga datanya habis, artinya
telah selesai dikirim dan ditampilkan dalam PC si pengguna.
Saat ini TVRI Stasiun Yogjakarta juga menggunakan
teknologi streaming,walaupun mungkin jarang sekali di
gemari oleh pengguna internet, alamat streaming TVRI
Stasiun Yogjakarta adalah
http://www.tvri.co.id/index.php/layanan/live-streaming
50. 40
BAB IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
Tidak cuma soal kepemimpinan dan kekurangan
biaya seperti yang paling sering dikemukakan
selama ini, tetapi sungguh suatu kompleksitas
masalah yang melilit. TVRI menghadapi masalah
sajian acara yang tidak menarik sehingga
ditinggalkan oleh khalayaknya, tampilan dan
kualitas program, kekurangan sarana teknis,
ketinggalan teknologi, dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil pengamatan singkat ketika
berkunjung ke stasiun TVRI Yogyakarta, kondisi
peralatan yang digunakan di TVRI Yogyakarta
belum memenuhi standar peralatan penyiaran
4.1.1. Saran
Setelah mengikuti Kuliah Kerja Lapangan dan
mengetahui kondisi sebenarnya di TVRI Yogja, dalam
kesempatan ini penulis mencoba memberikan beberapa
saran yang mungkin bisa digunakan untuk kemajuan TVRI
Yogja, yakni sebagai berikut :
Saat ini TVRI masih memiliki banyak keterbatasan
dalam menghadapi penyiaran dengan menggunakan
teknologi digital (streaming) , seperti perangkat
penyiaran dan tenaga SDM. Sehingga perlunya
perencanaan strategis yang sangat ketat untuk
tercapainya realisasi pelaksanaan penyiaran
51. 41
berteknologi digital tersebut. Untuk itu TVRI perlu
mengikuti perkembangan Teknologi.
Perekrutan tenaga SDM yang berusia muda, karena
diharapkan dengan adanya tenaga SDM yang masih
berusia muda bisa memberikan ide dan gagasan yang
lebih fresh sehingga dapat memberikan sajian acara
yang lebih menarik.
52. 42
DAFTAR PUSTAKA
Wahyudi , JB. 1985. Jurnalistik Televisi
Tentang dan Sekitar Siaran Berita TVRI. Bandung:
ALUMNI
Idris, Suwardi. 1987. Jurnalistik Televisi. Bandung:
Remadja Karya Morissan. 2008. Jurnalistik Televisi
Mutakhir . Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Pusat Pemberitaan TVRI. 2003. Monitor TVRI.
Jogjakarta: TVRI Jogja
www.TVRI JOGJA.com,
Pusat Pemberitaan TVRI.1965. Dokumen
TVRI.Jogjakarta:TVRI Jogja
http://www.tvri.co.id/index.php/layanan/live-
streaming, 9 – 15 – 2013
Struktur TVRI Yogyakarta,
http://www.tvri.co.id/index.php/perihaltvri/struktur,
9 – 15 – 2013
http://www.tvri.co.id/index.php/perihaltvri/visi-misi,
9 – 15 – 2013
http://anangwiharyanto.wordpress.com, 9 – 16 –
2013
TVRI Yogyakarta - Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas