SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 24
BAB I

                               PENDAHULUAN




A. Latar Belakang

      Seandainya dalam semua segi, setiap orang sama seperti kebanyakan atau
   bahkan semua orang lain, kita bisa tahu apa yang diperbuat seseorang dalam
   situasi tertentu berdasarkan pengalaman diri kita sendiri. Kenyataannya, dalam
   banyak segi, setiap orang adalah unik, khas. Akibatnya yang lebih sering terjadi
   adalah kita mengalami salah paham dengan teman di kampus, sejawat di kantor
   tetangga atau bahkan dengan suami/istri dan anak-anak dirumah. Kita terkejut
   oleh tindakan di luar batas yang dilakukan oleh seseorang yang biasa dikenal alim
   dan saleh, dan masih banyak lagi.

      Oleh karena itu, kita membutuhkan sejenis kerangka acuan untuk memahami
   dan menjelaskan tingkah laku diri sendiri dan orang lain.kita harus memahami
   defenisi dari kepribadian itu, bagaimana kepribadan itu terbentuk. Selain itu kita
   membutuhkan teori-teori tentang tingkah laku, teori tentang kepribadian agar
   tembentuk suatu kepribadian yang baik. Sehingga gangguan-gangguan yang biasa
   muncul pada kepribadian setiap individu dapat dihindari.

B. Rumusan Masalah

      Adapun rumsan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:

   1. Bagaimana konsep-konsep kepribadian?

   2. Menjelaskan jenis-jenis gangguan kepribadian.

C. Tujuan Penulisan

      Tujuan penulisan makalah ini adalah

   1. Untuk memahami konsep-konsep kepribadian.




                                                                                   1
2. Untuk memahami jenis-jenis gangguan kepribadian.

D. Sistematika Penulisan

      Adapun sistematika penulisan makalah ini, yaitu:

  1. Pendahuluan

  2. Pembahasan

  3. Penutup




                                                         2
BAB II

                               PEMBAHASAN




A. Defenisi Kepribadian

       Kata “kepribadian” (personality) sesungguhnya sesungguhnya berasal dari
   kata latin: pesona. Pada mulanya kata personaini menunjuk pada topeng yang
   biasa digunakan oleh pemain sandiwara di zaman romawi dalam memainkan
   perannya. Lambat laun, kata persona (personality) berubah menjai satu istilah
   yang mengacu pada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh individu dari
   kelompok masyarakat, kemudian individu tersebut diharapkan bertingkah laku
   berdasarkan atau sesuai dengan gambaran sosial yang diterimanya.

       Kepribadian (Allport, 1971) adalah organisasi-organisasi dinamis dari
   sistem-sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya
   yang unik/khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

       Karena tiap-tiap kepribadian adalah unik, maka sukar sekali dibuat
   gambaran yang umum tentang kepribadian. Yang dapat kita lakukan adalah
   mencoba mengenal seseorang dengan mengetahui struktur kepribadiannya.
   Struktur kepribadian ini dapat diketahui melalui pemeriksaan terhadap sejarah
   hidup, cita-cita, dan persoalan-persoalan yang dihadapi seseorang.




B. Pembentukan Kepribadian

       Mengenai pengalaman-pengalaman yang ikut membentuk kepribadian, kita
   dapat membedakannya dalam dua golongan :

   1. Pengalaman yang umum, yaitu yang dialami oleh tiap-tiap individu dalam
       kebudayaan tertentu. Pengalaman ini erat hubungannya dengan fungsi dan
       peranan seseorang dalam masyarakat. Misalnya, sebagai laki-laki atau wanita
       seseorang mempunyai hak dan kewajiban tertentu. Beberapa dari peran itu



                                                                                3
dipilih sendiri oleh orang yang bersangkutan tetapi masih tetap terikat pada
    norma-norma masyarakat, misalnya jabatan atau pekerjaan. Meskipun
    demikian, kepribadian seseorang tidak dapat sepenuhnya diramalkan atau
    dikenali hanya berdasarkan pengetahuan tentang struktur kebudayaan
    dimana orang itu hidup. Hal ini disebabkan karena :

     a. Pengaruh kebudayaan terhadap seseorang tidaklah sama karena
         medianya (orang tua, saudara, media massa dan lain-lain) tidaklah sama
         pula pada setiap orang. Setiap orang tua atau media massa mempunyai
         pandangan dan pendapatnya sendiri sehingga orang-orang yang
         menerima pandangan dan pendapat          yang berbeda-beda itu akan
         berbeda-beda pula pendiriannya.

     b. Tiap individu mempunyai pengalaman-pengalaman yang khusus, yang
         terjadi pada dirinya sendiri.

2. Pengalaman yang khusus, yaitu yang khusus dialami individu sendiri.
    Pengalaman ini tidak tergantung pada status dan peran orang yang
    bersangkutan dalam masyarakat.

    Pengalaman-pengalaman yang umum maupun yang khusus di atas memberi
pengaruh yang berbeda-beda pada tiap individu-individu itu pun merencanakan
pengalaman-pengalaman tersebut secara berbeda-beda pula sampai akhirnya ia
membentuk dalam dirinya suatu stuktur kepribadian yang tetap (permanen).
Proses integrasi pengalaman-pengalaman ke dalam kepribadian yang makin lama
makin dewasa, disebut proses pembentukan identitas diri.

    Proses pembentukan identitas diri harus melalui berbagai tingkatan. Salah
satu tingkat yang harus dilalui adalah identifikasi, yaitu dorongan untuk menjadi
identik (sama) dengan orang lain, misalnya dengan ayah, ibu, kakak, saudara,
guru, dan sebagainya. Pada masa remaja, tahap identifikasi ini dapat
menyebabkan kebingungan dan kekaburan akan peran sosial, karena remaja-
remaja cenderung mengidentifikasikan dirinya dengan beberapa tokoh sekaligus,
misalnya dengan ayahnya, bintang film kesayangannya, tokoh politik favoritnya




                                                                               4
dan sebagainya. Kalau kekaburan akan peranan sosial ini tidak dapat dihapuskan
   sampai remaja itu menjadi dewasa, maka besar kemungkinannya ia akan
   menderita gangguan-gangguan kejiwaan pada masa dewasanya. Karena itu
   penting sekali diusahakan agar remaja dapat menentukan sendiri identitas dirinya
   dan berangsur-angsur melepaskan identifikasinya terhadap orang-orang lain
   untuk akhirnya menjadi dirinya sendiri.




C. Teori-Teori Kepribadian

      Ada empat teori kepribadian utama yang satu sama lain tentu saja berbeda,
   yakni teori kepribadian psikoanalisis, teori-teori sifat (trait), teori kepribadian
   behaviorisme, dan teori psikoligi kognitif.

  1. Teori Kepribadian Psikoanalisis

            Dalam mencoba mamahami sistem kepribadian manusia, Freud
      membangun model kepribadian yang saling berhubungan dan menimbulkan
      ketegangan satu sama lain. Konflik dasar dari tiga sistem kepribadian tersebut
      menciptakan energi psikis individu. Energi dasar ini menjadi kebutuhan
      instink individu yang menuntut pemuasan. Tiga sistem tersebut adalah id,
      ego, dan superego.

            Id bekerja menggunakan prinsip kesenangan, mencari pemuasan segera
      impuls biologis; ego mematuhi prinsip realita, menunda pemuasan sampai
      bisa dicapai dengan cara yang diterima masyarakat, dan superego (hati
      nurani;suara hati) memiliki standar moral pada individu. Jadi jelaslah bahwa
      dalam teori psikoanalisis Freud, ego harus menghadapi konflik antara id
      ( yang berisi naluri seksual dan agresif yang selalu minta disalurkan) dan super
      ego (yang berisi larangan yang menghambat naluri-naluri itu). Selanjutnya ego
      masih harus mempertimbangkan realitas di dunia luar sebelum menampilkan
      perilaku tertentu.




                                                                                    5
Namun, dalam psikoanalisis Carl Gustav Jung, ego bukannya
    menghadapi konflik antara id dan superego, melainkan harus mengelola
    dorongan-dorongan yang datang dari ketidak sadaran kolektif (yang berisi
    naluri-naluri yang diperoleh dari pengalaman masa lalu dari masa generasi
    yang lalu) dan ketidaksadaran pribadi yang berisi pengalaman pribadi yang
    diredam dalam ketidaksadaran. Berbeda dengan Freud, Jung tidak
    mendasarkan teorinya pada dorongan seks.

           Bagi erikson, misalnya meskipun ia mengakui adanya id, ego, dan
    superego, menurutnya, yang terpenting bukannya dorongan seks dan bukan
    pula koflik antara id dan superego. Bagi Erikson, manusia adalah makhluk
    rasional yang pikiran, perasaan, dan perilakunya dikendalikan oleh ego. Jadi
    ego itu aktif, bukan pasif seperti pada teori freud, dan merupakan unsur
    utama dari kepribadian yang lebih banyak dipengarihi oleh faktor sosial
    daripada dorongan seksual.




2. Teori-Teori Sifat (Trait Theories)

           Teori sifat ini dikenal sebagai teori-teori tipe (type theories) yang
    menekankan aspek kepribadian yang bersifat relatif stabil atau menetap.
    Tepatnya, teori-teori ini menyatakan bahwa manusia memiliki sifat atau sifat-
    sifat tertentu, yakni pola kecenderungan untuk bertingkah laku dengan cara
    tertentu. Sifat-sifat yang stabil ini menyebabkan manusia bertingkah laku
    relatif tetap dari situasi ke situasi.

           Allport    membedakan antara sifat     umum     (general trait)   dan
    kecenderungan pribadi (personal disposition). Sifat umum adalah dimensi
    sifat yang dapat membandingkan individu satu sama lainnya. Kecenderungan
    pribadi dimaksudkan sebagai pola atau konfigurasi unik sifat-sifat yang ada
    dalam diri individu. Dua orang mungkin sama-sama jujur, namun berbeda
    dalam hal kejujuran berkaitan dengan sifat lain. Orang pertama, karena peka
    terhadap perasaan orang lain, kadang-kadang menceritakan “kebohongan




                                                                               6
putih” bagi orang ini, kepekaan sensitivitas adalah lebih tinggi dari kejujuran.
    Adapun orang orang kedua menilai kejujuran lebih tinggi, dan mengatakan
    apa adanya walaupun hal itu melukai orang lain. Orang mungkin pula memilki
    sifat yang sama, tetapi dengan motif berbeda. Seseorang mungkin berhati-hati
    karena ia takut terhadap pendapat orang lain, dan orang lain mungkin hati-
    hati    karena    mengekspresikan     kebutuhannya       untuk   mempertahankan
    keteraturan hidup.

            Termasuk dalam teori-teori sifat berikutnya adalah teori-teori dari
    Willim Sheldom. Teori Sheldom sering digolongkan sebagai teori topologi.
    Meskipun demikian ia sebenarnya menolak pengotakkan menurut tipe ini.
    Menurutnya, manusia tidak dapat digolongkan dalam tipe ini atau tipe itu.
    Akan tetapi, setidak-tidaknya seseorang memiliki tiga komponen fisik yang
    berbeda menurut derajat dan tingkatannya masing-masing. Kombinasi ketiga
    komponen ini menimbulkan berbagai kemungkinan tipe fisik yang isebutnya
    sebagai somatotipe. Menurut Sheldom ada tiga komponen atau dimensi
    temperamental adalah sebagai berikut :

    a. Viscerotonia. Individu yang memiliki nilai viscerotonia yang tinggi,
           memiliki sifat-sifat, antara lain suka makan enak, pengejar kenikmatan,
           tenang toleran, lamban, santai, pandai bergaul.

    b. Somatotonia. Individu dengan sifat somatotonia yang tinggi memiliki
           sifat-sifat seperti berpetualang dan berani mengambil resiko yang tinggi,
           membutuhkan aktivitas fisik yang menantang, agresif, kurang peka
           dengan perasaan orang lain, cenderung menguasai dan membuat gaduh.

    c. Cerebretonia. Pribadi yang mempunyai nilai cerebretonia dikatakan
           bersifat tertutup dan senang menyendiri, tidak menyukai keramaian dan
           takut kepada orang lain, serta memiliki kesadaran diri yang tinggi. Bila
           sedang di rundung masalah, Ia memiliki reaksi yang cepat dan sulit tidur.




3. Teori Kepribadian Behaviorisme



                                                                                   7
Menurut Skinner, individu adalah organisme yang memperoleh
perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Dia bukanlah agen penyebab
tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau suatu poin yang faktor-faktor
lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama-sama menghasilkan akibat
(tingkah laku) yang khas pula pada individu tersebut.

       Bagi Skinner, studi mengenai kepribadian itu ditujukan pada penemuan
pola yang khas dari kaitan antara tingkah laku organisme dan berbagai
konsekuensi yang diperkuatnya.

      Selanjutnya, Skinner telah menguraikan sejumlah teknik yang digunakan
untuk mengontrol perilaku. Tekhnik tersebut antara lain adalah sebagai
berikut :




1) Pengekangan fisik (psycal restraints)

   Menurut skinner, kita mengntrol perilaku melalui pengekangan fisik.

   Misalnya, beberapa dari kita menutup mulut untuk menghindari diri dari
   menertawakan kesalahan orang lain. Orang kadang-kadang melakukannya
   dengan bentuk lain, seperti berjalan menjauhi seseorang yang tealh
   menghina ita agar tidak kehilangan kontrol dan menyerang orang tersebut
   secara fisik.

2) Bantuan fisik (physical aids)

   Kadang-kadang orang menggunakan obat-obatan untuk mengontrol
   perilaku yang tidak dinginkan. Misalnya, pengendara truk meminum obat
   perangsang agar tidak mengatuk saat menempuh perjalanan jauh. Bantuan
   fisik bisa juga digunakan untuk memudahkan perilaku tertentu, yang bisa
   dilihat pada orang yang memiliki masalah penglihatan dengan cara
   memakai kacamata.

3) Mengubah kondisi stimulus (changing the stimulus conditions)




                                                                         8
Suatu tekhnik lain adalah mengubah stimulus yang bertanggunggung
       jawab. Misalnya, orang yang berkelebihan berat badan menyisihkan
       sekotak permen dari hadapannya sehingga dapat mengekang diri sendiri.

   4) Memanipulasi kondisi emosional (manipulating emotional conditions)

       Skinner menyatakan terkadang kita mengadakan perubahan emosional
       dalam diri kita untuk mengontrol diri. Misalnya, beberapa orang
       menggunakan tekhnik meditasi untuk mengatasi stess.

   5) Melakukan respons-respons lain (performing alternativeresponses)

       Menurut Skinner, kita juga sering menahan diri dari melakukan perilaku
       yang membawa hukuman dengan melakukan hal lain. Misalnya, untuk
       menahan diri agar tidak menyerang orang yang sangat tidak kita sukai, kita
       mungkin melakukan tindakan yang tidak berhubungan dengan pendapat
       kita tentang mereka.

   6) Menguatkan diri secara positif (positif self-reinforcement)

       Salah satu teknik yang kita gunakan untuk mengendalikan perilaku
       menurut Skinner, adalah positive self-reinforcement. Kita menghadiahi
       diri sendiri atas perilaku yang patut dihargai. Misalnya, seorang pelajar
       menghadiahi diri sendiri karena telah belajar keras dan dapat mengerjakan
       ujian dengan baik, dengan menonton film yang bagus.

   7) Menghukum diri sendiri (self punishment)

       Akhirnya, seseorang mengkin menghukum diri sendiri karena gagal
       mencapai tujuan diri sendiri. Misalnya, seorang mahasiswa menghukum
       dirinya sendiri karena gagal melakukan ujian dengan baik dengan cara
       menyendiri dan belajar kembali dengan giat.

4. Teori Psikologi Kognitif

           Menurut para ahli, teori psikologi kognitif dapat dikatakan berawal dari
    pandangan psikologi Gestalt. Mereka berpendapat bahwa dalam memersepsi



                                                                                 9
lingkungannya, manusia tidak sekadar mengandalkan diri pada apa yang
      diterima dari penginderaannya, tetapi masukan dari pengindraan itu, diatur,
      saling dihubungkan dan diorganisasikan untuk diberi makna, dan selanjutnya
      dijadikan awal dari suatu perilaku.

            Pandangan teori kognitif menyatakan bahwa organisasi kepribadian
      manusia tidak lain adalah elemen-elemen kesadaran yang satu sama lain saling
      terkait dalam lapangan kesadaran (kognisi). Dalam teori ini, unsur psikis dan
      fisik tidak dipisahkan lagi, karena keduanya termasuk dalam kognisi manusia.
      Bahkan, dengan teori ini dimungkinkan juga faktor-faktor diluar diri
      dimasukkan (diwakili) dalam lapangan psikologis atau lapangan kesadaran
      seseorang.




D. Tipe-Tipe Kepribadian

      Pada dasarnya setisp orang memiliki kepribadian yang berbeda satu sama lain.
   Penelitian tentang kepribadian manusia dilakukan para ahli sejak dulu kala. Kita
   mengenal Hippocrates dan Galenus yang mengemukakan bahwa manusia bisa
   dibagi menjadi empat golongan menurut keadaan zat cair yang ada dalam
   tubuhnya.

   1) Melancholicus (melankolisi), yaitu orang-orang yang banyak empedu
      hitamnya, sehingga orang-orang dengan tipe ini selalu bersikap murung atau
      muram, pesimistis dan selalu menaruh rasa curiga.

   2) Sanguinicus (sanguinisi), yakni orang-orang yang banyak darahnya,
      sehingga orang-orang tipe ini selalu menunjukkan wajah berseri-seri, periang
      atau selalu gembira, dan bersikap optimistis.

   3) Flegmaticus (flegmatisi), yaitu orang-orang yang banyak lendirnya. Orang-
      orang seperti ini sifatnya lamban dan pemalas, wajahnya selalu pucat,
      pesimis, pembawaannya tenang, pendiriannya tidak mudah berubah.




                                                                                10
4) Cholericus (kolerisi), yakni yang banyak empedu kuningnya. Orang bertipe
   ini bertubuh besar dan kuat, namun penaik darah dan sukar mengendalikan
   diri, sifatnya garang dan agresif.

   C.G. Jung, seorang ahli penyakit jiwa dari Swiss, membuat pembagian tipe
manusia dengan cara lain lagi. Ia menyatakan bahwa perhaian manusia tertuju
pada dua arah, yakni keluar dirinya yang disebut extrovert, dan kedalam dirinya
yang disebut introvert. Jadi, menurut jung tipe manusia bisa dibagi menjadi dua
golongan besar, yaitu :

1) Tipe extrovert, yaitu orang-orang yang perhatiannya lebih diarahkan keluar
   dirinya, kepada orang-orang lain dan kepada masyarakat.

2) Tipe introvert, orang-orang yang perhatiannya lebih mengarah pada dirinya.

       Orang yang tergolong tipe extrovert mempunyai sifat-sifat: berhati
terbuka, lancar dalam pergaulan, ramah, penggembira, kontak dengan lingkungan
besar sekali. Mereka mudah memegaruhi dan mudah pula dipengaruhi oleh
lingkungannya. Adapun orang-orang yang tergolong introvert memiliki sifat-sifat
: kurang pandai bergaul, pendiam, sukar diselami batinnya, suka mnyendiri,
bahkan sering takut kepada orang lain.

       Kretschmer, ahli penyakit jiwa berkebangsaan Jerman, mengemukakan
adanya hubungan yang erat antara tipe tubuh dengan sifat dan wataknya. Ia
memebagi manusia dalam empat golongan menurut tipe atau bentuk tubuhnya
masing-masing, yaitu berikut ini :

1) Atletis, dengan ciri-ciri tubuh: besar, berotot kuat, kekar dan tegap, berdada
   lebar.

2) Astenis, dengan ciri-ciri: tinggi, kurus, tidak kuat, bahu sempit, lengan, dan
   kaki kecil.

3) Piknis, dengan ciri-ciri: bulat, gemuk, pendek, muka bulat, leher pejal.

4) Displastis, merupakan bentuk tubuh campuran dari ketiga tipe diatas.




                                                                              11
Tipe watak orang yang berbentuk atletis dan astenis adalah schizothim, yang
menurut Kretschmer mempunyai sifat-sifat, antara lain : sulit bergaul,
mempunyai kebiasaan yang tetap, sukar menyesuaikan diri dengan situasi baru,
kelihatan sombong, egoistis dan bersifat ingin berkuasa, kadang-kadang optimis,
kadang pula pesimis, selalu berpikir terlebih dahulu masak-masak sebelum
bertindak.

    Lain halnya dengan orang yang memiliki bentuk tubuh piknis, atau tipe
wataknya sering disebut siklithim. Sifat orang-orang ini adalah mudah bergaul,
suka humor, mudah berubah-ubah stemming-nya, mudah menyesuaikan diri
dengan situasi yang baru, lekas memaafkan kesalahan orang lain, tetapi kurang
setia, dan tidak konsekuen.

    Menurut teori Sheldon, manusia bisa digolongkan menjadi tiga macam tipe
yaitu :

a. Tipe Endomorp

   Menurut Sheldon, orang yang komponen endomorp-nya tinggi, sedangkan
   kedua komponen lainnya rendah, ditandai oleh alat-alat dalam dan seluruh
   sistem digestif (yang berasal dari endoderm) memegang peranan penting.
   Sheldom menyebut tipe endomorph dengan kecenderungan pada kebulatan,
   keluwesan, kehalusan, dan gemuknya tubuh, serta tangan-kaki yang lembut
   dan kecil.

b. Tipe Mesomorph

   Dalam pandangan Sheldon, orang yang bertipe mesomorph, komponen
   mesomorphnya tinggi, sedangkan komponen lainnya lagi rendah. Karena itu,
   bagian-bagian tubuhnya yang berasal dari mesoderm relatif berkembang lebih
   baik ketimbang yang lain-lain; misalnya: otot-ototnya dominan, pembuluh-
   pembuluh darah kuat, jantung juga dominan. Orang tipe ini punya
   kecenderungan kokoh, keras, otot tampak bersegi-segi, tahan sakit. Termasuk
   pada golongan tipe ini, misalnya, para olahragawan, pengelana, dan tentara.




                                                                                 12
c. Tipe Ectomorph

        Orang-orang yang termasuk pada golongan tipe ectomorph ini adalah organ-
        organ mereka berasal dari ectoderm yang terutama berkembang, yaitu kulit,
        sistem saraf. Kecenderungan tipe entomorph adalah pada tangan dan kaki
        yang lurus, tubuhnya tampak lemah dan langsing, jangkung, dada pipih, dan
        otot-otot hampir tidak tampak berkembang.




E. Pengukuran-Pengukuran Kepribadian

        Sifat kepribadian biasa diukur melalui angka rata-rata pelaporan dari (self-
   report)kuesioner kepribadian (untuk sifat khusus) atau penelusuran kepribadian
   seutuhnya (personality inventory, serangkaian instrumen yang menyingkap
   sejumlah sifat). Ada beberapa macam cara untuk mengukur atau menyelidiki
   kepribadian. Berikut ini adalah beberapa diantaranya :

   1.    Observasi Direct

             Observasi direk berbeda dengan observasi biasa. Observasi direk
        mempunyai sasaran yang khusus , sedangkan observasi biasa mengamati
        seluruh tingkah laku subjek. Observasi direk memilih situasi tertentu, yaitu
        saat dapat diperkirakan munculnya indikator dari ciri-ciri yang hendak
        diteliti, sedangkan observasi biasa mungkin tidak merencanakan untuk
        memilih waktu.

             Observasi direct diadakan dalam situasi terkontrol, dapat diulang atau
        dapat dibuat replikasinya. Misalnya, pada saat berpidato, sibuk bekerja, dan
        sebagainya.Ada tiga tipe metode dalam observasi direk yaitu:

        a. Time Sampling Method

            Dalam time sampling method, tiap-tiap subjek diselidiki pada periode
            waktu tertentu. Hal yang diobservasi mungkin sekadar muncul tidaknya
            respons, atau aspek tertentu.




                                                                                 13
b.   Incident Sampling Method

        Dalam incident sampling method, sampling dipilih dari berbagai tingkah
        laku dalam berbagai situasi. Laporan observasinya mungkin berupa
        catatan-catatan dari Ibu tentang anaknya, khusus pada waktu menangis,
        pada waktu mogok makan, dan sebgainya. Dalam pencatatan tersebut
        hal-hal yang menjadi perhatian adalah tentang intensitasnya, lamanya,
        juga tentang efek-efek berikut setelah respons.

   c.   Metode Buku Harian Terkontrol

        Metode ini dilakukan dengan cara mencatat dalam buku harian tentang
        tingkah laku yang khusus hendak diselidiki oleh yang bersangkutan
        sendiri. Misalnya mengadakan observasi sendiri pada waktu sedang
        marah. Syarat penggunaan metode ini, antara lain, bahwa peneliti adalah
        orang dewasa yang cukup inteligen dan lebih jauh lagi adalah benar-benar
        ada pengabdian pada perkembangan ilmu pengetahuan.

2. Wawancara (Interview)

   Menilai kepribadian dengan wawancara (interview) berarti mengadakan tatap
   muka dan berbicara dari hati ke hati dengan orang yang dinilai. Dalam
   psikologi kepribadian, orang mulai mengembangkan dua jenis wawancara,
   yakni:

  a. Stress interview

        Stress interview digunakan untuk mengetahui sejauh mana seseorang
        dapat bertahan terhadap hal-hal yang dapat mengganggu emosinya dan
        juga untuk mengetahui seberapa lama seseorang dapat kembali
        menyeimbangkan       emosinya    setelah   tekanan-tekanan   ditiadakan.
        Interviewer ditugaskan untuk mengerjakan sesuatu yang mudah,
        kemudian dilanjutkan dengan sesuatu yang lebih sukar.

  b. Exhaustive Interview




                                                                             14
Exhaustive Interview merupakan cara interview yang berlangsung sangat
      lama; diselenggarakn non-stop. Cara ini biasa digunakan untuk meneliti
      para tersangka dibidang kriminal dan sebagai pemeriksaan taraf ketiga.

3. Tes proyektif

   Cara lain untuk mengatur atau menilai kepribadian adalah dengan
   menggunakan tes proyektif. Orang yang dinilai akan memprediksikan dirinya
   melalui gambar atau hal-hal lain yang dilakukannya. Tes proyektif pada
   dasarnya memberi peluang kepada testee (orang yang dites) untuk
   memberikan makna atau arti atas hal yang disajikan; tidak ada pemaknaan
   yang dianggap benar atau salah.

   Jika kepada subjek diberikan tugas yang menunut penggunaan imajinasi, kita
   dapat menganalisis hasil fantasinya untuk menguur cara dia merasa dan
   berpikir. Jika melakukan kegiatan yang bebas, orang cenderung menunjukkan
   dirinya, memantulkan (proyeksi)      kepribadiannya untuk melakukan tugas
   yang kreatif. Jenis yang termasuk tes proyektif adalah:

   a. Tes Rorschach

      Tes yang dikembangkan oleh seorang dkter psikiatrik Swiss, Hermann
      Rorschach, pada tahun 1920-an, terdiri atas sepuluh kartu yang masing-
      masing menampilkan bercak tintan yang agak kompleks. Sebagian bercak
      itu berwarna; sebagian lagi hitam putih. Kartu-kartu tersebut
      diperlihatkan kepada mereka yang mengalami percobaan dalam urutan
      yang sama. Mereka ditugaskan untuk menceritakan hal apa yang
      dilihatnya tergambar dalam noda-noda tinta itu.        Meskipun noda-noda
      itu secara objektif sama bagi semua peserta, jawaban yang mereka
      berikan berbeda satu sama lain. Ini menunjukkan bahwa mereka yang
      mengalami percobaan itu memproyeksikan sesuatu dalam noda-noda itu.
      Analisis dari sifat jawaban yang diberikan peserta itu memberikan
      petunjuk mengenai susunan kepribadiannya.

   b. Tes Apersepsi Tematik (Thematic Apperception Test/TAT)



                                                                               15
Tes apersepsi tematik atau Thematic Apperception Test (TAT),
       dikembangkan di Harvard University oleh Hendry Murray pada tahun
       1930-an. TAT mempergunakan suatu seri gambar-gambar. Sebagian
       adalah reproduksi lukisan-lukisan, sebagian lagi kelihatan sebagai ilustrasi
       buku atau majalah. Para peserta diminta mengarang sebuah cerita
       mengena      tiap-tiap gambar yang diperlihatkan kepadanya. Mereka
       diminta membuat sebuah cerita mengenai latar belakang dari kejadian
       yang menghasilkan adegan pada setiap gambar, mengenai pikiran dan
       perasaan yang dialami oleh orang-orang didalam gambar itu, dan
       bagaimana episode itu akan berakhir. Dalam menganalisis respon
       terhadap kartu TAT, ahli psikologi melihat tema yang berulang yang bisa
       mengungkapkan kebutuhan, motif, atau karakteristik cara seseorang
       melakukan hubungan antarpribadinya.

4. Inventori Kepribadian

   Inventori kepribadian adalah kuesioner yang mendorong individu untuk
   melaporkan reaksi atau perasaannya dalam situasi tertentu. Kuesioner ini
   mirip wawancara terstruktur dan ia menanyakan pertanyaan yang sama untuk
   setiap orang, dan jawaban biasanya diberikan dalam bentuk yang mudah
   dinilai, seringkali dengan bantuan komputer. Menurut Atkinson dan kawan-
   kawan, investori kepribadian mungkin dirancang untuk menilai dimensi
   tunggal kepribadian (misalnya, tingkat kecemasan) atau beberapa sifat
   kepribadian secara keseluruhan. Investori kepribadian yang terkenal dan
   banyak digunakan untuk menilai kepribadian seseorang ialah: (a) Minnesota
   Multiphasic Personality Inventory (MMPI), (b) Rorced-Choice Inventories,
   dan (c) Humm-Wadsworth Temperament Scale (H-W Temperament Scale).

   a. Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI)

       MMPI terdiri atas kira-kira 550 pernyataan tentag sikap, reaksi
       emosional, gejala fisik dan psikologis, serta pengalaman masa lalu. Subjek
       menjawab tiap pertanyaan dengan menjawab “benar”, “salah”, atau
       “tidak dapat mengatakan”. Pada prinsipnya, jawaban mendapat nilai



                                                                                16
menurut kesesuaiannya dengan jawaban yang diberikan oleh orang-orang
     yang memiliki berbagai macam masalah psikologi. MMPI dikembangkan
     guna membantu klinis dalam mendiagnosis gangguan kepribadian. Para
     perancang tes tidak menentukan sifat mengukurnya, tetapi memberikan
     ratusn pertanyaan tes untuk mengelompokkan individu. Tiap kelompok
     diketahui berbeda dari normalnya menurut kriteria tertentu. Kelompok
     kriteria terdiri atas individu yang telah dirawat dengan diagnosis
     gangguan paranoid. Kelompok kontrol terdiri atas orang yang belum
     pernah didiagnosis menderita masalah psikiatrik, tetapi mirip dengn
     kelompok kriteria dalah hal usia, jenis kelamin, status sosioekonomi, dan
     variabel penting lain.

b. Rorced-Choice Inventories

     Rorced-Choice Inventories atau Inventori Pilihan-Paksa termasuk
     klasifikasi tes yang volunter. Suatu tes dikatakan volunter bila subjek
     dapat memilih pilihan yang lebih disukai, dan tahu bahwa semua pilihan
     itu benar, tidak ada yang salah (Muhadjir,1992). Subjek, dalam hal ini,
     diminta memilih pilihan yang lebih disukai, lebih sesuai, lebih cocok
     dengan minatnya, sikapnya, atau pandangan hidupnya.

c.   Humm-Wadsworth Temperament Scale (H-W Temperament Scale)

     H-W Temperament Scale dikembangkan dari teori kepribadian Rosanoff
     (Muhadjir, 1992). Menurut teori ini, kepribadian memiliki enam
     komponen, yang lebih banyak bertolak dari keragaman abnomal, yaitu:

     1) Schizoid Autistik, mempunyai tendensi tak konsisten, berpikirnya
         lebih mengarah pada khayalan.

     2) Schizoid Paranoid, mempunyai tendensi tak konsisten, dengan angan
         bahwa dirinya penting.

     3) Cycloid Manik, emosinya tidak stabil dengan semangat berkobar.




                                                                           17
4) Cycloid Depress, emosinya tak stabil dengan retardasi dan
               pesimisme.

           5) Hysteroid, ketunaan watak berbatasan dengan tendensi kriminal.

           6) Epileptoid, dengan antusiasme dan aspirasi yang bergerak terus.

           H-W Temperament Scale tersusun dalam sejumlah item yang berfungsi
           untuk memilahkan kelompok yang patologik dari kelompok penderita
           hysteroid, misalnya, diasumsikan memiliki mental kriminal.




F. Gangguan Kepribadian

      Gangguan kepribadian adalah suatu proses perkembangan yang timbul pada
masa kanak-kanak, masa remaja, dan berlanjut pada masa dewasa. Keadaan ini
merupakan pola perilaku yang tertanam dalam dan berlangsung lama, muncul
sebagai respon yang kaku terhadap rentangan situasi pribadi dan sosial yang luas.
Penggolongan atau klasifikasi gangguan kepribadian bermacam-macam, yaitu:

   a. Kepribadian Paranoid

      Kepribadian paranoid adalah gangguan kepribadian dengan sifat curiga yang
      menonjol. Orang lain selalu dilihat sebagai agressor, ingin merugikan, ingin
      menyakiti, ingin mencelakai, membahayakan, dan sebagainya, sehingga ia
      bersikap sebagai pemberontak untuk mempertahankan harga dirinya. Sering
      ia mengancam, memberontak, menolak, membuat keterangan yang tak masuk
      akal tentang kesalahan-kesalahannya. Sering ia bersikap apriori, memvonis
      sesuatu tanpa melakukan penyelidikan terlebih dahulu, tanpa dukungan data
      yang akurat, melemparkan tanggung jawab dan kesalahannya pada orang lain.
      Penderita umumnya ditinggalkan teman-temannya dan mendapatkan banyak
      musuh. Gangguan kepribadian paranoid dibagi dua, yaitu:




                                                                                18
-   Kepribadian yang mudah tersinggung, bereaksi terhadap pengalaman
         sehari-hari secara berlebihan dengan rasa menyerah dan rendah diri, serta
         cenderung menyalahkan orang lain tentang pengalamannya itu.

     -   Kepribadian yang lebih agresif, kasar, serta sangat peka terhadap apa yang
         dianggap haknya. Cepat tersinggun bila haknya dilanggar dan sangat gigih
         dalam mempertahankan haknya tersebut.

     Persamaan kedua kelompok tersebut adalah sifat curiga yang berlebihan,
     cepat merasakan bahwa sesuatu itu tertuju pada dirinya dan adanya negatif,
     serta mudah sekali tersinggung.

b. Kepribadian Afektif/Siklotim

     Ciri utama dari kepribadian siklotim adalah keadaan perasaan dan emosinya
     yang berubah-ubah antara depresi dan euforia. Penderita mungkin berhaasil
     menarik banyak teman karena sifatnya yang ramah, gembira, semangat,
     hangat, tetapi dikenal pula sebagai orang yang tak dapat diramalkan. Dalam
     keadaan depresi, penderita dapat menjadi sangat cemas, khawatir, pesimis,
     bahkan nihilistik.

c.   Kepribadian Skizoid

     Sifat-sifat kepribadian ini adalah pemalu, perasa, pendiam, suka menyendiri,
     menghindari kontak sosial dengan orang lain. Ciri utamanya adalah cara
     menyesuaikan diri dan mempertahankan diri ditempuh dengan menarik diri,
     mengasingkan     diri,   dan   juga   sering   berperilaku   aneh   (ekstrinsik).
     Pemikirannya autistik (hidup dalam dunianya sendiri), melamun berlebihan,
     dan ketidamampuan menyatakan rasa permusuhan.

d. Kepribadian Eksplosif

     Ciri utama tipe ini adalah diperlihatkannya sifat tertentu yang lain dari
     perilakunya sehari-hari, yaitu ledakan-ledakan amarah dan agresivitas, sebagai
     reaksi terhadap stres yang dialaminya (walaupun mungkin stresnya sangat
     kecil). Segera sesudah itu biasanya ia menyesali perbuatannya.



                                                                                   19
e. Kepribadian Anankastik

     Ciri utama tipe kepribadian ini adalah perfeksionisme dan keteraturan, kaku,
     pemalu, disertai dengan pengawasan diri yang tinggi. Orangnya tdak
     kompromis serta sangat patuh (bahkan berlebihan) pada nora-norma, etika,
     dan moral. Orang dengan kepribadian ini sering terlambat unutk menikah,
     karena tuntutannya terlalu tinggi dan takut/ragu-ragu dalam mengambil
     keputusan.

f.   Kepribadian Histerik

     Ciri utama kepribadian ini adalah sombong, egosentrik, tidak sabilnya emosi,
     suka menarik perhatian denga afek yang labil, sering berdusta dan
     menunjukkan pseudologika fantastika (menceritakan secara luas, terperinci,
     dan kelihatan masuk akal padahal tanpa dasar fakta atau data. Ia dapat
     menyatakan perasaannya secara tepat dan sering disertai dengan gerakan
     badaniah dalam berkomunikasi.

g. Kepribadian Astenik

     Ciri utamanya hidup tidak bergairah, lemas, lesu, letih, lemah, tak ada tenaga
     sepanjang kehidupannya. Orangnya tidak tahan terhadap stres hidup yang
     normal dalam kehidupan sehari-hari. Vitalitas dan emosionalitasnya sangat
     rendah. Terdapat abulia atau kurang kemauan dan anhedonia (kurang mampu
     menikmati sesuatu).

h. Kepribadian Anti Sosial

     Ciri utamanya ialah bahwa perilakunya selalu menimbulkan konflik dengan
     ornag lain atau lingkungannya. Tidak loyal pada kelompok dan norma-norma
     sosial, tidak toleran terhadap kekecewaan atau frustasi, selalu menyalahkan
     ornag lain dengan rasionalisasi. Ia egosentris, idka bertangung jawab, impulsif,
     agrsif, kebal terhadap rasa sakit, dan idak mampu belajar dari pengalaman
     ataupun hukuman yang diberikan.

i.   Kepribadian Pasif-Agresif



                                                                                  20
Tipe ini dibagi menjadi dua, yaitu:

     -   Kepribadian pasif dependen, orang dengan tipe kepribadian ini selalu
         berpikir,   merasa,    dan    bertindak    bahwa    kebutuhannya    akan
         ketergantungannya itu dapat dipenuhi scara menakjubkan.

     -   Kepribadian pasif agresif, orang dengan tipe ini merasa bahwa kebutuhan
         akan   ketergantungan     tidak   pernah   terpenuhi.   Ia   menunjukkan
         penangguhan dan sikap keras agar diterima dengan murah hati apa yang
         diharapkannya degan sangat. Tipe kepribadian ini ditandai dengan sifat
         pasif dan agresif. Agresifitas dapat dinyatakan secara pasif dengan cara
         bermuka masam, malas, menyabot, dan keras kepala. Perilaku ini
         merupakan pencerminan dari rasa permusuhan yang dinyatakan secara
         tertutup, atau rasa tidak puas terhadap seseorang/sesuatu yang kepadanya
         ia sangat menggantungkan dirinya.

j.   Kepribadian Inadequat

     Ciri utama tipe ini adalah ketidakmampuannya secara terus menerus atau
     berulang-ulang untuk memenuhi harapan atau tuntutan teman atau sebayanya
     atau kenalannya. Baik dalam respon emosional, intelektual, sosial, maupun
     fisik. Penderta sendiri tidak merasakan sebagai bebean karena dianggapnya
     wajar dan harus diterima sebagaimana adanya. Orang dengan tipe ini biasanya
     juga empunyai kehidupan yang tak terprogram, tidak mampu melaksanakan
     tugas, serta tidak mau dipaksa untuk melakukan sesuatu.




                                                                               21
BAB III

                                    PENUTUP




Kesimpulan




         Kepribadian setiap individu berbeda satu sama lain. Untuk mengetahui
kepribadian seseorang kita perlu mempelajari struktur kepribadiannya. Ada beberapa
hal yang mempengaruhi pembentukan kepribadian yaitu pengetahuan umum dan
pengetahuan khusus. Sehingga terbentuklah beberapa jenis kepribadian unik dari
setiap individu. Penggolongan ini ada yang berdasarkan faktor eksternal dan internal.

         Individu yang tidak dapat menghadapi masalah pribadi dan sosial yang
timbul saat ia masih kanak-kanak sampai dewasa dapat menimbulkan gangguan
kepribadian. Oleh kerena itu sejak dini kepribadian harus dibentuk dengan baik
sehingga tidak mengalami gangguan kepribadian pada masing-masing individu.




                                                                                   22
23
DAFTAR PUSTAKA




Sobur, Alex, Drs, M.Si. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Sarwono, Sarlito Wirawan, Dr. 2000. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: PT
        Bulan Bintang.

Baihaqi, MIF, Drs, M.Si, dkk. 2005. Psikiatri Konsep Dasar dan Gangguan-
        Gangguan. Bandung: PT Refika Aditama.




                                                                        24

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Pertemuan ke-5 Edward Spranger
Pertemuan ke-5 Edward SprangerPertemuan ke-5 Edward Spranger
Pertemuan ke-5 Edward SprangerVivia Maya Rafica
 
Pertemuan ke-10 Carl Gustav Jung
Pertemuan ke-10 Carl Gustav JungPertemuan ke-10 Carl Gustav Jung
Pertemuan ke-10 Carl Gustav JungVivia Maya Rafica
 
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2Operator Warnet Vast Raha
 
Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"
Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"
Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"Tri Astuti Utomo (iyas)
 
Teori perkembangan kendiri personaliti
Teori perkembangan kendiri personalitiTeori perkembangan kendiri personaliti
Teori perkembangan kendiri personalitifong kai hung
 
Pertemuan ke-14 Karen Harney
Pertemuan ke-14 Karen HarneyPertemuan ke-14 Karen Harney
Pertemuan ke-14 Karen HarneyVivia Maya Rafica
 
Identitas sosial
Identitas sosialIdentitas sosial
Identitas sosialiin70
 
PSIKOLOGI KAUNSELING jung’s analytic psychology
PSIKOLOGI KAUNSELING jung’s analytic psychologyPSIKOLOGI KAUNSELING jung’s analytic psychology
PSIKOLOGI KAUNSELING jung’s analytic psychologyAmin Upsi
 
Cross-Cultural Psychology - Research and Applications (personality)
Cross-Cultural Psychology - Research and Applications (personality) Cross-Cultural Psychology - Research and Applications (personality)
Cross-Cultural Psychology - Research and Applications (personality) Bee_BQ
 
Proses sosialisasi sebagai proses pembentuk kepribadian
Proses  sosialisasi sebagai proses pembentuk kepribadianProses  sosialisasi sebagai proses pembentuk kepribadian
Proses sosialisasi sebagai proses pembentuk kepribadianUndercover Helpers
 
14. gordon allport
14. gordon allport14. gordon allport
14. gordon allportONe's Iwan
 
Teori personaliti the big 5. cattell
Teori personaliti the big 5. cattellTeori personaliti the big 5. cattell
Teori personaliti the big 5. cattellnikmanjahidin
 
Manfaat pengenalan kepribadian bagi bisnis
Manfaat pengenalan kepribadian bagi bisnisManfaat pengenalan kepribadian bagi bisnis
Manfaat pengenalan kepribadian bagi bisnisBhayu MH
 
Teori Personaliti Humanistik dan Sosiokognitif
Teori Personaliti Humanistik dan SosiokognitifTeori Personaliti Humanistik dan Sosiokognitif
Teori Personaliti Humanistik dan SosiokognitifNURUL NADIAH AHMAD KAMAL
 

La actualidad más candente (20)

Diri sosial
Diri sosialDiri sosial
Diri sosial
 
Teori psikoanalisis
Teori psikoanalisisTeori psikoanalisis
Teori psikoanalisis
 
Teori personaliti
Teori personalitiTeori personaliti
Teori personaliti
 
Pertemuan ke-5 Edward Spranger
Pertemuan ke-5 Edward SprangerPertemuan ke-5 Edward Spranger
Pertemuan ke-5 Edward Spranger
 
Pertemuan ke-10 Carl Gustav Jung
Pertemuan ke-10 Carl Gustav JungPertemuan ke-10 Carl Gustav Jung
Pertemuan ke-10 Carl Gustav Jung
 
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2
 
Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"
Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"
Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"
 
Teori perkembangan kendiri personaliti
Teori perkembangan kendiri personalitiTeori perkembangan kendiri personaliti
Teori perkembangan kendiri personaliti
 
Carl gustav jung
Carl gustav jungCarl gustav jung
Carl gustav jung
 
Pertemuan ke-14 Karen Harney
Pertemuan ke-14 Karen HarneyPertemuan ke-14 Karen Harney
Pertemuan ke-14 Karen Harney
 
Identitas sosial
Identitas sosialIdentitas sosial
Identitas sosial
 
PSIKOLOGI KAUNSELING jung’s analytic psychology
PSIKOLOGI KAUNSELING jung’s analytic psychologyPSIKOLOGI KAUNSELING jung’s analytic psychology
PSIKOLOGI KAUNSELING jung’s analytic psychology
 
Teori Sigmund Freud
Teori Sigmund FreudTeori Sigmund Freud
Teori Sigmund Freud
 
Cross-Cultural Psychology - Research and Applications (personality)
Cross-Cultural Psychology - Research and Applications (personality) Cross-Cultural Psychology - Research and Applications (personality)
Cross-Cultural Psychology - Research and Applications (personality)
 
Proses sosialisasi sebagai proses pembentuk kepribadian
Proses  sosialisasi sebagai proses pembentuk kepribadianProses  sosialisasi sebagai proses pembentuk kepribadian
Proses sosialisasi sebagai proses pembentuk kepribadian
 
14. gordon allport
14. gordon allport14. gordon allport
14. gordon allport
 
Teori personaliti the big 5. cattell
Teori personaliti the big 5. cattellTeori personaliti the big 5. cattell
Teori personaliti the big 5. cattell
 
Teori kewujudan
Teori kewujudanTeori kewujudan
Teori kewujudan
 
Manfaat pengenalan kepribadian bagi bisnis
Manfaat pengenalan kepribadian bagi bisnisManfaat pengenalan kepribadian bagi bisnis
Manfaat pengenalan kepribadian bagi bisnis
 
Teori Personaliti Humanistik dan Sosiokognitif
Teori Personaliti Humanistik dan SosiokognitifTeori Personaliti Humanistik dan Sosiokognitif
Teori Personaliti Humanistik dan Sosiokognitif
 

Similar a Psikologi kepribadian-1235077983853326-1

Psikologi kepribadia ne
Psikologi kepribadia nePsikologi kepribadia ne
Psikologi kepribadia neelmakrufi
 
Psikologi kepribadian
Psikologi kepribadianPsikologi kepribadian
Psikologi kepribadianelmakrufi
 
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2Warnet Raha
 
Makalah perkembangan peserta didik
Makalah perkembangan peserta didikMakalah perkembangan peserta didik
Makalah perkembangan peserta didikUlanJegeg
 
Big 5 Personality : Learn How to know yourself
Big 5 Personality : Learn How to know yourselfBig 5 Personality : Learn How to know yourself
Big 5 Personality : Learn How to know yourselfSeta Wicaksana
 
Dasar dasar perilaku individu
Dasar dasar perilaku individuDasar dasar perilaku individu
Dasar dasar perilaku individuSiti Sahati
 
Pengembangan kepribadian
Pengembangan kepribadianPengembangan kepribadian
Pengembangan kepribadianpanamjayait
 
Estetika Humanisme Diskusi Modul Ke-1 Pertemuan Ke-2.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Ke-1 Pertemuan Ke-2.pdfEstetika Humanisme Diskusi Modul Ke-1 Pertemuan Ke-2.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Ke-1 Pertemuan Ke-2.pdfHendroGunawan8
 
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 4
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 4Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 4
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 4Kaer Bikers
 
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2Septian Muna Barakati
 
PENGERTIAN KONSEP KENDIRI
PENGERTIAN KONSEP KENDIRIPENGERTIAN KONSEP KENDIRI
PENGERTIAN KONSEP KENDIRIxue er tui
 
Pp ki iv ~ teori kepribadian edit
Pp ki iv ~ teori kepribadian   editPp ki iv ~ teori kepribadian   edit
Pp ki iv ~ teori kepribadian editJumari Awi
 
Copy of teori psikoanalitik
Copy of teori psikoanalitikCopy of teori psikoanalitik
Copy of teori psikoanalitikelmakrufi
 
Sosiologi
SosiologiSosiologi
Sosiologialya_sn
 
Paper dokmatika III
Paper dokmatika IIIPaper dokmatika III
Paper dokmatika IIIMelkiasAdu
 
Psikoanalisis shamil
Psikoanalisis shamilPsikoanalisis shamil
Psikoanalisis shamilShamil Damai
 

Similar a Psikologi kepribadian-1235077983853326-1 (20)

Psikologi kepribadia ne
Psikologi kepribadia nePsikologi kepribadia ne
Psikologi kepribadia ne
 
Psikologi kepribadian
Psikologi kepribadianPsikologi kepribadian
Psikologi kepribadian
 
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2
 
Makalah perkembangan peserta didik
Makalah perkembangan peserta didikMakalah perkembangan peserta didik
Makalah perkembangan peserta didik
 
Big 5 Personality : Learn How to know yourself
Big 5 Personality : Learn How to know yourselfBig 5 Personality : Learn How to know yourself
Big 5 Personality : Learn How to know yourself
 
Sosiologi
SosiologiSosiologi
Sosiologi
 
Dasar dasar perilaku individu
Dasar dasar perilaku individuDasar dasar perilaku individu
Dasar dasar perilaku individu
 
Pengembangan kepribadian
Pengembangan kepribadianPengembangan kepribadian
Pengembangan kepribadian
 
Hbse 2011.ppt erikson
Hbse 2011.ppt eriksonHbse 2011.ppt erikson
Hbse 2011.ppt erikson
 
Estetika Humanisme Diskusi Modul Ke-1 Pertemuan Ke-2.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Ke-1 Pertemuan Ke-2.pdfEstetika Humanisme Diskusi Modul Ke-1 Pertemuan Ke-2.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Ke-1 Pertemuan Ke-2.pdf
 
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 4
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 4Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 4
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 4
 
Makalah pak fatah
Makalah pak fatahMakalah pak fatah
Makalah pak fatah
 
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2
 
Nama
NamaNama
Nama
 
PENGERTIAN KONSEP KENDIRI
PENGERTIAN KONSEP KENDIRIPENGERTIAN KONSEP KENDIRI
PENGERTIAN KONSEP KENDIRI
 
Pp ki iv ~ teori kepribadian edit
Pp ki iv ~ teori kepribadian   editPp ki iv ~ teori kepribadian   edit
Pp ki iv ~ teori kepribadian edit
 
Copy of teori psikoanalitik
Copy of teori psikoanalitikCopy of teori psikoanalitik
Copy of teori psikoanalitik
 
Sosiologi
SosiologiSosiologi
Sosiologi
 
Paper dokmatika III
Paper dokmatika IIIPaper dokmatika III
Paper dokmatika III
 
Psikoanalisis shamil
Psikoanalisis shamilPsikoanalisis shamil
Psikoanalisis shamil
 

Psikologi kepribadian-1235077983853326-1

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seandainya dalam semua segi, setiap orang sama seperti kebanyakan atau bahkan semua orang lain, kita bisa tahu apa yang diperbuat seseorang dalam situasi tertentu berdasarkan pengalaman diri kita sendiri. Kenyataannya, dalam banyak segi, setiap orang adalah unik, khas. Akibatnya yang lebih sering terjadi adalah kita mengalami salah paham dengan teman di kampus, sejawat di kantor tetangga atau bahkan dengan suami/istri dan anak-anak dirumah. Kita terkejut oleh tindakan di luar batas yang dilakukan oleh seseorang yang biasa dikenal alim dan saleh, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, kita membutuhkan sejenis kerangka acuan untuk memahami dan menjelaskan tingkah laku diri sendiri dan orang lain.kita harus memahami defenisi dari kepribadian itu, bagaimana kepribadan itu terbentuk. Selain itu kita membutuhkan teori-teori tentang tingkah laku, teori tentang kepribadian agar tembentuk suatu kepribadian yang baik. Sehingga gangguan-gangguan yang biasa muncul pada kepribadian setiap individu dapat dihindari. B. Rumusan Masalah Adapun rumsan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu: 1. Bagaimana konsep-konsep kepribadian? 2. Menjelaskan jenis-jenis gangguan kepribadian. C. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah 1. Untuk memahami konsep-konsep kepribadian. 1
  • 2. 2. Untuk memahami jenis-jenis gangguan kepribadian. D. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan makalah ini, yaitu: 1. Pendahuluan 2. Pembahasan 3. Penutup 2
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. Defenisi Kepribadian Kata “kepribadian” (personality) sesungguhnya sesungguhnya berasal dari kata latin: pesona. Pada mulanya kata personaini menunjuk pada topeng yang biasa digunakan oleh pemain sandiwara di zaman romawi dalam memainkan perannya. Lambat laun, kata persona (personality) berubah menjai satu istilah yang mengacu pada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok masyarakat, kemudian individu tersebut diharapkan bertingkah laku berdasarkan atau sesuai dengan gambaran sosial yang diterimanya. Kepribadian (Allport, 1971) adalah organisasi-organisasi dinamis dari sistem-sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik/khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Karena tiap-tiap kepribadian adalah unik, maka sukar sekali dibuat gambaran yang umum tentang kepribadian. Yang dapat kita lakukan adalah mencoba mengenal seseorang dengan mengetahui struktur kepribadiannya. Struktur kepribadian ini dapat diketahui melalui pemeriksaan terhadap sejarah hidup, cita-cita, dan persoalan-persoalan yang dihadapi seseorang. B. Pembentukan Kepribadian Mengenai pengalaman-pengalaman yang ikut membentuk kepribadian, kita dapat membedakannya dalam dua golongan : 1. Pengalaman yang umum, yaitu yang dialami oleh tiap-tiap individu dalam kebudayaan tertentu. Pengalaman ini erat hubungannya dengan fungsi dan peranan seseorang dalam masyarakat. Misalnya, sebagai laki-laki atau wanita seseorang mempunyai hak dan kewajiban tertentu. Beberapa dari peran itu 3
  • 4. dipilih sendiri oleh orang yang bersangkutan tetapi masih tetap terikat pada norma-norma masyarakat, misalnya jabatan atau pekerjaan. Meskipun demikian, kepribadian seseorang tidak dapat sepenuhnya diramalkan atau dikenali hanya berdasarkan pengetahuan tentang struktur kebudayaan dimana orang itu hidup. Hal ini disebabkan karena : a. Pengaruh kebudayaan terhadap seseorang tidaklah sama karena medianya (orang tua, saudara, media massa dan lain-lain) tidaklah sama pula pada setiap orang. Setiap orang tua atau media massa mempunyai pandangan dan pendapatnya sendiri sehingga orang-orang yang menerima pandangan dan pendapat yang berbeda-beda itu akan berbeda-beda pula pendiriannya. b. Tiap individu mempunyai pengalaman-pengalaman yang khusus, yang terjadi pada dirinya sendiri. 2. Pengalaman yang khusus, yaitu yang khusus dialami individu sendiri. Pengalaman ini tidak tergantung pada status dan peran orang yang bersangkutan dalam masyarakat. Pengalaman-pengalaman yang umum maupun yang khusus di atas memberi pengaruh yang berbeda-beda pada tiap individu-individu itu pun merencanakan pengalaman-pengalaman tersebut secara berbeda-beda pula sampai akhirnya ia membentuk dalam dirinya suatu stuktur kepribadian yang tetap (permanen). Proses integrasi pengalaman-pengalaman ke dalam kepribadian yang makin lama makin dewasa, disebut proses pembentukan identitas diri. Proses pembentukan identitas diri harus melalui berbagai tingkatan. Salah satu tingkat yang harus dilalui adalah identifikasi, yaitu dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain, misalnya dengan ayah, ibu, kakak, saudara, guru, dan sebagainya. Pada masa remaja, tahap identifikasi ini dapat menyebabkan kebingungan dan kekaburan akan peran sosial, karena remaja- remaja cenderung mengidentifikasikan dirinya dengan beberapa tokoh sekaligus, misalnya dengan ayahnya, bintang film kesayangannya, tokoh politik favoritnya 4
  • 5. dan sebagainya. Kalau kekaburan akan peranan sosial ini tidak dapat dihapuskan sampai remaja itu menjadi dewasa, maka besar kemungkinannya ia akan menderita gangguan-gangguan kejiwaan pada masa dewasanya. Karena itu penting sekali diusahakan agar remaja dapat menentukan sendiri identitas dirinya dan berangsur-angsur melepaskan identifikasinya terhadap orang-orang lain untuk akhirnya menjadi dirinya sendiri. C. Teori-Teori Kepribadian Ada empat teori kepribadian utama yang satu sama lain tentu saja berbeda, yakni teori kepribadian psikoanalisis, teori-teori sifat (trait), teori kepribadian behaviorisme, dan teori psikoligi kognitif. 1. Teori Kepribadian Psikoanalisis Dalam mencoba mamahami sistem kepribadian manusia, Freud membangun model kepribadian yang saling berhubungan dan menimbulkan ketegangan satu sama lain. Konflik dasar dari tiga sistem kepribadian tersebut menciptakan energi psikis individu. Energi dasar ini menjadi kebutuhan instink individu yang menuntut pemuasan. Tiga sistem tersebut adalah id, ego, dan superego. Id bekerja menggunakan prinsip kesenangan, mencari pemuasan segera impuls biologis; ego mematuhi prinsip realita, menunda pemuasan sampai bisa dicapai dengan cara yang diterima masyarakat, dan superego (hati nurani;suara hati) memiliki standar moral pada individu. Jadi jelaslah bahwa dalam teori psikoanalisis Freud, ego harus menghadapi konflik antara id ( yang berisi naluri seksual dan agresif yang selalu minta disalurkan) dan super ego (yang berisi larangan yang menghambat naluri-naluri itu). Selanjutnya ego masih harus mempertimbangkan realitas di dunia luar sebelum menampilkan perilaku tertentu. 5
  • 6. Namun, dalam psikoanalisis Carl Gustav Jung, ego bukannya menghadapi konflik antara id dan superego, melainkan harus mengelola dorongan-dorongan yang datang dari ketidak sadaran kolektif (yang berisi naluri-naluri yang diperoleh dari pengalaman masa lalu dari masa generasi yang lalu) dan ketidaksadaran pribadi yang berisi pengalaman pribadi yang diredam dalam ketidaksadaran. Berbeda dengan Freud, Jung tidak mendasarkan teorinya pada dorongan seks. Bagi erikson, misalnya meskipun ia mengakui adanya id, ego, dan superego, menurutnya, yang terpenting bukannya dorongan seks dan bukan pula koflik antara id dan superego. Bagi Erikson, manusia adalah makhluk rasional yang pikiran, perasaan, dan perilakunya dikendalikan oleh ego. Jadi ego itu aktif, bukan pasif seperti pada teori freud, dan merupakan unsur utama dari kepribadian yang lebih banyak dipengarihi oleh faktor sosial daripada dorongan seksual. 2. Teori-Teori Sifat (Trait Theories) Teori sifat ini dikenal sebagai teori-teori tipe (type theories) yang menekankan aspek kepribadian yang bersifat relatif stabil atau menetap. Tepatnya, teori-teori ini menyatakan bahwa manusia memiliki sifat atau sifat- sifat tertentu, yakni pola kecenderungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu. Sifat-sifat yang stabil ini menyebabkan manusia bertingkah laku relatif tetap dari situasi ke situasi. Allport membedakan antara sifat umum (general trait) dan kecenderungan pribadi (personal disposition). Sifat umum adalah dimensi sifat yang dapat membandingkan individu satu sama lainnya. Kecenderungan pribadi dimaksudkan sebagai pola atau konfigurasi unik sifat-sifat yang ada dalam diri individu. Dua orang mungkin sama-sama jujur, namun berbeda dalam hal kejujuran berkaitan dengan sifat lain. Orang pertama, karena peka terhadap perasaan orang lain, kadang-kadang menceritakan “kebohongan 6
  • 7. putih” bagi orang ini, kepekaan sensitivitas adalah lebih tinggi dari kejujuran. Adapun orang orang kedua menilai kejujuran lebih tinggi, dan mengatakan apa adanya walaupun hal itu melukai orang lain. Orang mungkin pula memilki sifat yang sama, tetapi dengan motif berbeda. Seseorang mungkin berhati-hati karena ia takut terhadap pendapat orang lain, dan orang lain mungkin hati- hati karena mengekspresikan kebutuhannya untuk mempertahankan keteraturan hidup. Termasuk dalam teori-teori sifat berikutnya adalah teori-teori dari Willim Sheldom. Teori Sheldom sering digolongkan sebagai teori topologi. Meskipun demikian ia sebenarnya menolak pengotakkan menurut tipe ini. Menurutnya, manusia tidak dapat digolongkan dalam tipe ini atau tipe itu. Akan tetapi, setidak-tidaknya seseorang memiliki tiga komponen fisik yang berbeda menurut derajat dan tingkatannya masing-masing. Kombinasi ketiga komponen ini menimbulkan berbagai kemungkinan tipe fisik yang isebutnya sebagai somatotipe. Menurut Sheldom ada tiga komponen atau dimensi temperamental adalah sebagai berikut : a. Viscerotonia. Individu yang memiliki nilai viscerotonia yang tinggi, memiliki sifat-sifat, antara lain suka makan enak, pengejar kenikmatan, tenang toleran, lamban, santai, pandai bergaul. b. Somatotonia. Individu dengan sifat somatotonia yang tinggi memiliki sifat-sifat seperti berpetualang dan berani mengambil resiko yang tinggi, membutuhkan aktivitas fisik yang menantang, agresif, kurang peka dengan perasaan orang lain, cenderung menguasai dan membuat gaduh. c. Cerebretonia. Pribadi yang mempunyai nilai cerebretonia dikatakan bersifat tertutup dan senang menyendiri, tidak menyukai keramaian dan takut kepada orang lain, serta memiliki kesadaran diri yang tinggi. Bila sedang di rundung masalah, Ia memiliki reaksi yang cepat dan sulit tidur. 3. Teori Kepribadian Behaviorisme 7
  • 8. Menurut Skinner, individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Dia bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau suatu poin yang faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama-sama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang khas pula pada individu tersebut. Bagi Skinner, studi mengenai kepribadian itu ditujukan pada penemuan pola yang khas dari kaitan antara tingkah laku organisme dan berbagai konsekuensi yang diperkuatnya. Selanjutnya, Skinner telah menguraikan sejumlah teknik yang digunakan untuk mengontrol perilaku. Tekhnik tersebut antara lain adalah sebagai berikut : 1) Pengekangan fisik (psycal restraints) Menurut skinner, kita mengntrol perilaku melalui pengekangan fisik. Misalnya, beberapa dari kita menutup mulut untuk menghindari diri dari menertawakan kesalahan orang lain. Orang kadang-kadang melakukannya dengan bentuk lain, seperti berjalan menjauhi seseorang yang tealh menghina ita agar tidak kehilangan kontrol dan menyerang orang tersebut secara fisik. 2) Bantuan fisik (physical aids) Kadang-kadang orang menggunakan obat-obatan untuk mengontrol perilaku yang tidak dinginkan. Misalnya, pengendara truk meminum obat perangsang agar tidak mengatuk saat menempuh perjalanan jauh. Bantuan fisik bisa juga digunakan untuk memudahkan perilaku tertentu, yang bisa dilihat pada orang yang memiliki masalah penglihatan dengan cara memakai kacamata. 3) Mengubah kondisi stimulus (changing the stimulus conditions) 8
  • 9. Suatu tekhnik lain adalah mengubah stimulus yang bertanggunggung jawab. Misalnya, orang yang berkelebihan berat badan menyisihkan sekotak permen dari hadapannya sehingga dapat mengekang diri sendiri. 4) Memanipulasi kondisi emosional (manipulating emotional conditions) Skinner menyatakan terkadang kita mengadakan perubahan emosional dalam diri kita untuk mengontrol diri. Misalnya, beberapa orang menggunakan tekhnik meditasi untuk mengatasi stess. 5) Melakukan respons-respons lain (performing alternativeresponses) Menurut Skinner, kita juga sering menahan diri dari melakukan perilaku yang membawa hukuman dengan melakukan hal lain. Misalnya, untuk menahan diri agar tidak menyerang orang yang sangat tidak kita sukai, kita mungkin melakukan tindakan yang tidak berhubungan dengan pendapat kita tentang mereka. 6) Menguatkan diri secara positif (positif self-reinforcement) Salah satu teknik yang kita gunakan untuk mengendalikan perilaku menurut Skinner, adalah positive self-reinforcement. Kita menghadiahi diri sendiri atas perilaku yang patut dihargai. Misalnya, seorang pelajar menghadiahi diri sendiri karena telah belajar keras dan dapat mengerjakan ujian dengan baik, dengan menonton film yang bagus. 7) Menghukum diri sendiri (self punishment) Akhirnya, seseorang mengkin menghukum diri sendiri karena gagal mencapai tujuan diri sendiri. Misalnya, seorang mahasiswa menghukum dirinya sendiri karena gagal melakukan ujian dengan baik dengan cara menyendiri dan belajar kembali dengan giat. 4. Teori Psikologi Kognitif Menurut para ahli, teori psikologi kognitif dapat dikatakan berawal dari pandangan psikologi Gestalt. Mereka berpendapat bahwa dalam memersepsi 9
  • 10. lingkungannya, manusia tidak sekadar mengandalkan diri pada apa yang diterima dari penginderaannya, tetapi masukan dari pengindraan itu, diatur, saling dihubungkan dan diorganisasikan untuk diberi makna, dan selanjutnya dijadikan awal dari suatu perilaku. Pandangan teori kognitif menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia tidak lain adalah elemen-elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam lapangan kesadaran (kognisi). Dalam teori ini, unsur psikis dan fisik tidak dipisahkan lagi, karena keduanya termasuk dalam kognisi manusia. Bahkan, dengan teori ini dimungkinkan juga faktor-faktor diluar diri dimasukkan (diwakili) dalam lapangan psikologis atau lapangan kesadaran seseorang. D. Tipe-Tipe Kepribadian Pada dasarnya setisp orang memiliki kepribadian yang berbeda satu sama lain. Penelitian tentang kepribadian manusia dilakukan para ahli sejak dulu kala. Kita mengenal Hippocrates dan Galenus yang mengemukakan bahwa manusia bisa dibagi menjadi empat golongan menurut keadaan zat cair yang ada dalam tubuhnya. 1) Melancholicus (melankolisi), yaitu orang-orang yang banyak empedu hitamnya, sehingga orang-orang dengan tipe ini selalu bersikap murung atau muram, pesimistis dan selalu menaruh rasa curiga. 2) Sanguinicus (sanguinisi), yakni orang-orang yang banyak darahnya, sehingga orang-orang tipe ini selalu menunjukkan wajah berseri-seri, periang atau selalu gembira, dan bersikap optimistis. 3) Flegmaticus (flegmatisi), yaitu orang-orang yang banyak lendirnya. Orang- orang seperti ini sifatnya lamban dan pemalas, wajahnya selalu pucat, pesimis, pembawaannya tenang, pendiriannya tidak mudah berubah. 10
  • 11. 4) Cholericus (kolerisi), yakni yang banyak empedu kuningnya. Orang bertipe ini bertubuh besar dan kuat, namun penaik darah dan sukar mengendalikan diri, sifatnya garang dan agresif. C.G. Jung, seorang ahli penyakit jiwa dari Swiss, membuat pembagian tipe manusia dengan cara lain lagi. Ia menyatakan bahwa perhaian manusia tertuju pada dua arah, yakni keluar dirinya yang disebut extrovert, dan kedalam dirinya yang disebut introvert. Jadi, menurut jung tipe manusia bisa dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu : 1) Tipe extrovert, yaitu orang-orang yang perhatiannya lebih diarahkan keluar dirinya, kepada orang-orang lain dan kepada masyarakat. 2) Tipe introvert, orang-orang yang perhatiannya lebih mengarah pada dirinya. Orang yang tergolong tipe extrovert mempunyai sifat-sifat: berhati terbuka, lancar dalam pergaulan, ramah, penggembira, kontak dengan lingkungan besar sekali. Mereka mudah memegaruhi dan mudah pula dipengaruhi oleh lingkungannya. Adapun orang-orang yang tergolong introvert memiliki sifat-sifat : kurang pandai bergaul, pendiam, sukar diselami batinnya, suka mnyendiri, bahkan sering takut kepada orang lain. Kretschmer, ahli penyakit jiwa berkebangsaan Jerman, mengemukakan adanya hubungan yang erat antara tipe tubuh dengan sifat dan wataknya. Ia memebagi manusia dalam empat golongan menurut tipe atau bentuk tubuhnya masing-masing, yaitu berikut ini : 1) Atletis, dengan ciri-ciri tubuh: besar, berotot kuat, kekar dan tegap, berdada lebar. 2) Astenis, dengan ciri-ciri: tinggi, kurus, tidak kuat, bahu sempit, lengan, dan kaki kecil. 3) Piknis, dengan ciri-ciri: bulat, gemuk, pendek, muka bulat, leher pejal. 4) Displastis, merupakan bentuk tubuh campuran dari ketiga tipe diatas. 11
  • 12. Tipe watak orang yang berbentuk atletis dan astenis adalah schizothim, yang menurut Kretschmer mempunyai sifat-sifat, antara lain : sulit bergaul, mempunyai kebiasaan yang tetap, sukar menyesuaikan diri dengan situasi baru, kelihatan sombong, egoistis dan bersifat ingin berkuasa, kadang-kadang optimis, kadang pula pesimis, selalu berpikir terlebih dahulu masak-masak sebelum bertindak. Lain halnya dengan orang yang memiliki bentuk tubuh piknis, atau tipe wataknya sering disebut siklithim. Sifat orang-orang ini adalah mudah bergaul, suka humor, mudah berubah-ubah stemming-nya, mudah menyesuaikan diri dengan situasi yang baru, lekas memaafkan kesalahan orang lain, tetapi kurang setia, dan tidak konsekuen. Menurut teori Sheldon, manusia bisa digolongkan menjadi tiga macam tipe yaitu : a. Tipe Endomorp Menurut Sheldon, orang yang komponen endomorp-nya tinggi, sedangkan kedua komponen lainnya rendah, ditandai oleh alat-alat dalam dan seluruh sistem digestif (yang berasal dari endoderm) memegang peranan penting. Sheldom menyebut tipe endomorph dengan kecenderungan pada kebulatan, keluwesan, kehalusan, dan gemuknya tubuh, serta tangan-kaki yang lembut dan kecil. b. Tipe Mesomorph Dalam pandangan Sheldon, orang yang bertipe mesomorph, komponen mesomorphnya tinggi, sedangkan komponen lainnya lagi rendah. Karena itu, bagian-bagian tubuhnya yang berasal dari mesoderm relatif berkembang lebih baik ketimbang yang lain-lain; misalnya: otot-ototnya dominan, pembuluh- pembuluh darah kuat, jantung juga dominan. Orang tipe ini punya kecenderungan kokoh, keras, otot tampak bersegi-segi, tahan sakit. Termasuk pada golongan tipe ini, misalnya, para olahragawan, pengelana, dan tentara. 12
  • 13. c. Tipe Ectomorph Orang-orang yang termasuk pada golongan tipe ectomorph ini adalah organ- organ mereka berasal dari ectoderm yang terutama berkembang, yaitu kulit, sistem saraf. Kecenderungan tipe entomorph adalah pada tangan dan kaki yang lurus, tubuhnya tampak lemah dan langsing, jangkung, dada pipih, dan otot-otot hampir tidak tampak berkembang. E. Pengukuran-Pengukuran Kepribadian Sifat kepribadian biasa diukur melalui angka rata-rata pelaporan dari (self- report)kuesioner kepribadian (untuk sifat khusus) atau penelusuran kepribadian seutuhnya (personality inventory, serangkaian instrumen yang menyingkap sejumlah sifat). Ada beberapa macam cara untuk mengukur atau menyelidiki kepribadian. Berikut ini adalah beberapa diantaranya : 1. Observasi Direct Observasi direk berbeda dengan observasi biasa. Observasi direk mempunyai sasaran yang khusus , sedangkan observasi biasa mengamati seluruh tingkah laku subjek. Observasi direk memilih situasi tertentu, yaitu saat dapat diperkirakan munculnya indikator dari ciri-ciri yang hendak diteliti, sedangkan observasi biasa mungkin tidak merencanakan untuk memilih waktu. Observasi direct diadakan dalam situasi terkontrol, dapat diulang atau dapat dibuat replikasinya. Misalnya, pada saat berpidato, sibuk bekerja, dan sebagainya.Ada tiga tipe metode dalam observasi direk yaitu: a. Time Sampling Method Dalam time sampling method, tiap-tiap subjek diselidiki pada periode waktu tertentu. Hal yang diobservasi mungkin sekadar muncul tidaknya respons, atau aspek tertentu. 13
  • 14. b. Incident Sampling Method Dalam incident sampling method, sampling dipilih dari berbagai tingkah laku dalam berbagai situasi. Laporan observasinya mungkin berupa catatan-catatan dari Ibu tentang anaknya, khusus pada waktu menangis, pada waktu mogok makan, dan sebgainya. Dalam pencatatan tersebut hal-hal yang menjadi perhatian adalah tentang intensitasnya, lamanya, juga tentang efek-efek berikut setelah respons. c. Metode Buku Harian Terkontrol Metode ini dilakukan dengan cara mencatat dalam buku harian tentang tingkah laku yang khusus hendak diselidiki oleh yang bersangkutan sendiri. Misalnya mengadakan observasi sendiri pada waktu sedang marah. Syarat penggunaan metode ini, antara lain, bahwa peneliti adalah orang dewasa yang cukup inteligen dan lebih jauh lagi adalah benar-benar ada pengabdian pada perkembangan ilmu pengetahuan. 2. Wawancara (Interview) Menilai kepribadian dengan wawancara (interview) berarti mengadakan tatap muka dan berbicara dari hati ke hati dengan orang yang dinilai. Dalam psikologi kepribadian, orang mulai mengembangkan dua jenis wawancara, yakni: a. Stress interview Stress interview digunakan untuk mengetahui sejauh mana seseorang dapat bertahan terhadap hal-hal yang dapat mengganggu emosinya dan juga untuk mengetahui seberapa lama seseorang dapat kembali menyeimbangkan emosinya setelah tekanan-tekanan ditiadakan. Interviewer ditugaskan untuk mengerjakan sesuatu yang mudah, kemudian dilanjutkan dengan sesuatu yang lebih sukar. b. Exhaustive Interview 14
  • 15. Exhaustive Interview merupakan cara interview yang berlangsung sangat lama; diselenggarakn non-stop. Cara ini biasa digunakan untuk meneliti para tersangka dibidang kriminal dan sebagai pemeriksaan taraf ketiga. 3. Tes proyektif Cara lain untuk mengatur atau menilai kepribadian adalah dengan menggunakan tes proyektif. Orang yang dinilai akan memprediksikan dirinya melalui gambar atau hal-hal lain yang dilakukannya. Tes proyektif pada dasarnya memberi peluang kepada testee (orang yang dites) untuk memberikan makna atau arti atas hal yang disajikan; tidak ada pemaknaan yang dianggap benar atau salah. Jika kepada subjek diberikan tugas yang menunut penggunaan imajinasi, kita dapat menganalisis hasil fantasinya untuk menguur cara dia merasa dan berpikir. Jika melakukan kegiatan yang bebas, orang cenderung menunjukkan dirinya, memantulkan (proyeksi) kepribadiannya untuk melakukan tugas yang kreatif. Jenis yang termasuk tes proyektif adalah: a. Tes Rorschach Tes yang dikembangkan oleh seorang dkter psikiatrik Swiss, Hermann Rorschach, pada tahun 1920-an, terdiri atas sepuluh kartu yang masing- masing menampilkan bercak tintan yang agak kompleks. Sebagian bercak itu berwarna; sebagian lagi hitam putih. Kartu-kartu tersebut diperlihatkan kepada mereka yang mengalami percobaan dalam urutan yang sama. Mereka ditugaskan untuk menceritakan hal apa yang dilihatnya tergambar dalam noda-noda tinta itu. Meskipun noda-noda itu secara objektif sama bagi semua peserta, jawaban yang mereka berikan berbeda satu sama lain. Ini menunjukkan bahwa mereka yang mengalami percobaan itu memproyeksikan sesuatu dalam noda-noda itu. Analisis dari sifat jawaban yang diberikan peserta itu memberikan petunjuk mengenai susunan kepribadiannya. b. Tes Apersepsi Tematik (Thematic Apperception Test/TAT) 15
  • 16. Tes apersepsi tematik atau Thematic Apperception Test (TAT), dikembangkan di Harvard University oleh Hendry Murray pada tahun 1930-an. TAT mempergunakan suatu seri gambar-gambar. Sebagian adalah reproduksi lukisan-lukisan, sebagian lagi kelihatan sebagai ilustrasi buku atau majalah. Para peserta diminta mengarang sebuah cerita mengena tiap-tiap gambar yang diperlihatkan kepadanya. Mereka diminta membuat sebuah cerita mengenai latar belakang dari kejadian yang menghasilkan adegan pada setiap gambar, mengenai pikiran dan perasaan yang dialami oleh orang-orang didalam gambar itu, dan bagaimana episode itu akan berakhir. Dalam menganalisis respon terhadap kartu TAT, ahli psikologi melihat tema yang berulang yang bisa mengungkapkan kebutuhan, motif, atau karakteristik cara seseorang melakukan hubungan antarpribadinya. 4. Inventori Kepribadian Inventori kepribadian adalah kuesioner yang mendorong individu untuk melaporkan reaksi atau perasaannya dalam situasi tertentu. Kuesioner ini mirip wawancara terstruktur dan ia menanyakan pertanyaan yang sama untuk setiap orang, dan jawaban biasanya diberikan dalam bentuk yang mudah dinilai, seringkali dengan bantuan komputer. Menurut Atkinson dan kawan- kawan, investori kepribadian mungkin dirancang untuk menilai dimensi tunggal kepribadian (misalnya, tingkat kecemasan) atau beberapa sifat kepribadian secara keseluruhan. Investori kepribadian yang terkenal dan banyak digunakan untuk menilai kepribadian seseorang ialah: (a) Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI), (b) Rorced-Choice Inventories, dan (c) Humm-Wadsworth Temperament Scale (H-W Temperament Scale). a. Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI) MMPI terdiri atas kira-kira 550 pernyataan tentag sikap, reaksi emosional, gejala fisik dan psikologis, serta pengalaman masa lalu. Subjek menjawab tiap pertanyaan dengan menjawab “benar”, “salah”, atau “tidak dapat mengatakan”. Pada prinsipnya, jawaban mendapat nilai 16
  • 17. menurut kesesuaiannya dengan jawaban yang diberikan oleh orang-orang yang memiliki berbagai macam masalah psikologi. MMPI dikembangkan guna membantu klinis dalam mendiagnosis gangguan kepribadian. Para perancang tes tidak menentukan sifat mengukurnya, tetapi memberikan ratusn pertanyaan tes untuk mengelompokkan individu. Tiap kelompok diketahui berbeda dari normalnya menurut kriteria tertentu. Kelompok kriteria terdiri atas individu yang telah dirawat dengan diagnosis gangguan paranoid. Kelompok kontrol terdiri atas orang yang belum pernah didiagnosis menderita masalah psikiatrik, tetapi mirip dengn kelompok kriteria dalah hal usia, jenis kelamin, status sosioekonomi, dan variabel penting lain. b. Rorced-Choice Inventories Rorced-Choice Inventories atau Inventori Pilihan-Paksa termasuk klasifikasi tes yang volunter. Suatu tes dikatakan volunter bila subjek dapat memilih pilihan yang lebih disukai, dan tahu bahwa semua pilihan itu benar, tidak ada yang salah (Muhadjir,1992). Subjek, dalam hal ini, diminta memilih pilihan yang lebih disukai, lebih sesuai, lebih cocok dengan minatnya, sikapnya, atau pandangan hidupnya. c. Humm-Wadsworth Temperament Scale (H-W Temperament Scale) H-W Temperament Scale dikembangkan dari teori kepribadian Rosanoff (Muhadjir, 1992). Menurut teori ini, kepribadian memiliki enam komponen, yang lebih banyak bertolak dari keragaman abnomal, yaitu: 1) Schizoid Autistik, mempunyai tendensi tak konsisten, berpikirnya lebih mengarah pada khayalan. 2) Schizoid Paranoid, mempunyai tendensi tak konsisten, dengan angan bahwa dirinya penting. 3) Cycloid Manik, emosinya tidak stabil dengan semangat berkobar. 17
  • 18. 4) Cycloid Depress, emosinya tak stabil dengan retardasi dan pesimisme. 5) Hysteroid, ketunaan watak berbatasan dengan tendensi kriminal. 6) Epileptoid, dengan antusiasme dan aspirasi yang bergerak terus. H-W Temperament Scale tersusun dalam sejumlah item yang berfungsi untuk memilahkan kelompok yang patologik dari kelompok penderita hysteroid, misalnya, diasumsikan memiliki mental kriminal. F. Gangguan Kepribadian Gangguan kepribadian adalah suatu proses perkembangan yang timbul pada masa kanak-kanak, masa remaja, dan berlanjut pada masa dewasa. Keadaan ini merupakan pola perilaku yang tertanam dalam dan berlangsung lama, muncul sebagai respon yang kaku terhadap rentangan situasi pribadi dan sosial yang luas. Penggolongan atau klasifikasi gangguan kepribadian bermacam-macam, yaitu: a. Kepribadian Paranoid Kepribadian paranoid adalah gangguan kepribadian dengan sifat curiga yang menonjol. Orang lain selalu dilihat sebagai agressor, ingin merugikan, ingin menyakiti, ingin mencelakai, membahayakan, dan sebagainya, sehingga ia bersikap sebagai pemberontak untuk mempertahankan harga dirinya. Sering ia mengancam, memberontak, menolak, membuat keterangan yang tak masuk akal tentang kesalahan-kesalahannya. Sering ia bersikap apriori, memvonis sesuatu tanpa melakukan penyelidikan terlebih dahulu, tanpa dukungan data yang akurat, melemparkan tanggung jawab dan kesalahannya pada orang lain. Penderita umumnya ditinggalkan teman-temannya dan mendapatkan banyak musuh. Gangguan kepribadian paranoid dibagi dua, yaitu: 18
  • 19. - Kepribadian yang mudah tersinggung, bereaksi terhadap pengalaman sehari-hari secara berlebihan dengan rasa menyerah dan rendah diri, serta cenderung menyalahkan orang lain tentang pengalamannya itu. - Kepribadian yang lebih agresif, kasar, serta sangat peka terhadap apa yang dianggap haknya. Cepat tersinggun bila haknya dilanggar dan sangat gigih dalam mempertahankan haknya tersebut. Persamaan kedua kelompok tersebut adalah sifat curiga yang berlebihan, cepat merasakan bahwa sesuatu itu tertuju pada dirinya dan adanya negatif, serta mudah sekali tersinggung. b. Kepribadian Afektif/Siklotim Ciri utama dari kepribadian siklotim adalah keadaan perasaan dan emosinya yang berubah-ubah antara depresi dan euforia. Penderita mungkin berhaasil menarik banyak teman karena sifatnya yang ramah, gembira, semangat, hangat, tetapi dikenal pula sebagai orang yang tak dapat diramalkan. Dalam keadaan depresi, penderita dapat menjadi sangat cemas, khawatir, pesimis, bahkan nihilistik. c. Kepribadian Skizoid Sifat-sifat kepribadian ini adalah pemalu, perasa, pendiam, suka menyendiri, menghindari kontak sosial dengan orang lain. Ciri utamanya adalah cara menyesuaikan diri dan mempertahankan diri ditempuh dengan menarik diri, mengasingkan diri, dan juga sering berperilaku aneh (ekstrinsik). Pemikirannya autistik (hidup dalam dunianya sendiri), melamun berlebihan, dan ketidamampuan menyatakan rasa permusuhan. d. Kepribadian Eksplosif Ciri utama tipe ini adalah diperlihatkannya sifat tertentu yang lain dari perilakunya sehari-hari, yaitu ledakan-ledakan amarah dan agresivitas, sebagai reaksi terhadap stres yang dialaminya (walaupun mungkin stresnya sangat kecil). Segera sesudah itu biasanya ia menyesali perbuatannya. 19
  • 20. e. Kepribadian Anankastik Ciri utama tipe kepribadian ini adalah perfeksionisme dan keteraturan, kaku, pemalu, disertai dengan pengawasan diri yang tinggi. Orangnya tdak kompromis serta sangat patuh (bahkan berlebihan) pada nora-norma, etika, dan moral. Orang dengan kepribadian ini sering terlambat unutk menikah, karena tuntutannya terlalu tinggi dan takut/ragu-ragu dalam mengambil keputusan. f. Kepribadian Histerik Ciri utama kepribadian ini adalah sombong, egosentrik, tidak sabilnya emosi, suka menarik perhatian denga afek yang labil, sering berdusta dan menunjukkan pseudologika fantastika (menceritakan secara luas, terperinci, dan kelihatan masuk akal padahal tanpa dasar fakta atau data. Ia dapat menyatakan perasaannya secara tepat dan sering disertai dengan gerakan badaniah dalam berkomunikasi. g. Kepribadian Astenik Ciri utamanya hidup tidak bergairah, lemas, lesu, letih, lemah, tak ada tenaga sepanjang kehidupannya. Orangnya tidak tahan terhadap stres hidup yang normal dalam kehidupan sehari-hari. Vitalitas dan emosionalitasnya sangat rendah. Terdapat abulia atau kurang kemauan dan anhedonia (kurang mampu menikmati sesuatu). h. Kepribadian Anti Sosial Ciri utamanya ialah bahwa perilakunya selalu menimbulkan konflik dengan ornag lain atau lingkungannya. Tidak loyal pada kelompok dan norma-norma sosial, tidak toleran terhadap kekecewaan atau frustasi, selalu menyalahkan ornag lain dengan rasionalisasi. Ia egosentris, idka bertangung jawab, impulsif, agrsif, kebal terhadap rasa sakit, dan idak mampu belajar dari pengalaman ataupun hukuman yang diberikan. i. Kepribadian Pasif-Agresif 20
  • 21. Tipe ini dibagi menjadi dua, yaitu: - Kepribadian pasif dependen, orang dengan tipe kepribadian ini selalu berpikir, merasa, dan bertindak bahwa kebutuhannya akan ketergantungannya itu dapat dipenuhi scara menakjubkan. - Kepribadian pasif agresif, orang dengan tipe ini merasa bahwa kebutuhan akan ketergantungan tidak pernah terpenuhi. Ia menunjukkan penangguhan dan sikap keras agar diterima dengan murah hati apa yang diharapkannya degan sangat. Tipe kepribadian ini ditandai dengan sifat pasif dan agresif. Agresifitas dapat dinyatakan secara pasif dengan cara bermuka masam, malas, menyabot, dan keras kepala. Perilaku ini merupakan pencerminan dari rasa permusuhan yang dinyatakan secara tertutup, atau rasa tidak puas terhadap seseorang/sesuatu yang kepadanya ia sangat menggantungkan dirinya. j. Kepribadian Inadequat Ciri utama tipe ini adalah ketidakmampuannya secara terus menerus atau berulang-ulang untuk memenuhi harapan atau tuntutan teman atau sebayanya atau kenalannya. Baik dalam respon emosional, intelektual, sosial, maupun fisik. Penderta sendiri tidak merasakan sebagai bebean karena dianggapnya wajar dan harus diterima sebagaimana adanya. Orang dengan tipe ini biasanya juga empunyai kehidupan yang tak terprogram, tidak mampu melaksanakan tugas, serta tidak mau dipaksa untuk melakukan sesuatu. 21
  • 22. BAB III PENUTUP Kesimpulan Kepribadian setiap individu berbeda satu sama lain. Untuk mengetahui kepribadian seseorang kita perlu mempelajari struktur kepribadiannya. Ada beberapa hal yang mempengaruhi pembentukan kepribadian yaitu pengetahuan umum dan pengetahuan khusus. Sehingga terbentuklah beberapa jenis kepribadian unik dari setiap individu. Penggolongan ini ada yang berdasarkan faktor eksternal dan internal. Individu yang tidak dapat menghadapi masalah pribadi dan sosial yang timbul saat ia masih kanak-kanak sampai dewasa dapat menimbulkan gangguan kepribadian. Oleh kerena itu sejak dini kepribadian harus dibentuk dengan baik sehingga tidak mengalami gangguan kepribadian pada masing-masing individu. 22
  • 23. 23
  • 24. DAFTAR PUSTAKA Sobur, Alex, Drs, M.Si. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. Sarwono, Sarlito Wirawan, Dr. 2000. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: PT Bulan Bintang. Baihaqi, MIF, Drs, M.Si, dkk. 2005. Psikiatri Konsep Dasar dan Gangguan- Gangguan. Bandung: PT Refika Aditama. 24