SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 16
BALANCED SCORECARD




       DISUSUN OLEH:
   EVA CHRISTINA S MAHA
       (01101003039)


      DOSEN PENGASUH:
HASNI YUSRIANTI SE, M. Acc, Ak.




  JURUSAN AKUNTANSI
   FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
        INDRALAYA
            2012
BALANCED SCORECARD

        Balanced Scorecard (BSC) adalah pendekatan terhadap strategi manajemen yang
dikembangkan oleh Drs.Robert Kaplan (Harvard Business School) and David Norton pada awal tahun
1990.
        Konsep balanced scorecard berkembang sejalan dengan perkembangan implementasinya.
Balanced scorecard terdiri dari dua kata: (1) kartu skor (scorecard) dan (2) berimbang (balanced).
Kartu score adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kartu skor ini
dapat juga digunakan untuk merencanakan skor yang hendak dicapai atau yang diwujudkan personel
di masa depan. Kata berimbang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja personel diukur
secara berimbang dari dua aspek: keuangan dan nonkeuangan, jangka pendek dan jangka panjang,
intern dan ekstern.
        Pada awalnya, balanced scorecard ditujukan untuk memperbaiki sistem pengukuran kinerja
eksekutif. Sebelum tahun 1990-an eksekutif hanya diukur kinerjanya dari aspek keuangan,
akibatnya fokus perhatian dan usaha eksekutif lebih dicurahkan untuk mewujudkan kinerja
keuangan dan kecendrungan mengabaikan kinerja nonkeuangan.

        Pada tahun 1990, Nolan Norton Institute, bagian riset kantor akuntan publik KPMG,
mensponsori study tentang “Mengukur Kinerja Organisasi Masa Depan”(Kaplan and Norton ,1996:
vii). Hasil studi tersebut menyimpulkan bahwa untuk mengukur kinerja eksekutif masa depan,
diperlukan ukuran yang komprehensif yang mencakup empat perspektif: keuangan, customer,
proses bisnis/intern, dan pembelajaran dan pertumbuhan. Ukuran ini disebut dengan balanced
scorecard. Berdasarkan pendekatan balanced scorecard, kinerja keuangan yang dihasilkan oleh
eksekutif harus merupakan akibat diwujudkannya kinerja dalam pemuasan kebutuhan customers,
pelaksanaan proses bisnis/intern yang produktif dan cost effective, dan/atau pembangunan personel
yang produktif dan berkomitmen. Kinerja eksekutif di perspektif keuangan diukur dengan
menggunakan ukuran: (1) return on investment (ROI), (2) bauran pendapatan (revenue mix), (3)
pemanfaatan aktiva (diukur dengan asset turn over), dan (4) berkurangnya biaya secara signifikan.
        Kinerja eksekutif di perspektif customer diukur dengan menggunakan tiga ukuran: (1)
jumlah customer baru, (2) jumlah customer yang menjadi non customer, dan (3) ketepatan waktu
layanan customer. Di perspektif proses bisnis/intern, kinerja eksekutif diukur dengan menggunakan
tiga ukuran (1) cycle time, (2) on time delivery, (3) dan cycle effectiveness. Dalam perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan, kinerja eksekutif diukur dengan dua ukuran: (1) skill coverage dan
(2) quality work life. Pesan yang disampaikan pada eksekutif dengan penggunaan balanced
scorecard dalam pengukuran kinerja eksekutif adalah “kinerja keuangan yang berjangka panjang
tidak dapat dihasilkan melalui usaha-usaha yang semu (artificial).
        Kinerja keuangan dalam jangka panjang, hanya dapat diwujudkan melalui usaha-usaha
dengan menghasilkan value bagi customer, meningkatkan produktivitas dan cost effectiveness
proses bisnis/intern, meningkatkan kapabilitas dan komitmen personel.
Keunggulan Balanced Scorecard

        BSC memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki sistem strategi manajemen tradisional.
Strategi manajemen tradisional hanya mengukur kinerja organisasi dari sisi keuangan saja dan lebih
menitik beratkan pengukuran pada hal-hal yang bersifat tangible, namun perkembangan bisnis
menuntut untuk mengubah pandangan bahwa hal-hal intangible juga berperan dalam kemajuan
organisasi. BSC menjawab kebutuhan tersebut melalui sistem manajemen strategi kontemporer,
yang terdiri dari empat perspektif yaitu: keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta
pembelajaran dan pertumbuhan. Keunggulan pendekatan BSC dalam sistem perencanaan strategis
(Mulyadi, 2001, p.18) adalah mampu menghasilkan rencana strategis, yang memiliki karakteristik
sebagai berikut (1) komprehensif, (2) koheren, (3)seimbang dan (4) terukur.
         Melalui pengukuran kinerja berdasarkan pendekatan balanced scorecard, perusahaan
didorong untuk tidak hanya memberikan perhatian pada proses yang ada, tetapi berusaha mencari
metode proses baru yang memberikan value lebih baik bagi pelanggan dan pemegang saham untuk
strategi yang telah direncanakan. Berikut ini akan dibahas masing-masing perspektif pengukuran
kinerja berdasarkan balanced scorecard.


Perspektif Keuangan

        Pendekatan perspektif keuangan dalam balanced scorecard merupakan hal yang sangat
penting, hal ini disebabkan ukuran keuangan merupakan suatu konsekuensi dari suatu keputusan
ekonomi yang diambil dari suatu tindakan ekonomi. Ukuran keuangan ini menunjukkan adanya
perencanaan, implementasi. serta evaluasi dari pelaksanaan strategi yang telah ditetapkan.
Evaluasi ini akan tercermin dari sasaran yang secara khusus dapat diukur melalui keuntungan yang
diperoleh, seperti contohnya Return on investment, Economic value added.
         Selanjutnya Kaplan ( 1996) menjelaskan bahwa ada 3 tahapan siklus bisnis yang harus dilalui
oleh suatu perusahaan yaitu pertumbuhan (growth), bertahan (sustain) dan panen ( harvest).
Pertumbuhan merupakan tahap pertama yang harus dilalui oleh perusahaan dari siklus kehidupan
bisnis, dimana pada saat ini perusahaan memiliki produk yang berpotensi memiliki tingkat
pertumbuhan yang baik sekali. Dalam tahap ini perusahaan beroperasi dalam cashflow yang negatif
dan tingkat pengembalian yang rendah. Investasi yang dilakukan oleh perusahaan pada tahap ini
relatif besar dengan biaya yang besar. Hal ini disebabkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan mempunyai pasar yang masih sangat terbatas. Pada tahap ini lebih ditekankan pada
pertumbuhan penjualan dengan mencari pasar dan konsumen baru. Selanjutnya Blocher (2000, 188)
menjelaskan bahwa siklus kehidupan penjualan (sales life cycle) dari suatu produk terdiri dari 4 fase
yaitu: (1) Pengenalan Produk, (2) Pertumbuhan, (3) kematangan, (4) Penurunan.
         Tahap siklus kedua yaitu bertahan (sustain), dimana pada tahap ini perusahaan masih
melakukan investasi dan reinvestasi untuk mempertahankan pangsa pasar yang telah ada. Investasi
umumnya dilakukan untuk memperlancar kemacetan operasi dan memperbesar kapasitas produksi
serta meningkatkan operasionalisasi. Sasaran keuangan lebih banyak diarahkan pada tingkat
kembalian investasi yang telah dilakukan, dengan demikian sasaran tidak lagi diarahkan pada
strategi–strategi jangka panjang. Pengukuran pada tahap ini bisa diukur dengan return on
invesment, economic value added.
Tahap ketiga yaitu tahap kematangan (mature). Pada tahap ini perusahaan sudah mulai
memanen apa yang telah dilakukan selama ini. Perusahaan tidak lagi melakukan investasi kecuali
untuk pemeliharaan dan perbaikan fasilitas yang telah dimiliki, sedangkan tujuan utama tahap ini
adalah memaksimalkan arus kas ke dalam perusahaan.


Perspektif Pelanggan

Prespektif kedua adalah pelanggan. Penilaian kinerja pelanggan ini sangat penting, karena
maju atau mundurnya kinerja perusahaan sangat ditentukan oleh pelanggan ini, apalagi
masuknya era globalisasi sehingga persaingan antar perusahaan menjadi sangat ketat. Jadi
perusahaan harus bersaing dengan usaha mencari pelanggan baru dan mempertahankan pelanggan
lama. Kaplan (1996) menjelaskan untuk memasarkan produknya perusahaan terlebih dahulu harus
menentukan segmen calon pelanggan mana yang harus dimasuki oleh perusahaan, dengan demikian
akan lebih jelas dan lebih terfokus tolok ukurnya.
         Dewasa ini fokus strategi perusahaan lebih diarahkan pada pelanggan (Customer drive
strategy), dengan kata lain apa yang dibutuhkan pelanggan harus dipenuhi oleh perusahaan.
Kinerja produk yang dihasilkan perusahaan minimal harus sama dengan apa yang dipersepsikan oleh
pelanggan. Kualitas produk yang kurang, menyebabkan konsumen akan pindah ke produk lain,
kualitas produk yang tinggi akan menyebabkan perusahaan akan rugi karena kehilangan potensi laba
yang tinggi dan sebaliknya konsumen merasa beruntung karena mendapatkan produk kualitas
tinggi dengan harga standar. Untuk mendapatkan laba maksimum perusahaan harus mampu
mempersepsikan kualitas produk yang diinginkan pelanggan yang sesuai dengan harga jualnya.
        Kaplan (1996) mejelaskan bahwa dari sisi perusahaan kinerja pelanggan terdiri dari pangsa
pasar, tingkat perolehan konsumen, kemampuan mempertahankan pelanggan, tingkat kepuasan
pelanggan, dan tingkat profitabilitas pelanggan, selanjutnya dijelaskan bahwa kinerja pelanggan ini
akan saling berintreraksi antara satu dengan yang lainnya.


Perspektif Bisnis Internal

         Penilaian kinerja yang ketiga dengan prespektif bisnis internal. Untuk bisa menggunakan
tolok ukur kinerja ini, maka perusahaan harus mengidentifikasi proses bisnis internal yang terjadi
pada perusahaan. Secara umum proses tersebut terdiri dari inovasi, operasi dan layanan purna
jual (after sales service).
        Tahap pertama yaitu inovasi. Dalam tahap ini perusahaan mencoba untuk mengidentifikasi
apa yang dibutuhkan oleh pelanggan atau calon pelanggan baik sekarang maupun dimasa yang akan
datang. Untuk mengidentifikasi ini perusahaan mencoba untuk merumuskan apa yang sebenarnya
dibutuhkan dan bagaimana cara untuk memenuhi kebutuhan konsumen tersebut. Pengidentifikasian
serta perumusan apa yang akan diproduksi tersebut sebenarnya terletak pada tahap penelitian dan
pengembangan produk ( litbang ), dengan demikian terlihat proses inovasi ini terletak pada fungsi
“litbang” ini.
Tolok ukur yang dipakai dalam menentukan kinerja proses inovasi diantaranya adalah :
     a. Banyaknya produk yang dihasilkan dan dikembangkan secara relatif dengan
        membandingkannya dengan produk pesaing dan barang subsitusi yang sesuai dengan
        prencanaan strategik perusahaan.
b. Besarnya jumlah penjualan produk baru dan lama waktu pengembangan produk secara
      relatif dibandingkan dengan para pesaing dan perencanaan strategik perusahaan.
   c. Lamanya waktu yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan dalam mencapai penjualan
      produk baru tersebut.
   d. Besarnya biaya pengembangan produk baru yang diperlukan dibandingkan dengan
      perusahaan pesaing dan rencana strategik perusahaan.
   e. Frekuensi modifikasi atas produk- produk yang dikembangkan secara relatif dibandingkan
      dengan pesaing dan rencana strategik perusahaan.

Berkenaan dengan proses operasi, dalam pembuatan produk proses pengukuran pembuatan
produk dapat dibagi atas 3 bagian yaitu :
    a) Pengukuran kualitas diarahkan untuk mengetahui apakah program yang sedang dijalankan
       oleh perusahaan sudah dijalankan dengan baik. Kalau menggunakan tolok ukur keuangan.
       Kualitas produk bisa menggunakan biaya mutu yang mencakup biaya pencegahan, biaya
       penilaian , biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal.
    b) Pengukuran biaya diarahkan pada pengukuran rangkaian              aktivitas. Aktivitas yang
       dilakukan diarahkan pada aktivitas yang bernilai tambah (value added) , sehingga aktivitas
       yang bersifat non-value added terus diminimalisasi dengan melakukan perbaikan yang terus-
       menerus (continuos improvement) sehingga akhirnya biaya yang non-value added akhirnya
       sangat minimal sehingga diharapkan cost of production hanyalah biaya yang bersifat value
       added saja. Untuk menerapkan konsep ini perusahaan dapat menggunakan konsep activity
       based of management (ABM).
    c) Pengukuran waktu.
       Dewasa ini cendrung perusahaan menggangap komponen waktu adalah hal yang sangat
       penting. Penyelesaian dan penyerahan barang yang tepat waktu dianggap sesuatu hal yang
       dapat memuaskan konsumen. Dalam hal proses produksi Kaplan (1996,117) menjelaskan
       bahwa Manufacturing Cycle Effectiveness ( MCE ) yang terbaik adalah satu, dengan kata
       lain waktu yang digunakan oleh perusahaan sama dengan waktu proses.
       Pengukuran terhadap efisiensi waktu yang dibutuhkan (time measurements)
                                                    Processing Time
               Manufacturing Cycle Efectiveness = ----------------------

                                                      Throughput Time
       Apabila MCE ini lebih rendah itu berarti perusahaan menggunakan sebagian dari waktunya
       dengan sia-sia.


Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

        Pembelajaran dan pertumbuhan ini bersumber dari tiga prinsip yaitu people, system dan
organizational procedure. Berkaitan dengan ketiga prinsip tersebut Kaplan (1996 ) menjelaskan
perspektif ini sebagai berikut:
        1. Kemampuan Pekerja. Dewasa ini pekerjaan rutin dalam proses produksi sudah
digantikan oleh mesin-mesin yang serba otomatis. Dengan demikian tenaga kerja buruh kasar yang
diperlukan relatif sedikit, sehingga tenaga kerja yang tinggal hanyalah tenaga kerja yang spesialis
saja. Semakin sedikitnya tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan menyebabkan perusahaan lebih
dapat memberikan akses informasi yang lebih layak kepada pekerjanya untuk lebih meningkatkan
effesiensi untuk mencapai tujuan perusahaan. Tolok ukur yang dapat digunakan untuk ini adalah
a) tingkat kepuasan pekerja pegawai b) tingkat perputaran tenaga kerja dan c) besarnya pendapatan
perusahaan perkaryawan dan yang terakhir adalah nilai tambah dari tiap karyawan.
         2. Kemampuan sistem informasi. Dalam kondisi yang sangat kompetitif, sistem informasi
yang handal sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan. Kemampuan sistem informasi ini
sangat ditentukan oleh tingkat ketersediaan informasi, tingkat keakuratan informasi dan jangka
waktu yang diperlukan untuk memperoleh informasi tersebut. Hal ini disebabkan betapapun
akuratnya suatu informasi yang diterima oleh perusahaan tapi apabila jangka waktunya telah
berlalu maka informasi tersebut tidak berguna lagi.
          3. Motivasi, Pemberdayaan dan Pensejajaran. Untuk dapat menciptakan motivasi
pegawai diperlukan iklim organisasi yang mampu menciptakan motivasi itu sendiri dan mendorong
inisiatif karyawan. Keberhasilan aspek ini bisa dilihat dari jumlah saran yang diajukan karyawan,
jumlah saran yang diimplementasikan dan tingkat kemampuan karyawan untuk mengetahui visi dan
misi yang diemban oleh perusahaan.



        Kaplan dan Norton (1996:30) menjelaskan hubungan sebab akibat peningkatan kinerja
perusahaan yang dijelaskan dalam 4 perspektif yang ada dalam balanced scorecard. Kinerja keuangan
(financial) sebenarnya merupakan hasil dari suatu proses yang berlanjut yang dimulai dengan adanya
peningkatan kemampuan sumberdaya, selanjutnya berimplikasi pada kualitas proses yang lebih baik.
Kualitas proses yang lebih baik akan berakibat penyerahan produk dan jasa yang berkualitas
dan tepat waktu sehingga akan menyebabkan pelanggan loyal dan mereka bersedia membayar
lebih besar dan berkelanjutan, yang pada akhirnya akan menaikkan laba perusahaan.


                         Cause-and-Effect Relationships


    Financial                                                 ROCE



                                                         Customer Loyalty
   Customer


                                                         On Time Delivery



                      Process Quality                                Process Cycle Time
    Internal Bussiness



    Learning & Growth                                  Employee Skills
Key Performance Indicators (KPI)


Key Performance Indicators merupakan matrik baik finansial maupun non finansial yang digunakan
oleh perusahaan untuk mengukur performa kinerjanya. Key Performance Indicator biasanya
digunakan untuk menilai kondisi suatu bisnis serta tindakan apa yang diperlukan untuk menyikapi
kondisi tersebut.

Selama ini Key Performance Indicators digunakan untuk mengukur parameter kualitatif yang
cenderung sulit pengukurannya. Misalnya kualitas kepemimpinan dan kepuasan pelanggan. Satu hal
yang perlu Anda perhatikan, tidak semua matrik adalah Key Performance Indicators.

Perbedaannya terletak pada isi matriknya. Matrik Key Performance Indicators menjelaskan performa
kinerja yang hendak dicapai oleh sebuah perusahaan serta langkah-langkah apa saja yang harus
dilakukan untuk merealisasikan obyek strategi dari perusahaan tersebut.

Sebuah matrik dikatakan sebagai Key Performance Indicators ketika memenuhi kriteria berikut ini:

(1) Memiliki target. Yakni target apa yang hendak dicapai serta waktu yang diperkukan untuk meraih
target tersebut.

(2) Berorientasi pada outcome. Jadi tidak sekedar output (hasil dari proses) sebab outcome
berpengaruh secara signifikan.

(3) Memiliki nilai threshold (ambang batas). Yakni untuk membedakan antara nilai target dengan nilai
aktual.

Key Performance Indicators memiliki peran penting bagi kemajuan sebuah perusahaan. Sebab,
perusahaan akhirnya dintuntut memiliki visi dan misi yang jelas serta langkah praktis untuk
merealisasikan tujuannya. Dan tidak sekedar itu saja, dengan Key Performance Indicators perusahaan
bisa mengukur pencapaian performa kinerjanya. Apakah sudah sesuai ataukah belum sama sekali.

Karena Key Performance Indicators merupakan alat ukur performa kinerja sebuah perusahaan, maka
Key Performance Indicators juga harus mencerminkan tujuan yang ingin diraih oleh perusahaan
tersebut. Artinya, Key Performance Indicators setiap perusahaan bisa jadi berbeda sesuai dengan
kebutuhannya.

Oleh karena itu sebelum menetapkan Key Performance Indicators, perusahaan harus melakukan
beberapa persiapan berikut ini:

(1)   Menetapkan tujuan yang hendak dicapai.
(2)   Memiliki bisnis proses yang telah terdefinisi dengan jelas.
(3)   Menetapkan ukuran kuantitatif dan kualitatif sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
(4)   Memonitor setiap kondisi yang terjadi serta melakukan perubahan yang diperlukan guna
      mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka
      panjang.
Key Performance Indicators membutuhkan perencanaan yang matang. Selain itu juga harus didukung
oleh ketersediaan data dan informasi yang akurat serta konsisten. Di sinilah peran penting sistim
informasi bagi sebuah perusahaan.

Jika perusahaan mampu menyediakan sistim informasi yang akurat, konsiten, dan mudah diakses
bagi siapa saja yang berkepentingan, niscaya data yang diperoleh bisa dipertanggungjawabkan
keakuratan dan konsistensinya. Walhasil, perusahaan juga harus menyediakan perangkat teknologi
informasi yang fungsional dan tepat sasaran.

Agar Key Performance Indicators bisa berfungsi dengan optimal, maka Key Performance Indicators
harus memenuhi kaidah SMART. Yakni scietific (spesifik), measureable (terukur), achievable (bisa
dicapai/realistis), reliable (bisa dipercaya), time bound (target waktu).
Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

A. Pengertian AHP ( Analitycal Hierarchy Process )

AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty.
Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang
kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu
representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level
pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah
hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke
dalam kelompok kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga
permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. AHP sering digunakan sebagai metode
pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut :
1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria
   yang paling dalam.
2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan
   alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.



B. Kelebihan dan Kelemahan AHP

Layaknya sebuah metode analisis, AHP pun memiliki kelebihan dan kelemahan dalam system
analisisnya. Kelebihan-kelebihan analisis ini adalah :
 Kesatuan (Unity)
   AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu model yang fleksibel
   dan mudah dipahami.
 Kompleksitas (Complexity)
   AHP memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan sistem dan pengintegrasian
   secara deduktif.
 Saling ketergantungan (Inter Dependence)
   AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak memerlukan
   hubungan linier.
 Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring)
   AHP mewakili pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan elemen sistem ke level-level
   yang berbeda dari masing-masing level berisi elemen yang serupa.
 Pengukuran (Measurement)
   AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan prioritas.
 Konsistensi (Consistency)
   AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk menentukan
   prioritas.
 Sintesis (Synthesis)
   AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya masing-masing
   alternatif.
 Trade Off
  AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem sehingga orang mampu
  memilih altenatif terbaik berdasarkan tujuan mereka.
 Penilaian dan Konsensus (Judgement and Consensus)
  AHP tidak mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil penilaian yang
  berbeda.
 Pengulangan Proses (Process Repetition)
  AHP mampu membuat orang menyaring definisi dari suatu permasalahan dan mengembangkan
  penilaian serta pengertian mereka melalui proses pengulangan. Sedangkan kelemahan metode
  AHP adalah sebagai berikut:
 Ketergantungan model AHP pada input utamanya.
  Input utama ini berupa persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas sang
  ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut memberikan penilaian yang
  keliru.
 Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik
  sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk.



C. Tahapan AHP

Dalam metode AHP dilakukan langkah-langkah sebagai berikut (Kadarsyah Suryadi dan Ali Ramdhani,
1998) :
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
   Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita pecahkan secara jelas, detail
   dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada kita coba tentukan solusi yang mungkin cocok bagi
   masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah lebih dari satu. Solusi tersebut nantinya
   kita kembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya.

2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama. Setelah menyusun tujuan utama
   sebagai level teratas akan disusun level hirarki yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria
   yang cocok untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang kita berikan dan menentukan
   alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Hirarki dilanjutkan
   dengan subkriteria (jika mungkin diperlukan).

3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau
   pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya.
   Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk kerangka konsistensi,
   mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua perbandingan yang
   mungkin dan mampu menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan
   pertimbangan. Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu
   mendominasi dan didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pengambil
   keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Untuk
   memulai proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriteria dari level paling atas hirarki
   misalnya K dan kemudian dari level di bawahnya diambil elemen yang akan dibandingkan
   misalnya E1,E2,E3,E4,E5.
4. Melakukan Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah penilaian
   seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang
   dibandingkan.
   Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1 sampai 9 yang
   menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam
   matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah
   terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen. Hasil perbandingan
   tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. Skala
   perbandingan perbandingan berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty bisa
   dilihat di bawah.
   Intensitas Kepentingan
   1 = Kedua elemen sama pentingnya, elemen mempunyai pengaruh yang sama besar
   3 = Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yanga lainnya, Pengalaman dan
        penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya
   5 = Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya, Pengalaman dan penilaian sangat
        kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya
   7 = Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya, Satu elemen yang kuat
        disokong dan dominan terlihat dalam praktek.
   9 = Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya, Bukti yang mendukung
         elemen yang satu terhadap elemen lain memeliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin
         menguatkan.
   2,4,6,8 = Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan,
               Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara 2 pilihan
Kebalikan = Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j , maka j
mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i

5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya.
   Jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.

6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.

7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang merupakan bobot
   setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai
   mencapai tujuan. Penghitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap kolom dari
   matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk
   memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya
   dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata.

8. Memeriksa konsistensi hirarki.
Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang
diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid.
Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama
dengan 10 %.
D. Prinsip Dasar dan Aksioma AHP

AHP didasarkan atas 3 prinsip dasar yaitu:
1. Dekomposisi
   Dengan prinsip ini struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi bagian-bagian secara hierarki.
   Tujuan didefinisikan dari yang umum sampai khusus. Dalam bentuk yang paling sederhana
   struktur akan dibandingkan tujuan, kriteria dan level alternatif. Tiap himpunan alternative
   mungkin akan dibagi lebih jauh menjadi tingkatan yang lebih detail, mencakup lebih banyak
   kriteria yang lain. Level paling atas dari hirarki merupakan tujuan yang terdiri atas satu elemen.
   Level berikutnya mungkin mengandung beberapa elemen, di mana elemen-elemen tersebut bisa
   dibandingkan, memiliki kepentingan yang hampir sama dan tidak memiliki perbedaan yang terlalu
   mencolok. Jika perbedaan terlalu besar harus dibuatkan level yang baru.
2. Perbandingan penilaian/pertimbangan (comparative judgments).
   Dengan prinsip ini akan dibangun perbandingan berpasangan dari semua elemen yang ada
   dengan tujuan menghasilkan skala kepentingan relatif dari elemen. Penilaian menghasilkan skala
   penilaian yang berupa angka. Perbandingan berpasangan dalam bentuk matriks jika
   dikombinasikan akan menghasilkan prioritas.
3. Sintesa Prioritas
   Sintesa prioritas dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan prioritas dari kriteria
   bersangkutan di level atasnya dan menambahkannya ke tiap elemen dalam level yang
   dipengaruhi kriteria. Hasilnya berupa gabungan atau dikenal dengan prioritas global yang
   kemudian digunakan untuk memboboti prioritas lokal dari elemen di level terendah sesuai
   dengan kriterianya.
   AHP didasarkan atas 3 aksioma utama yaitu :
   1. Aksioma Resiprokal
       Aksioma ini menyatakan jika PC (EA,EB) adalah sebuah perbandingan berpasangan antara
       elemen A dan elemen B, dengan memperhitungkan C sebagai elemen parent, menunjukkan
       berapa kali lebih banyak properti yang dimiliki elemen A terhadap B, maka PC (EB,EA)= 1/ PC
       (EA,EB). Misalnya jika A 5 kali lebih besar daripada B, maka B=1/5 A.
   2. Aksioma Homogenitas
       Aksioma ini menyatakan bahwa elemen yang dibandingkan tidak berbeda terlalu jauh. Jika
       perbedaan terlalu besar, hasil yang didapatkan mengandung nilai kesalahan yang tinggi. Ketika
       hirarki dibangun, kita harus berusaha mengatur elemen-elemen agar elemen tersebut tidak
       menghasilkan hasil dengan akurasi rendah dan inkonsistensi tinggi.
   3. Aksioma Ketergantungan
       Aksioma ini menyatakan bahwa prioritas elemen dalam hirarki tidak bergantung pada elemen
       level di bawahnya. Aksioma ini membuat kita bisa menerapkan prinsip komposisi hirarki.
ANALISIS BALANCE SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKUR KINERJA PERUSAHAAN

                        (Studi Kasus pada PT Astra Honda Motor)


PENDAHULUAN

        Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan perubahan besar dalam
hal persaingan, produksi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia, dan penanganan transaksi
antara perusahaan dengan konsumen dan perusahaan dengan perusahaan lain. Persaingan yang
bersifat global dan tajam menyebabkan terjadinya penciutan laba yang diperoleh perusahaan-
perusahaan yang memasuki persaingan tingkat dunia. Hanya perusahaan yang mempunyai
keunggulan yang mampu memuaskan atau memenuhi kebutuhan konsumen, mampu menghasilkan
produk yang bermutu, dan cost effective (Srimindarti, 2004).
        Dengan adanya persaingan global, perusahaan dihadapkan pada penentuan strategi dalam
pengelolaan usahanya. Penentuan strategi akan dijadikan sebagai landasan dan kerangka kerja untuk
mewujudkan sasaran – sasaran kerja yang telah ditentukan oleh manajemen. Oleh karena itu
dibutuhkan suatu alat untuk mengukur kinerja sehingga dapat diketahui sejauh mana strategi dan
sasaran yang telah ditentukan dapat tercapai. Penilaian kinerja memegang peranan penting dalam
dunia usaha, dikarenakan dengan dilakukanya penilaian kinerja dapat diketahui efektivitas dari
penetapan suatu strategi dan penerapannya dalam kurun waktu tertentu. Penilaian kinerja dapat
mendeteksi kelemahan atau kekurangan yang masih terdapat dalam perusahaan, untuk selanjutnya
dilakukan perbaikan dimasa mendatang.
        Penilaian atau pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor penting dalam perusahaan.
Selain digunakan untuk menilai keberhasilan perusahaan, pengukuran kinerja juga dapat digunakan
sebagai dasar untuk menentukan sistem imbalan dalam perusahaan, misalnya untuk menentukan
tingkat gaji karyawan maupun reward yang layak. Pihak manajemen juga dapat menggunakan
pengukuran kinerja perusahaan sebagai alat untuk mengevaluasi periode yang lalu.
        Selama ini yang umum digunakan dalam perusahaan adalah pengukuran kinerja tradisional
yang hanya menitikberatkan pada sektor keuangan saja. Pengukuran kinerja dengan sistem ini
menyebabkan orientasi perusahaan hanya pada keuntungan jangka pendek dan cenderung
mengabaikan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Pengukuran kinerja yang
menitikberatkan pada sektor keuangan saja kurang mampu mengukur kinerja harta-harta tak tampak
(intangible assets) dan harta-harta intelektual (sumber daya manusia) perusahaan. Selain itu
pengukuran kinerja dengan cara ini juga kurang mampu bercerita banyak mengenai masa lalu
perusahaan, kurang memperhatikan sektor eksternal, serta tidak mampu sepenuhnya menuntun
perusahaan ke arah yang lebih baik (Kaplan dan Norton, 1996).
        Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kaplan dan Norton pada tahun 1990 yaitu tentang
”Pengukuran Kinerja Organisasi Masa Depan”. Penelitian tersebut berkaitan dengan kinerja
perusahaan secara keseluruhan. Penelitian ini didorong oleh kesadaran pada saat itu dimana ukuran
kinerja keuangan yang digunakan oleh semua perusahaan untuk mengukur kinerja eksekutif tidak
lagi memadai. Hasil penelitian menyebutkan bahwa untuk mengukur kinerja eksekutif di masa depan
diperlukan ukuran komprehensif yang meliputi empat perspektif, yaitu perspektif keuangan,
perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran,
yang disebut dengan Balance Scorecard. Balance Scorecard digunakan untuk menyeimbangkan usaha
dan perhatian eksekutif ke kinerja keuangan dan nonkeuangan, serta kinerja jangka pendek dan
kinerja jangka panjang.
         Dari percobaan penggunaan Balance Scorecard pada tahun 1990-1992, perusahaan-
perusahaan yang ikut serta dalam penelitian tersebut menunjukkan perlipatgandaan kinerja
keuangan perusahaan. Keberhasilan ini disadari sebagai akibat dari penggunaan ukuran kinerja
Balance Scorecard yang komprehensif. Dengan menambahkan ukuran kinerja nonkeuangan, seperti
kepuasan pelanggan, produktivitas dan cost effectiveness proses bisnis internal, dan pembelajaran
dan pertumbuhan, eksekutif dipacu untuk memperhatikan dan melaksanakan usaha-usaha yang
merupakan pemacu sesungguhnya untuk mewujudkan kinerja keuangan. (Mulyadi, 2001)
         Balance Scorecard menggambarkan adanya keseimbangan antara tujuan jangka pendek dan
tujuan jangka panjang, antara ukuran keuangan dan nonkeuangan, antara indicator lagging dan
indicator leading. Balance Scorecard cukup komprehensif untuk memotivasi eksekutif dalam
mewujudkan kinerja dalam keempat perspektif tersebut, agar keberhasilan keuangan yang dihasilkan
bersifat berkesinambungan.


METODE PENELITIAN

Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi:
1. Perspektif Keuangan, pengukurannya menggunakan ROI, Profit Margin, Operating Ratio.
       ROI (Return On Investment)
       Tingkat pengembalian investasi dari pendapatan operasi atau yang biasa disebut dengan ROI
       yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan
       dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba bersih. ROI dapat dikatakan baik jika rata-
       rata industrinya sebesar 9,8% (Keown, 2008).
       ROI =



       Profit Margin
       Profit margin digunakan untuk melihat besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya
       dengan penjualan untuk mengetahui efisiensi perusahaan. Profit margin dikatakan baik jika
       rata-rata nilainya adalah sebesar 8,3% (Keown, 2008). Semakin tinggi nilai profit margin
       berarti semakin baik, karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba
       cukup tinggi.

       ROI =



       Operating Ratio
       Merupakan biaya operasi dibagi dengan penjualan bersih, dan dinyatakan dalam persen.
       Biaya operasi sendiri terdiri dari harga pokok penjualan (HPP) ditambah dengan beban usaha.
       Semakin tinggi rasio operasi, berarti menunjukkan bahwa perusahaan dapat memanfaatkan
       biaya yang dimiliki dalam menghasilkan penjualan bersih.
       Operating Ratio =
2.   Perspektif Pelanggan
     Pengukuran kinerja pada perspektif ini adalah tingkat kepuasan pelanggan (customer
     satisfaction), dengan cara mengukur seberapa besar kepuasan pelanggan terhadap pelayanan
     perusahaan. Data diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada pelanggan. Kepuasan pelanggan
     dikatakan baik apabila skor rata-rata pada skala likert menunjukkan angka diatas 3.


3.   Perspektif Bisnis Internal
     Dalam perspektif ini komponen pengukuran yang digunakan yaitu inovasi, untuk mengetahui
     jumlah produk/jasa baru yang ditawarkan perusahaan dibandingkan dengan produk/jasa yang
     sudah ada. Semakin tinggi nilai yang dihasilkan, maka semakin baik inovasi yang dilakukan oleh
     perusahaan.
     Inovasi =



4.   Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
     Pengukuran kinerja pada perspektif ini adalah tingkat kepuasan karyawan dengan cara
     mengukur seberapa besar kepuasan karyawan terhadap perusahaan. Data diperoleh dari
     penyebaran kuesioner kepada karyawan. Kepuasan karyawan dapat dikatakan baik apabila skor
     rata-rata pada skala likert menunjukkan angka diatas 3.



HASIL DAN ANALISIS
                                            Tahun
           Perspektif                                      Rata-rata     Kriteria         Skor
                                    2005            2006
Perspektif Keuangan
ROI                                10,55%         5,13%    7,84%          Cukup             0
Profit Margin                      4,70%          2,83%    3,76%          Kurang           -1
Operating Ratio                    90,75%         90,70%   90,72%          Baik             1
Perspektif Pelanggan
Kepuasan Pelanggan (*)                -              -       3,71          Baik             1
Persepektif Bisnis Internal
Inovasi                            28,57%         33,33%   30,95%          Baik             1
Perspektif Pertumbuhan dan
Pembelajaran                          -              -       3,63          Baik             1
Kepuasan Karyawan (*)
                                          Total                                             3
Sumber: Data primer yang diolah
*) Data tahun berjalan



        Hasil penilaian kinerja dalam perspektif keuangan menunjukkan bahwa ROI mempunyai rata-
rata yang cukup, sehingga diberi skor 0. Karena rata-rata ROI sudah hampir mendekati standar
yang telah ditetapkan. Sedangkan profit margin diberi skor -1. Karena nilai profit margin
masih jauh dibawah standar yang telah ada. Dan untuk operating ratio diberi skor 1 karena dinilai
sudah baik. Untuk perspektif pelanggan diberi skor 1. Karena skor rata-rata kepuasan pelanggan
sebesar 3,71. Kepuasan pelanggan dikatakan baik apabila skor rata-rata pada skala likert
menunjukkan angka diatas 3. Pada perspektif bisnis internal, inovasi diberi skor 1. Karena serta .Dan
untuk perspektif pertumbuhan dan pembelajaran diberi skor 1. Karena skor kepuasan karyawan
menunjukkan angka rata-rata sebesar 3,63. Dimana angka tersebut pada skala likert sudah
menunjukkan angka diatas 3. Total bobot skor dapat diketahui, yaitu 3 skor dari total bobot standar.
Sehingga rata-rata skor adalah 3/6=0,5
        Langkah selanjutnya adalah membuat skala untuk menilai total skor tersebut, sehingga
kinerja perusahaan dapat dikatakan “kurang”, “cukup”, dan “baik”. Dengan menggunakan skala,
maka dapat diketahui kinerja suatu perusahaan. Berikut adalah gambar skala kinerja perusahaan:


                                           Skala Kinerja

                  Kurang                        Cukup                           Baik

                  -1                             0         0,5                   1



        Setelah membuat skala, selanjutnya adalah menentukan batas area ”kurang”, ”cukup”, dan
”baik” adalah kurang dari 50% (skor 0). Kinerja dikatakan ”baik” apabila lebih dari 80% dan
diasumsikan bahwa 80% adalah sama dengan 0,6. Sisanya adalah daerah ”cukup”, yaitu antara 0-0,6.
Dengan demikian dapat diartikan bahwa kinerja PT Astra Honda Motor jika menggunakan Balance
Scorecard terdapat pada daerah “cukup”. Karena rata-rata skor yang diperoleh sebesar 0,5 yang
terletak diantara 0-0,6.



KESIMPULAN

           Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai
berikut:

    1. Pengukuran pada perspektif keuangan yang meliputi ROI, profit margin, dan operating ratio
       diperoleh hasil bahwa kinerja perusahaan dapat dikatakan cukup baik, meskipun terjadi
       penurunan dari tahun sebelumnya.
    2. Pengukuran pada perspektif pelanggan yaitu kepuasan pelanggan, menunjukkan bahwa
       perusahaan mempunyai kinerja yang baik.
    3. Pengukuran pada perspektif bisnis internal yang meliputi inovasi juga menunjukkan kinerja
       perusahaan yang baik.
    4. Pengukuran pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran yaitu kepuasan karyawan
       menunjukkan bahwa kepuasan karyawan sudah dapat dikatakan baik

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Balanced Score Card untuk organisasi non profit
Balanced Score Card untuk organisasi non profitBalanced Score Card untuk organisasi non profit
Balanced Score Card untuk organisasi non profitSelli Andria
 
Mengembangkan Strategi dan Rencana Pemasaran
Mengembangkan Strategi dan Rencana PemasaranMengembangkan Strategi dan Rencana Pemasaran
Mengembangkan Strategi dan Rencana PemasaranNandang Sunandar
 
Jenis-jenis penilaian kinerja yang berkembang saat ini
Jenis-jenis penilaian kinerja yang berkembang saat iniJenis-jenis penilaian kinerja yang berkembang saat ini
Jenis-jenis penilaian kinerja yang berkembang saat iniHendra Gunawan
 
Peramalan - Forecasting - Manajemen Operasional
Peramalan -  Forecasting - Manajemen OperasionalPeramalan -  Forecasting - Manajemen Operasional
Peramalan - Forecasting - Manajemen OperasionalFalanni Firyal Fawwaz
 
Balanced Scorecard - Pengukuran Kinerja - Ppt
Balanced Scorecard - Pengukuran Kinerja - PptBalanced Scorecard - Pengukuran Kinerja - Ppt
Balanced Scorecard - Pengukuran Kinerja - PptFox Broadcasting
 
Forecasting Peramalan BAB 3 Manajemen Operasi
Forecasting Peramalan BAB 3 Manajemen Operasi Forecasting Peramalan BAB 3 Manajemen Operasi
Forecasting Peramalan BAB 3 Manajemen Operasi Yusnia Rahmah Afianti
 
Ppt budgeting akuntansi manajemen
Ppt budgeting akuntansi manajemenPpt budgeting akuntansi manajemen
Ppt budgeting akuntansi manajemenToni Suprianto
 
Space matrix ( Tugas 2)
Space matrix ( Tugas 2)Space matrix ( Tugas 2)
Space matrix ( Tugas 2)FarizDS
 
Kepemimpinan Lintas Budaya
Kepemimpinan Lintas BudayaKepemimpinan Lintas Budaya
Kepemimpinan Lintas Budayashello ren
 
Materi balance scorecard hf 02
Materi balance scorecard hf 02Materi balance scorecard hf 02
Materi balance scorecard hf 02agung2511
 
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi BisnisPerumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi BisnisKacung Abdullah
 
Bab 4 melaksanakan riset pemasaran dan meramalkan permintaan
Bab 4 melaksanakan riset pemasaran dan meramalkan permintaanBab 4 melaksanakan riset pemasaran dan meramalkan permintaan
Bab 4 melaksanakan riset pemasaran dan meramalkan permintaanJudianto Nugroho
 
Chapter 4 Manajemen Operasi
Chapter 4   Manajemen OperasiChapter 4   Manajemen Operasi
Chapter 4 Manajemen OperasiYuko Ardi Negara
 

La actualidad más candente (20)

Balanced Score Card untuk organisasi non profit
Balanced Score Card untuk organisasi non profitBalanced Score Card untuk organisasi non profit
Balanced Score Card untuk organisasi non profit
 
Tata Letak
Tata LetakTata Letak
Tata Letak
 
MO II Forecasting
MO II ForecastingMO II Forecasting
MO II Forecasting
 
Mengembangkan Strategi dan Rencana Pemasaran
Mengembangkan Strategi dan Rencana PemasaranMengembangkan Strategi dan Rencana Pemasaran
Mengembangkan Strategi dan Rencana Pemasaran
 
Jenis-jenis penilaian kinerja yang berkembang saat ini
Jenis-jenis penilaian kinerja yang berkembang saat iniJenis-jenis penilaian kinerja yang berkembang saat ini
Jenis-jenis penilaian kinerja yang berkembang saat ini
 
Peramalan - Forecasting - Manajemen Operasional
Peramalan -  Forecasting - Manajemen OperasionalPeramalan -  Forecasting - Manajemen Operasional
Peramalan - Forecasting - Manajemen Operasional
 
Balanced Scorecard - Pengukuran Kinerja - Ppt
Balanced Scorecard - Pengukuran Kinerja - PptBalanced Scorecard - Pengukuran Kinerja - Ppt
Balanced Scorecard - Pengukuran Kinerja - Ppt
 
TQM dan Alat-alat TQM
TQM dan Alat-alat TQMTQM dan Alat-alat TQM
TQM dan Alat-alat TQM
 
Klasifikasi biaya
Klasifikasi biayaKlasifikasi biaya
Klasifikasi biaya
 
Forecasting Peramalan BAB 3 Manajemen Operasi
Forecasting Peramalan BAB 3 Manajemen Operasi Forecasting Peramalan BAB 3 Manajemen Operasi
Forecasting Peramalan BAB 3 Manajemen Operasi
 
Ppt budgeting akuntansi manajemen
Ppt budgeting akuntansi manajemenPpt budgeting akuntansi manajemen
Ppt budgeting akuntansi manajemen
 
Space matrix ( Tugas 2)
Space matrix ( Tugas 2)Space matrix ( Tugas 2)
Space matrix ( Tugas 2)
 
Biaya Kualitas.ppt
Biaya Kualitas.pptBiaya Kualitas.ppt
Biaya Kualitas.ppt
 
Kepemimpinan Lintas Budaya
Kepemimpinan Lintas BudayaKepemimpinan Lintas Budaya
Kepemimpinan Lintas Budaya
 
MO I Strategi Lokasi
MO I Strategi LokasiMO I Strategi Lokasi
MO I Strategi Lokasi
 
Materi balance scorecard hf 02
Materi balance scorecard hf 02Materi balance scorecard hf 02
Materi balance scorecard hf 02
 
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi BisnisPerumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
 
Bab 4 melaksanakan riset pemasaran dan meramalkan permintaan
Bab 4 melaksanakan riset pemasaran dan meramalkan permintaanBab 4 melaksanakan riset pemasaran dan meramalkan permintaan
Bab 4 melaksanakan riset pemasaran dan meramalkan permintaan
 
BUSINESS LEVEL STRATEGY
BUSINESS LEVEL STRATEGYBUSINESS LEVEL STRATEGY
BUSINESS LEVEL STRATEGY
 
Chapter 4 Manajemen Operasi
Chapter 4   Manajemen OperasiChapter 4   Manajemen Operasi
Chapter 4 Manajemen Operasi
 

Similar a Balanced Scorecard

Sm, annisa nurlestari, hapzi ali, long term objective and grand strategy, uni...
Sm, annisa nurlestari, hapzi ali, long term objective and grand strategy, uni...Sm, annisa nurlestari, hapzi ali, long term objective and grand strategy, uni...
Sm, annisa nurlestari, hapzi ali, long term objective and grand strategy, uni...Annisa Nurlestari
 
Penerapan balanced scorecard dalam pengukuran sistem kinerja organisasi dan...
Penerapan balanced scorecard dalam pengukuran sistem kinerja organisasi   dan...Penerapan balanced scorecard dalam pengukuran sistem kinerja organisasi   dan...
Penerapan balanced scorecard dalam pengukuran sistem kinerja organisasi dan...Daniel Panuturi Marbun
 
Jurnal balanced scorecard sebagai alat ukur kinerja dan
Jurnal   balanced scorecard sebagai alat ukur kinerja danJurnal   balanced scorecard sebagai alat ukur kinerja dan
Jurnal balanced scorecard sebagai alat ukur kinerja danRatzman III
 
Balance Scorecard (BSC); Fungsi BSC & BSC Perspectives _ Training "FINANCE F...
Balance Scorecard (BSC); Fungsi BSC & BSC Perspectives  _ Training "FINANCE F...Balance Scorecard (BSC); Fungsi BSC & BSC Perspectives  _ Training "FINANCE F...
Balance Scorecard (BSC); Fungsi BSC & BSC Perspectives _ Training "FINANCE F...Kanaidi ken
 
Balance Scorecard
Balance ScorecardBalance Scorecard
Balance Scorecardagungbroad
 
Memahami Perspektif BALANCE SCORECARD (BSC) _Materi Training CREDIT SCORING
Memahami  Perspektif BALANCE SCORECARD (BSC) _Materi Training CREDIT SCORINGMemahami  Perspektif BALANCE SCORECARD (BSC) _Materi Training CREDIT SCORING
Memahami Perspektif BALANCE SCORECARD (BSC) _Materi Training CREDIT SCORINGKanaidi ken
 
Ferdinandus agung balanced_scorecard_sebagai_alat_pengukuran_kinerja_manajeme...
Ferdinandus agung balanced_scorecard_sebagai_alat_pengukuran_kinerja_manajeme...Ferdinandus agung balanced_scorecard_sebagai_alat_pengukuran_kinerja_manajeme...
Ferdinandus agung balanced_scorecard_sebagai_alat_pengukuran_kinerja_manajeme...Agus Witono
 
Tugas kelompok manajemen kualitas ( balanced scorecard)
Tugas kelompok manajemen kualitas ( balanced scorecard)Tugas kelompok manajemen kualitas ( balanced scorecard)
Tugas kelompok manajemen kualitas ( balanced scorecard)dwiihl
 
Balanced Scorecard - Pengukuran Kinerja
Balanced Scorecard - Pengukuran KinerjaBalanced Scorecard - Pengukuran Kinerja
Balanced Scorecard - Pengukuran KinerjaFox Broadcasting
 
Balance Scorecard
Balance ScorecardBalance Scorecard
Balance Scorecardbudieto
 
balanced scorecard dan manajemen strategik
balanced scorecard dan manajemen strategikbalanced scorecard dan manajemen strategik
balanced scorecard dan manajemen strategikErna NaaNoo
 
Manajemen kualitas "Balanced Scorecard"
Manajemen kualitas "Balanced Scorecard"Manajemen kualitas "Balanced Scorecard"
Manajemen kualitas "Balanced Scorecard"krisnasagita
 
Persentase spm
Persentase spmPersentase spm
Persentase spmre04
 

Similar a Balanced Scorecard (20)

Sm, annisa nurlestari, hapzi ali, long term objective and grand strategy, uni...
Sm, annisa nurlestari, hapzi ali, long term objective and grand strategy, uni...Sm, annisa nurlestari, hapzi ali, long term objective and grand strategy, uni...
Sm, annisa nurlestari, hapzi ali, long term objective and grand strategy, uni...
 
Penerapan balanced scorecard dalam pengukuran sistem kinerja organisasi dan...
Penerapan balanced scorecard dalam pengukuran sistem kinerja organisasi   dan...Penerapan balanced scorecard dalam pengukuran sistem kinerja organisasi   dan...
Penerapan balanced scorecard dalam pengukuran sistem kinerja organisasi dan...
 
Jurnal balanced scorecard sebagai alat ukur kinerja dan
Jurnal   balanced scorecard sebagai alat ukur kinerja danJurnal   balanced scorecard sebagai alat ukur kinerja dan
Jurnal balanced scorecard sebagai alat ukur kinerja dan
 
Balance Scorecard (BSC); Fungsi BSC & BSC Perspectives _ Training "FINANCE F...
Balance Scorecard (BSC); Fungsi BSC & BSC Perspectives  _ Training "FINANCE F...Balance Scorecard (BSC); Fungsi BSC & BSC Perspectives  _ Training "FINANCE F...
Balance Scorecard (BSC); Fungsi BSC & BSC Perspectives _ Training "FINANCE F...
 
2 4-1-pb
2 4-1-pb2 4-1-pb
2 4-1-pb
 
Balance Scorecard
Balance ScorecardBalance Scorecard
Balance Scorecard
 
Balanced scorecard
Balanced scorecardBalanced scorecard
Balanced scorecard
 
Memahami Perspektif BALANCE SCORECARD (BSC) _Materi Training CREDIT SCORING
Memahami  Perspektif BALANCE SCORECARD (BSC) _Materi Training CREDIT SCORINGMemahami  Perspektif BALANCE SCORECARD (BSC) _Materi Training CREDIT SCORING
Memahami Perspektif BALANCE SCORECARD (BSC) _Materi Training CREDIT SCORING
 
15665 15663-1-pb
15665 15663-1-pb15665 15663-1-pb
15665 15663-1-pb
 
Ferdinandus agung balanced_scorecard_sebagai_alat_pengukuran_kinerja_manajeme...
Ferdinandus agung balanced_scorecard_sebagai_alat_pengukuran_kinerja_manajeme...Ferdinandus agung balanced_scorecard_sebagai_alat_pengukuran_kinerja_manajeme...
Ferdinandus agung balanced_scorecard_sebagai_alat_pengukuran_kinerja_manajeme...
 
341-854-1-PB.pdf
341-854-1-PB.pdf341-854-1-PB.pdf
341-854-1-PB.pdf
 
PERTEMUAN 6 BSC.ppt
PERTEMUAN 6 BSC.pptPERTEMUAN 6 BSC.ppt
PERTEMUAN 6 BSC.ppt
 
Makalah bsc
Makalah bscMakalah bsc
Makalah bsc
 
Tugas kelompok manajemen kualitas ( balanced scorecard)
Tugas kelompok manajemen kualitas ( balanced scorecard)Tugas kelompok manajemen kualitas ( balanced scorecard)
Tugas kelompok manajemen kualitas ( balanced scorecard)
 
Balanced Scorecard - Pengukuran Kinerja
Balanced Scorecard - Pengukuran KinerjaBalanced Scorecard - Pengukuran Kinerja
Balanced Scorecard - Pengukuran Kinerja
 
Balance Scorecard
Balance ScorecardBalance Scorecard
Balance Scorecard
 
balanced scorecard dan manajemen strategik
balanced scorecard dan manajemen strategikbalanced scorecard dan manajemen strategik
balanced scorecard dan manajemen strategik
 
Manajemen kualitas "Balanced Scorecard"
Manajemen kualitas "Balanced Scorecard"Manajemen kualitas "Balanced Scorecard"
Manajemen kualitas "Balanced Scorecard"
 
Persentase spm
Persentase spmPersentase spm
Persentase spm
 
Balance score card
Balance score cardBalance score card
Balance score card
 

Último

@#*MPT Kit*^^ In Doha Qatar*^^+27737758557^ ??₵*^Sell original abortion medic...
@#*MPT Kit*^^ In Doha Qatar*^^+27737758557^ ??₵*^Sell original abortion medic...@#*MPT Kit*^^ In Doha Qatar*^^+27737758557^ ??₵*^Sell original abortion medic...
@#*MPT Kit*^^ In Doha Qatar*^^+27737758557^ ??₵*^Sell original abortion medic...b54037163
 
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot BesarBAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot BesarBambu hoki88
 
6. CONTAINER (MATKUL CARGO HANDLING) .ppt
6. CONTAINER (MATKUL CARGO HANDLING) .ppt6. CONTAINER (MATKUL CARGO HANDLING) .ppt
6. CONTAINER (MATKUL CARGO HANDLING) .pptApaySafari1
 
STRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT
STRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOTSTRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT
STRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOTRikoMappedeceng1
 
APAKAH LOGISTIK SIAP UNTUK PERTUMBUHAN? Michael Rada
APAKAH LOGISTIK SIAP UNTUK PERTUMBUHAN? Michael RadaAPAKAH LOGISTIK SIAP UNTUK PERTUMBUHAN? Michael Rada
APAKAH LOGISTIK SIAP UNTUK PERTUMBUHAN? Michael RadaMichael Rada
 
Supplier Genteng Atap Rumah Modern Kirim ke Malang
Supplier Genteng Atap Rumah Modern Kirim ke MalangSupplier Genteng Atap Rumah Modern Kirim ke Malang
Supplier Genteng Atap Rumah Modern Kirim ke Malanggentengcor outdoor
 
Pengolahan Air Umpan Boiler untuk pabrik kelapa sawit
Pengolahan Air Umpan Boiler untuk pabrik kelapa sawitPengolahan Air Umpan Boiler untuk pabrik kelapa sawit
Pengolahan Air Umpan Boiler untuk pabrik kelapa sawitJhonFeriantaTarigan
 
Jual Cytotec Jakarta Pusat 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Jakarta Pusat 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Jakarta Pusat 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Jakarta Pusat 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasissupi412
 
Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)ppt
Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)pptPelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)ppt
Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)pptJhonSutarka1
 
"Bawal99: Menikmati Sensasi Taruhan Olahraga Online dengan Aman dan Nyaman"
"Bawal99: Menikmati Sensasi Taruhan Olahraga Online dengan Aman dan Nyaman""Bawal99: Menikmati Sensasi Taruhan Olahraga Online dengan Aman dan Nyaman"
"Bawal99: Menikmati Sensasi Taruhan Olahraga Online dengan Aman dan Nyaman"HaseebBashir5
 
analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.
analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.
analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.nuranisasignature
 
ppt kelompok 3 bentuk bentuk organisasi.pptx
ppt kelompok 3 bentuk bentuk organisasi.pptxppt kelompok 3 bentuk bentuk organisasi.pptx
ppt kelompok 3 bentuk bentuk organisasi.pptxRafifOye
 
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docxLAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docxAnissaPratiwi3
 
Administrasi Kelompok Tani atau kelompok wanita tani
Administrasi Kelompok Tani  atau kelompok wanita taniAdministrasi Kelompok Tani  atau kelompok wanita tani
Administrasi Kelompok Tani atau kelompok wanita tanikwtkelurahanmekarsar
 
Distribtor,Pengrajin,Jual,grosir sepatu 7 pe,WA ,0812-9838-0434 (telkomsel) N...
Distribtor,Pengrajin,Jual,grosir sepatu 7 pe,WA ,0812-9838-0434 (telkomsel) N...Distribtor,Pengrajin,Jual,grosir sepatu 7 pe,WA ,0812-9838-0434 (telkomsel) N...
Distribtor,Pengrajin,Jual,grosir sepatu 7 pe,WA ,0812-9838-0434 (telkomsel) N...hh4102231
 
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...unikbetslotbankmaybank
 
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptxMedia Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptxItaaNurlianaSiregar
 
In Doha*&QATAR^*[☎️+2773-7758-557]]@ @# Abortion pills for sale in Doha Qatar...
In Doha*&QATAR^*[☎️+2773-7758-557]]@ @# Abortion pills for sale in Doha Qatar...In Doha*&QATAR^*[☎️+2773-7758-557]]@ @# Abortion pills for sale in Doha Qatar...
In Doha*&QATAR^*[☎️+2773-7758-557]]@ @# Abortion pills for sale in Doha Qatar...b54037163
 

Último (20)

@#*MPT Kit*^^ In Doha Qatar*^^+27737758557^ ??₵*^Sell original abortion medic...
@#*MPT Kit*^^ In Doha Qatar*^^+27737758557^ ??₵*^Sell original abortion medic...@#*MPT Kit*^^ In Doha Qatar*^^+27737758557^ ??₵*^Sell original abortion medic...
@#*MPT Kit*^^ In Doha Qatar*^^+27737758557^ ??₵*^Sell original abortion medic...
 
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot BesarBAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
 
6. CONTAINER (MATKUL CARGO HANDLING) .ppt
6. CONTAINER (MATKUL CARGO HANDLING) .ppt6. CONTAINER (MATKUL CARGO HANDLING) .ppt
6. CONTAINER (MATKUL CARGO HANDLING) .ppt
 
STRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT
STRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOTSTRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT
STRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT
 
APAKAH LOGISTIK SIAP UNTUK PERTUMBUHAN? Michael Rada
APAKAH LOGISTIK SIAP UNTUK PERTUMBUHAN? Michael RadaAPAKAH LOGISTIK SIAP UNTUK PERTUMBUHAN? Michael Rada
APAKAH LOGISTIK SIAP UNTUK PERTUMBUHAN? Michael Rada
 
Supplier Genteng Atap Rumah Modern Kirim ke Malang
Supplier Genteng Atap Rumah Modern Kirim ke MalangSupplier Genteng Atap Rumah Modern Kirim ke Malang
Supplier Genteng Atap Rumah Modern Kirim ke Malang
 
Pengolahan Air Umpan Boiler untuk pabrik kelapa sawit
Pengolahan Air Umpan Boiler untuk pabrik kelapa sawitPengolahan Air Umpan Boiler untuk pabrik kelapa sawit
Pengolahan Air Umpan Boiler untuk pabrik kelapa sawit
 
Jual Cytotec Jakarta Pusat 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Jakarta Pusat 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Jakarta Pusat 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Jakarta Pusat 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
 
Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)ppt
Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)pptPelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)ppt
Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)ppt
 
"Bawal99: Menikmati Sensasi Taruhan Olahraga Online dengan Aman dan Nyaman"
"Bawal99: Menikmati Sensasi Taruhan Olahraga Online dengan Aman dan Nyaman""Bawal99: Menikmati Sensasi Taruhan Olahraga Online dengan Aman dan Nyaman"
"Bawal99: Menikmati Sensasi Taruhan Olahraga Online dengan Aman dan Nyaman"
 
analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.
analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.
analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.
 
Obat Aborsi Surabaya WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di Surabaya
Obat Aborsi Surabaya WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di SurabayaObat Aborsi Surabaya WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di Surabaya
Obat Aborsi Surabaya WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di Surabaya
 
ppt kelompok 3 bentuk bentuk organisasi.pptx
ppt kelompok 3 bentuk bentuk organisasi.pptxppt kelompok 3 bentuk bentuk organisasi.pptx
ppt kelompok 3 bentuk bentuk organisasi.pptx
 
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docxLAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
 
Administrasi Kelompok Tani atau kelompok wanita tani
Administrasi Kelompok Tani  atau kelompok wanita taniAdministrasi Kelompok Tani  atau kelompok wanita tani
Administrasi Kelompok Tani atau kelompok wanita tani
 
Distribtor,Pengrajin,Jual,grosir sepatu 7 pe,WA ,0812-9838-0434 (telkomsel) N...
Distribtor,Pengrajin,Jual,grosir sepatu 7 pe,WA ,0812-9838-0434 (telkomsel) N...Distribtor,Pengrajin,Jual,grosir sepatu 7 pe,WA ,0812-9838-0434 (telkomsel) N...
Distribtor,Pengrajin,Jual,grosir sepatu 7 pe,WA ,0812-9838-0434 (telkomsel) N...
 
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
 
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...
 
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptxMedia Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
 
In Doha*&QATAR^*[☎️+2773-7758-557]]@ @# Abortion pills for sale in Doha Qatar...
In Doha*&QATAR^*[☎️+2773-7758-557]]@ @# Abortion pills for sale in Doha Qatar...In Doha*&QATAR^*[☎️+2773-7758-557]]@ @# Abortion pills for sale in Doha Qatar...
In Doha*&QATAR^*[☎️+2773-7758-557]]@ @# Abortion pills for sale in Doha Qatar...
 

Balanced Scorecard

  • 1. BALANCED SCORECARD DISUSUN OLEH: EVA CHRISTINA S MAHA (01101003039) DOSEN PENGASUH: HASNI YUSRIANTI SE, M. Acc, Ak. JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA 2012
  • 2. BALANCED SCORECARD Balanced Scorecard (BSC) adalah pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Drs.Robert Kaplan (Harvard Business School) and David Norton pada awal tahun 1990. Konsep balanced scorecard berkembang sejalan dengan perkembangan implementasinya. Balanced scorecard terdiri dari dua kata: (1) kartu skor (scorecard) dan (2) berimbang (balanced). Kartu score adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kartu skor ini dapat juga digunakan untuk merencanakan skor yang hendak dicapai atau yang diwujudkan personel di masa depan. Kata berimbang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja personel diukur secara berimbang dari dua aspek: keuangan dan nonkeuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern. Pada awalnya, balanced scorecard ditujukan untuk memperbaiki sistem pengukuran kinerja eksekutif. Sebelum tahun 1990-an eksekutif hanya diukur kinerjanya dari aspek keuangan, akibatnya fokus perhatian dan usaha eksekutif lebih dicurahkan untuk mewujudkan kinerja keuangan dan kecendrungan mengabaikan kinerja nonkeuangan. Pada tahun 1990, Nolan Norton Institute, bagian riset kantor akuntan publik KPMG, mensponsori study tentang “Mengukur Kinerja Organisasi Masa Depan”(Kaplan and Norton ,1996: vii). Hasil studi tersebut menyimpulkan bahwa untuk mengukur kinerja eksekutif masa depan, diperlukan ukuran yang komprehensif yang mencakup empat perspektif: keuangan, customer, proses bisnis/intern, dan pembelajaran dan pertumbuhan. Ukuran ini disebut dengan balanced scorecard. Berdasarkan pendekatan balanced scorecard, kinerja keuangan yang dihasilkan oleh eksekutif harus merupakan akibat diwujudkannya kinerja dalam pemuasan kebutuhan customers, pelaksanaan proses bisnis/intern yang produktif dan cost effective, dan/atau pembangunan personel yang produktif dan berkomitmen. Kinerja eksekutif di perspektif keuangan diukur dengan menggunakan ukuran: (1) return on investment (ROI), (2) bauran pendapatan (revenue mix), (3) pemanfaatan aktiva (diukur dengan asset turn over), dan (4) berkurangnya biaya secara signifikan. Kinerja eksekutif di perspektif customer diukur dengan menggunakan tiga ukuran: (1) jumlah customer baru, (2) jumlah customer yang menjadi non customer, dan (3) ketepatan waktu layanan customer. Di perspektif proses bisnis/intern, kinerja eksekutif diukur dengan menggunakan tiga ukuran (1) cycle time, (2) on time delivery, (3) dan cycle effectiveness. Dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, kinerja eksekutif diukur dengan dua ukuran: (1) skill coverage dan (2) quality work life. Pesan yang disampaikan pada eksekutif dengan penggunaan balanced scorecard dalam pengukuran kinerja eksekutif adalah “kinerja keuangan yang berjangka panjang tidak dapat dihasilkan melalui usaha-usaha yang semu (artificial). Kinerja keuangan dalam jangka panjang, hanya dapat diwujudkan melalui usaha-usaha dengan menghasilkan value bagi customer, meningkatkan produktivitas dan cost effectiveness proses bisnis/intern, meningkatkan kapabilitas dan komitmen personel.
  • 3. Keunggulan Balanced Scorecard BSC memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki sistem strategi manajemen tradisional. Strategi manajemen tradisional hanya mengukur kinerja organisasi dari sisi keuangan saja dan lebih menitik beratkan pengukuran pada hal-hal yang bersifat tangible, namun perkembangan bisnis menuntut untuk mengubah pandangan bahwa hal-hal intangible juga berperan dalam kemajuan organisasi. BSC menjawab kebutuhan tersebut melalui sistem manajemen strategi kontemporer, yang terdiri dari empat perspektif yaitu: keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan. Keunggulan pendekatan BSC dalam sistem perencanaan strategis (Mulyadi, 2001, p.18) adalah mampu menghasilkan rencana strategis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut (1) komprehensif, (2) koheren, (3)seimbang dan (4) terukur. Melalui pengukuran kinerja berdasarkan pendekatan balanced scorecard, perusahaan didorong untuk tidak hanya memberikan perhatian pada proses yang ada, tetapi berusaha mencari metode proses baru yang memberikan value lebih baik bagi pelanggan dan pemegang saham untuk strategi yang telah direncanakan. Berikut ini akan dibahas masing-masing perspektif pengukuran kinerja berdasarkan balanced scorecard. Perspektif Keuangan Pendekatan perspektif keuangan dalam balanced scorecard merupakan hal yang sangat penting, hal ini disebabkan ukuran keuangan merupakan suatu konsekuensi dari suatu keputusan ekonomi yang diambil dari suatu tindakan ekonomi. Ukuran keuangan ini menunjukkan adanya perencanaan, implementasi. serta evaluasi dari pelaksanaan strategi yang telah ditetapkan. Evaluasi ini akan tercermin dari sasaran yang secara khusus dapat diukur melalui keuntungan yang diperoleh, seperti contohnya Return on investment, Economic value added. Selanjutnya Kaplan ( 1996) menjelaskan bahwa ada 3 tahapan siklus bisnis yang harus dilalui oleh suatu perusahaan yaitu pertumbuhan (growth), bertahan (sustain) dan panen ( harvest). Pertumbuhan merupakan tahap pertama yang harus dilalui oleh perusahaan dari siklus kehidupan bisnis, dimana pada saat ini perusahaan memiliki produk yang berpotensi memiliki tingkat pertumbuhan yang baik sekali. Dalam tahap ini perusahaan beroperasi dalam cashflow yang negatif dan tingkat pengembalian yang rendah. Investasi yang dilakukan oleh perusahaan pada tahap ini relatif besar dengan biaya yang besar. Hal ini disebabkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan mempunyai pasar yang masih sangat terbatas. Pada tahap ini lebih ditekankan pada pertumbuhan penjualan dengan mencari pasar dan konsumen baru. Selanjutnya Blocher (2000, 188) menjelaskan bahwa siklus kehidupan penjualan (sales life cycle) dari suatu produk terdiri dari 4 fase yaitu: (1) Pengenalan Produk, (2) Pertumbuhan, (3) kematangan, (4) Penurunan. Tahap siklus kedua yaitu bertahan (sustain), dimana pada tahap ini perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi untuk mempertahankan pangsa pasar yang telah ada. Investasi umumnya dilakukan untuk memperlancar kemacetan operasi dan memperbesar kapasitas produksi serta meningkatkan operasionalisasi. Sasaran keuangan lebih banyak diarahkan pada tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan, dengan demikian sasaran tidak lagi diarahkan pada strategi–strategi jangka panjang. Pengukuran pada tahap ini bisa diukur dengan return on invesment, economic value added.
  • 4. Tahap ketiga yaitu tahap kematangan (mature). Pada tahap ini perusahaan sudah mulai memanen apa yang telah dilakukan selama ini. Perusahaan tidak lagi melakukan investasi kecuali untuk pemeliharaan dan perbaikan fasilitas yang telah dimiliki, sedangkan tujuan utama tahap ini adalah memaksimalkan arus kas ke dalam perusahaan. Perspektif Pelanggan Prespektif kedua adalah pelanggan. Penilaian kinerja pelanggan ini sangat penting, karena maju atau mundurnya kinerja perusahaan sangat ditentukan oleh pelanggan ini, apalagi masuknya era globalisasi sehingga persaingan antar perusahaan menjadi sangat ketat. Jadi perusahaan harus bersaing dengan usaha mencari pelanggan baru dan mempertahankan pelanggan lama. Kaplan (1996) menjelaskan untuk memasarkan produknya perusahaan terlebih dahulu harus menentukan segmen calon pelanggan mana yang harus dimasuki oleh perusahaan, dengan demikian akan lebih jelas dan lebih terfokus tolok ukurnya. Dewasa ini fokus strategi perusahaan lebih diarahkan pada pelanggan (Customer drive strategy), dengan kata lain apa yang dibutuhkan pelanggan harus dipenuhi oleh perusahaan. Kinerja produk yang dihasilkan perusahaan minimal harus sama dengan apa yang dipersepsikan oleh pelanggan. Kualitas produk yang kurang, menyebabkan konsumen akan pindah ke produk lain, kualitas produk yang tinggi akan menyebabkan perusahaan akan rugi karena kehilangan potensi laba yang tinggi dan sebaliknya konsumen merasa beruntung karena mendapatkan produk kualitas tinggi dengan harga standar. Untuk mendapatkan laba maksimum perusahaan harus mampu mempersepsikan kualitas produk yang diinginkan pelanggan yang sesuai dengan harga jualnya. Kaplan (1996) mejelaskan bahwa dari sisi perusahaan kinerja pelanggan terdiri dari pangsa pasar, tingkat perolehan konsumen, kemampuan mempertahankan pelanggan, tingkat kepuasan pelanggan, dan tingkat profitabilitas pelanggan, selanjutnya dijelaskan bahwa kinerja pelanggan ini akan saling berintreraksi antara satu dengan yang lainnya. Perspektif Bisnis Internal Penilaian kinerja yang ketiga dengan prespektif bisnis internal. Untuk bisa menggunakan tolok ukur kinerja ini, maka perusahaan harus mengidentifikasi proses bisnis internal yang terjadi pada perusahaan. Secara umum proses tersebut terdiri dari inovasi, operasi dan layanan purna jual (after sales service). Tahap pertama yaitu inovasi. Dalam tahap ini perusahaan mencoba untuk mengidentifikasi apa yang dibutuhkan oleh pelanggan atau calon pelanggan baik sekarang maupun dimasa yang akan datang. Untuk mengidentifikasi ini perusahaan mencoba untuk merumuskan apa yang sebenarnya dibutuhkan dan bagaimana cara untuk memenuhi kebutuhan konsumen tersebut. Pengidentifikasian serta perumusan apa yang akan diproduksi tersebut sebenarnya terletak pada tahap penelitian dan pengembangan produk ( litbang ), dengan demikian terlihat proses inovasi ini terletak pada fungsi “litbang” ini. Tolok ukur yang dipakai dalam menentukan kinerja proses inovasi diantaranya adalah : a. Banyaknya produk yang dihasilkan dan dikembangkan secara relatif dengan membandingkannya dengan produk pesaing dan barang subsitusi yang sesuai dengan prencanaan strategik perusahaan.
  • 5. b. Besarnya jumlah penjualan produk baru dan lama waktu pengembangan produk secara relatif dibandingkan dengan para pesaing dan perencanaan strategik perusahaan. c. Lamanya waktu yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan dalam mencapai penjualan produk baru tersebut. d. Besarnya biaya pengembangan produk baru yang diperlukan dibandingkan dengan perusahaan pesaing dan rencana strategik perusahaan. e. Frekuensi modifikasi atas produk- produk yang dikembangkan secara relatif dibandingkan dengan pesaing dan rencana strategik perusahaan. Berkenaan dengan proses operasi, dalam pembuatan produk proses pengukuran pembuatan produk dapat dibagi atas 3 bagian yaitu : a) Pengukuran kualitas diarahkan untuk mengetahui apakah program yang sedang dijalankan oleh perusahaan sudah dijalankan dengan baik. Kalau menggunakan tolok ukur keuangan. Kualitas produk bisa menggunakan biaya mutu yang mencakup biaya pencegahan, biaya penilaian , biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal. b) Pengukuran biaya diarahkan pada pengukuran rangkaian aktivitas. Aktivitas yang dilakukan diarahkan pada aktivitas yang bernilai tambah (value added) , sehingga aktivitas yang bersifat non-value added terus diminimalisasi dengan melakukan perbaikan yang terus- menerus (continuos improvement) sehingga akhirnya biaya yang non-value added akhirnya sangat minimal sehingga diharapkan cost of production hanyalah biaya yang bersifat value added saja. Untuk menerapkan konsep ini perusahaan dapat menggunakan konsep activity based of management (ABM). c) Pengukuran waktu. Dewasa ini cendrung perusahaan menggangap komponen waktu adalah hal yang sangat penting. Penyelesaian dan penyerahan barang yang tepat waktu dianggap sesuatu hal yang dapat memuaskan konsumen. Dalam hal proses produksi Kaplan (1996,117) menjelaskan bahwa Manufacturing Cycle Effectiveness ( MCE ) yang terbaik adalah satu, dengan kata lain waktu yang digunakan oleh perusahaan sama dengan waktu proses. Pengukuran terhadap efisiensi waktu yang dibutuhkan (time measurements) Processing Time Manufacturing Cycle Efectiveness = ---------------------- Throughput Time Apabila MCE ini lebih rendah itu berarti perusahaan menggunakan sebagian dari waktunya dengan sia-sia. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran Pembelajaran dan pertumbuhan ini bersumber dari tiga prinsip yaitu people, system dan organizational procedure. Berkaitan dengan ketiga prinsip tersebut Kaplan (1996 ) menjelaskan perspektif ini sebagai berikut: 1. Kemampuan Pekerja. Dewasa ini pekerjaan rutin dalam proses produksi sudah digantikan oleh mesin-mesin yang serba otomatis. Dengan demikian tenaga kerja buruh kasar yang diperlukan relatif sedikit, sehingga tenaga kerja yang tinggal hanyalah tenaga kerja yang spesialis saja. Semakin sedikitnya tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan menyebabkan perusahaan lebih
  • 6. dapat memberikan akses informasi yang lebih layak kepada pekerjanya untuk lebih meningkatkan effesiensi untuk mencapai tujuan perusahaan. Tolok ukur yang dapat digunakan untuk ini adalah a) tingkat kepuasan pekerja pegawai b) tingkat perputaran tenaga kerja dan c) besarnya pendapatan perusahaan perkaryawan dan yang terakhir adalah nilai tambah dari tiap karyawan. 2. Kemampuan sistem informasi. Dalam kondisi yang sangat kompetitif, sistem informasi yang handal sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan. Kemampuan sistem informasi ini sangat ditentukan oleh tingkat ketersediaan informasi, tingkat keakuratan informasi dan jangka waktu yang diperlukan untuk memperoleh informasi tersebut. Hal ini disebabkan betapapun akuratnya suatu informasi yang diterima oleh perusahaan tapi apabila jangka waktunya telah berlalu maka informasi tersebut tidak berguna lagi. 3. Motivasi, Pemberdayaan dan Pensejajaran. Untuk dapat menciptakan motivasi pegawai diperlukan iklim organisasi yang mampu menciptakan motivasi itu sendiri dan mendorong inisiatif karyawan. Keberhasilan aspek ini bisa dilihat dari jumlah saran yang diajukan karyawan, jumlah saran yang diimplementasikan dan tingkat kemampuan karyawan untuk mengetahui visi dan misi yang diemban oleh perusahaan. Kaplan dan Norton (1996:30) menjelaskan hubungan sebab akibat peningkatan kinerja perusahaan yang dijelaskan dalam 4 perspektif yang ada dalam balanced scorecard. Kinerja keuangan (financial) sebenarnya merupakan hasil dari suatu proses yang berlanjut yang dimulai dengan adanya peningkatan kemampuan sumberdaya, selanjutnya berimplikasi pada kualitas proses yang lebih baik. Kualitas proses yang lebih baik akan berakibat penyerahan produk dan jasa yang berkualitas dan tepat waktu sehingga akan menyebabkan pelanggan loyal dan mereka bersedia membayar lebih besar dan berkelanjutan, yang pada akhirnya akan menaikkan laba perusahaan. Cause-and-Effect Relationships Financial ROCE Customer Loyalty Customer On Time Delivery Process Quality Process Cycle Time Internal Bussiness Learning & Growth Employee Skills
  • 7. Key Performance Indicators (KPI) Key Performance Indicators merupakan matrik baik finansial maupun non finansial yang digunakan oleh perusahaan untuk mengukur performa kinerjanya. Key Performance Indicator biasanya digunakan untuk menilai kondisi suatu bisnis serta tindakan apa yang diperlukan untuk menyikapi kondisi tersebut. Selama ini Key Performance Indicators digunakan untuk mengukur parameter kualitatif yang cenderung sulit pengukurannya. Misalnya kualitas kepemimpinan dan kepuasan pelanggan. Satu hal yang perlu Anda perhatikan, tidak semua matrik adalah Key Performance Indicators. Perbedaannya terletak pada isi matriknya. Matrik Key Performance Indicators menjelaskan performa kinerja yang hendak dicapai oleh sebuah perusahaan serta langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan untuk merealisasikan obyek strategi dari perusahaan tersebut. Sebuah matrik dikatakan sebagai Key Performance Indicators ketika memenuhi kriteria berikut ini: (1) Memiliki target. Yakni target apa yang hendak dicapai serta waktu yang diperkukan untuk meraih target tersebut. (2) Berorientasi pada outcome. Jadi tidak sekedar output (hasil dari proses) sebab outcome berpengaruh secara signifikan. (3) Memiliki nilai threshold (ambang batas). Yakni untuk membedakan antara nilai target dengan nilai aktual. Key Performance Indicators memiliki peran penting bagi kemajuan sebuah perusahaan. Sebab, perusahaan akhirnya dintuntut memiliki visi dan misi yang jelas serta langkah praktis untuk merealisasikan tujuannya. Dan tidak sekedar itu saja, dengan Key Performance Indicators perusahaan bisa mengukur pencapaian performa kinerjanya. Apakah sudah sesuai ataukah belum sama sekali. Karena Key Performance Indicators merupakan alat ukur performa kinerja sebuah perusahaan, maka Key Performance Indicators juga harus mencerminkan tujuan yang ingin diraih oleh perusahaan tersebut. Artinya, Key Performance Indicators setiap perusahaan bisa jadi berbeda sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu sebelum menetapkan Key Performance Indicators, perusahaan harus melakukan beberapa persiapan berikut ini: (1) Menetapkan tujuan yang hendak dicapai. (2) Memiliki bisnis proses yang telah terdefinisi dengan jelas. (3) Menetapkan ukuran kuantitatif dan kualitatif sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. (4) Memonitor setiap kondisi yang terjadi serta melakukan perubahan yang diperlukan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang.
  • 8. Key Performance Indicators membutuhkan perencanaan yang matang. Selain itu juga harus didukung oleh ketersediaan data dan informasi yang akurat serta konsisten. Di sinilah peran penting sistim informasi bagi sebuah perusahaan. Jika perusahaan mampu menyediakan sistim informasi yang akurat, konsiten, dan mudah diakses bagi siapa saja yang berkepentingan, niscaya data yang diperoleh bisa dipertanggungjawabkan keakuratan dan konsistensinya. Walhasil, perusahaan juga harus menyediakan perangkat teknologi informasi yang fungsional dan tepat sasaran. Agar Key Performance Indicators bisa berfungsi dengan optimal, maka Key Performance Indicators harus memenuhi kaidah SMART. Yakni scietific (spesifik), measureable (terukur), achievable (bisa dicapai/realistis), reliable (bisa dipercaya), time bound (target waktu).
  • 9. Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process ) A. Pengertian AHP ( Analitycal Hierarchy Process ) AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut : 1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam. 2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan. 3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan. B. Kelebihan dan Kelemahan AHP Layaknya sebuah metode analisis, AHP pun memiliki kelebihan dan kelemahan dalam system analisisnya. Kelebihan-kelebihan analisis ini adalah :  Kesatuan (Unity) AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu model yang fleksibel dan mudah dipahami.  Kompleksitas (Complexity) AHP memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan sistem dan pengintegrasian secara deduktif.  Saling ketergantungan (Inter Dependence) AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak memerlukan hubungan linier.  Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring) AHP mewakili pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan elemen sistem ke level-level yang berbeda dari masing-masing level berisi elemen yang serupa.  Pengukuran (Measurement) AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan prioritas.  Konsistensi (Consistency) AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk menentukan prioritas.  Sintesis (Synthesis) AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya masing-masing alternatif.
  • 10.  Trade Off AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem sehingga orang mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan tujuan mereka.  Penilaian dan Konsensus (Judgement and Consensus) AHP tidak mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil penilaian yang berbeda.  Pengulangan Proses (Process Repetition) AHP mampu membuat orang menyaring definisi dari suatu permasalahan dan mengembangkan penilaian serta pengertian mereka melalui proses pengulangan. Sedangkan kelemahan metode AHP adalah sebagai berikut:  Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas sang ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut memberikan penilaian yang keliru.  Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk. C. Tahapan AHP Dalam metode AHP dilakukan langkah-langkah sebagai berikut (Kadarsyah Suryadi dan Ali Ramdhani, 1998) : 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita pecahkan secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada kita coba tentukan solusi yang mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah lebih dari satu. Solusi tersebut nantinya kita kembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya. 2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama. Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level hirarki yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang kita berikan dan menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin diperlukan). 3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya. Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan pertimbangan. Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriteria dari level paling atas hirarki misalnya K dan kemudian dari level di bawahnya diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya E1,E2,E3,E4,E5.
  • 11. 4. Melakukan Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen. Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. Skala perbandingan perbandingan berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty bisa dilihat di bawah. Intensitas Kepentingan 1 = Kedua elemen sama pentingnya, elemen mempunyai pengaruh yang sama besar 3 = Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yanga lainnya, Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya 5 = Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya, Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya 7 = Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya, Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek. 9 = Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya, Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memeliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan. 2,4,6,8 = Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan, Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara 2 pilihan Kebalikan = Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j , maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i 5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya. Jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi. 6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki. 7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan. Penghitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata. 8. Memeriksa konsistensi hirarki. Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10 %.
  • 12. D. Prinsip Dasar dan Aksioma AHP AHP didasarkan atas 3 prinsip dasar yaitu: 1. Dekomposisi Dengan prinsip ini struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi bagian-bagian secara hierarki. Tujuan didefinisikan dari yang umum sampai khusus. Dalam bentuk yang paling sederhana struktur akan dibandingkan tujuan, kriteria dan level alternatif. Tiap himpunan alternative mungkin akan dibagi lebih jauh menjadi tingkatan yang lebih detail, mencakup lebih banyak kriteria yang lain. Level paling atas dari hirarki merupakan tujuan yang terdiri atas satu elemen. Level berikutnya mungkin mengandung beberapa elemen, di mana elemen-elemen tersebut bisa dibandingkan, memiliki kepentingan yang hampir sama dan tidak memiliki perbedaan yang terlalu mencolok. Jika perbedaan terlalu besar harus dibuatkan level yang baru. 2. Perbandingan penilaian/pertimbangan (comparative judgments). Dengan prinsip ini akan dibangun perbandingan berpasangan dari semua elemen yang ada dengan tujuan menghasilkan skala kepentingan relatif dari elemen. Penilaian menghasilkan skala penilaian yang berupa angka. Perbandingan berpasangan dalam bentuk matriks jika dikombinasikan akan menghasilkan prioritas. 3. Sintesa Prioritas Sintesa prioritas dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan prioritas dari kriteria bersangkutan di level atasnya dan menambahkannya ke tiap elemen dalam level yang dipengaruhi kriteria. Hasilnya berupa gabungan atau dikenal dengan prioritas global yang kemudian digunakan untuk memboboti prioritas lokal dari elemen di level terendah sesuai dengan kriterianya. AHP didasarkan atas 3 aksioma utama yaitu : 1. Aksioma Resiprokal Aksioma ini menyatakan jika PC (EA,EB) adalah sebuah perbandingan berpasangan antara elemen A dan elemen B, dengan memperhitungkan C sebagai elemen parent, menunjukkan berapa kali lebih banyak properti yang dimiliki elemen A terhadap B, maka PC (EB,EA)= 1/ PC (EA,EB). Misalnya jika A 5 kali lebih besar daripada B, maka B=1/5 A. 2. Aksioma Homogenitas Aksioma ini menyatakan bahwa elemen yang dibandingkan tidak berbeda terlalu jauh. Jika perbedaan terlalu besar, hasil yang didapatkan mengandung nilai kesalahan yang tinggi. Ketika hirarki dibangun, kita harus berusaha mengatur elemen-elemen agar elemen tersebut tidak menghasilkan hasil dengan akurasi rendah dan inkonsistensi tinggi. 3. Aksioma Ketergantungan Aksioma ini menyatakan bahwa prioritas elemen dalam hirarki tidak bergantung pada elemen level di bawahnya. Aksioma ini membuat kita bisa menerapkan prinsip komposisi hirarki.
  • 13. ANALISIS BALANCE SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKUR KINERJA PERUSAHAAN (Studi Kasus pada PT Astra Honda Motor) PENDAHULUAN Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan perubahan besar dalam hal persaingan, produksi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia, dan penanganan transaksi antara perusahaan dengan konsumen dan perusahaan dengan perusahaan lain. Persaingan yang bersifat global dan tajam menyebabkan terjadinya penciutan laba yang diperoleh perusahaan- perusahaan yang memasuki persaingan tingkat dunia. Hanya perusahaan yang mempunyai keunggulan yang mampu memuaskan atau memenuhi kebutuhan konsumen, mampu menghasilkan produk yang bermutu, dan cost effective (Srimindarti, 2004). Dengan adanya persaingan global, perusahaan dihadapkan pada penentuan strategi dalam pengelolaan usahanya. Penentuan strategi akan dijadikan sebagai landasan dan kerangka kerja untuk mewujudkan sasaran – sasaran kerja yang telah ditentukan oleh manajemen. Oleh karena itu dibutuhkan suatu alat untuk mengukur kinerja sehingga dapat diketahui sejauh mana strategi dan sasaran yang telah ditentukan dapat tercapai. Penilaian kinerja memegang peranan penting dalam dunia usaha, dikarenakan dengan dilakukanya penilaian kinerja dapat diketahui efektivitas dari penetapan suatu strategi dan penerapannya dalam kurun waktu tertentu. Penilaian kinerja dapat mendeteksi kelemahan atau kekurangan yang masih terdapat dalam perusahaan, untuk selanjutnya dilakukan perbaikan dimasa mendatang. Penilaian atau pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor penting dalam perusahaan. Selain digunakan untuk menilai keberhasilan perusahaan, pengukuran kinerja juga dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan sistem imbalan dalam perusahaan, misalnya untuk menentukan tingkat gaji karyawan maupun reward yang layak. Pihak manajemen juga dapat menggunakan pengukuran kinerja perusahaan sebagai alat untuk mengevaluasi periode yang lalu. Selama ini yang umum digunakan dalam perusahaan adalah pengukuran kinerja tradisional yang hanya menitikberatkan pada sektor keuangan saja. Pengukuran kinerja dengan sistem ini menyebabkan orientasi perusahaan hanya pada keuntungan jangka pendek dan cenderung mengabaikan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Pengukuran kinerja yang menitikberatkan pada sektor keuangan saja kurang mampu mengukur kinerja harta-harta tak tampak (intangible assets) dan harta-harta intelektual (sumber daya manusia) perusahaan. Selain itu pengukuran kinerja dengan cara ini juga kurang mampu bercerita banyak mengenai masa lalu perusahaan, kurang memperhatikan sektor eksternal, serta tidak mampu sepenuhnya menuntun perusahaan ke arah yang lebih baik (Kaplan dan Norton, 1996). Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kaplan dan Norton pada tahun 1990 yaitu tentang ”Pengukuran Kinerja Organisasi Masa Depan”. Penelitian tersebut berkaitan dengan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Penelitian ini didorong oleh kesadaran pada saat itu dimana ukuran kinerja keuangan yang digunakan oleh semua perusahaan untuk mengukur kinerja eksekutif tidak lagi memadai. Hasil penelitian menyebutkan bahwa untuk mengukur kinerja eksekutif di masa depan diperlukan ukuran komprehensif yang meliputi empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, yang disebut dengan Balance Scorecard. Balance Scorecard digunakan untuk menyeimbangkan usaha
  • 14. dan perhatian eksekutif ke kinerja keuangan dan nonkeuangan, serta kinerja jangka pendek dan kinerja jangka panjang. Dari percobaan penggunaan Balance Scorecard pada tahun 1990-1992, perusahaan- perusahaan yang ikut serta dalam penelitian tersebut menunjukkan perlipatgandaan kinerja keuangan perusahaan. Keberhasilan ini disadari sebagai akibat dari penggunaan ukuran kinerja Balance Scorecard yang komprehensif. Dengan menambahkan ukuran kinerja nonkeuangan, seperti kepuasan pelanggan, produktivitas dan cost effectiveness proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan, eksekutif dipacu untuk memperhatikan dan melaksanakan usaha-usaha yang merupakan pemacu sesungguhnya untuk mewujudkan kinerja keuangan. (Mulyadi, 2001) Balance Scorecard menggambarkan adanya keseimbangan antara tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang, antara ukuran keuangan dan nonkeuangan, antara indicator lagging dan indicator leading. Balance Scorecard cukup komprehensif untuk memotivasi eksekutif dalam mewujudkan kinerja dalam keempat perspektif tersebut, agar keberhasilan keuangan yang dihasilkan bersifat berkesinambungan. METODE PENELITIAN Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi: 1. Perspektif Keuangan, pengukurannya menggunakan ROI, Profit Margin, Operating Ratio. ROI (Return On Investment) Tingkat pengembalian investasi dari pendapatan operasi atau yang biasa disebut dengan ROI yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba bersih. ROI dapat dikatakan baik jika rata- rata industrinya sebesar 9,8% (Keown, 2008). ROI = Profit Margin Profit margin digunakan untuk melihat besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penjualan untuk mengetahui efisiensi perusahaan. Profit margin dikatakan baik jika rata-rata nilainya adalah sebesar 8,3% (Keown, 2008). Semakin tinggi nilai profit margin berarti semakin baik, karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. ROI = Operating Ratio Merupakan biaya operasi dibagi dengan penjualan bersih, dan dinyatakan dalam persen. Biaya operasi sendiri terdiri dari harga pokok penjualan (HPP) ditambah dengan beban usaha. Semakin tinggi rasio operasi, berarti menunjukkan bahwa perusahaan dapat memanfaatkan biaya yang dimiliki dalam menghasilkan penjualan bersih. Operating Ratio =
  • 15. 2. Perspektif Pelanggan Pengukuran kinerja pada perspektif ini adalah tingkat kepuasan pelanggan (customer satisfaction), dengan cara mengukur seberapa besar kepuasan pelanggan terhadap pelayanan perusahaan. Data diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada pelanggan. Kepuasan pelanggan dikatakan baik apabila skor rata-rata pada skala likert menunjukkan angka diatas 3. 3. Perspektif Bisnis Internal Dalam perspektif ini komponen pengukuran yang digunakan yaitu inovasi, untuk mengetahui jumlah produk/jasa baru yang ditawarkan perusahaan dibandingkan dengan produk/jasa yang sudah ada. Semakin tinggi nilai yang dihasilkan, maka semakin baik inovasi yang dilakukan oleh perusahaan. Inovasi = 4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran Pengukuran kinerja pada perspektif ini adalah tingkat kepuasan karyawan dengan cara mengukur seberapa besar kepuasan karyawan terhadap perusahaan. Data diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada karyawan. Kepuasan karyawan dapat dikatakan baik apabila skor rata-rata pada skala likert menunjukkan angka diatas 3. HASIL DAN ANALISIS Tahun Perspektif Rata-rata Kriteria Skor 2005 2006 Perspektif Keuangan ROI 10,55% 5,13% 7,84% Cukup 0 Profit Margin 4,70% 2,83% 3,76% Kurang -1 Operating Ratio 90,75% 90,70% 90,72% Baik 1 Perspektif Pelanggan Kepuasan Pelanggan (*) - - 3,71 Baik 1 Persepektif Bisnis Internal Inovasi 28,57% 33,33% 30,95% Baik 1 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran - - 3,63 Baik 1 Kepuasan Karyawan (*) Total 3 Sumber: Data primer yang diolah *) Data tahun berjalan Hasil penilaian kinerja dalam perspektif keuangan menunjukkan bahwa ROI mempunyai rata- rata yang cukup, sehingga diberi skor 0. Karena rata-rata ROI sudah hampir mendekati standar yang telah ditetapkan. Sedangkan profit margin diberi skor -1. Karena nilai profit margin
  • 16. masih jauh dibawah standar yang telah ada. Dan untuk operating ratio diberi skor 1 karena dinilai sudah baik. Untuk perspektif pelanggan diberi skor 1. Karena skor rata-rata kepuasan pelanggan sebesar 3,71. Kepuasan pelanggan dikatakan baik apabila skor rata-rata pada skala likert menunjukkan angka diatas 3. Pada perspektif bisnis internal, inovasi diberi skor 1. Karena serta .Dan untuk perspektif pertumbuhan dan pembelajaran diberi skor 1. Karena skor kepuasan karyawan menunjukkan angka rata-rata sebesar 3,63. Dimana angka tersebut pada skala likert sudah menunjukkan angka diatas 3. Total bobot skor dapat diketahui, yaitu 3 skor dari total bobot standar. Sehingga rata-rata skor adalah 3/6=0,5 Langkah selanjutnya adalah membuat skala untuk menilai total skor tersebut, sehingga kinerja perusahaan dapat dikatakan “kurang”, “cukup”, dan “baik”. Dengan menggunakan skala, maka dapat diketahui kinerja suatu perusahaan. Berikut adalah gambar skala kinerja perusahaan: Skala Kinerja Kurang Cukup Baik -1 0 0,5 1 Setelah membuat skala, selanjutnya adalah menentukan batas area ”kurang”, ”cukup”, dan ”baik” adalah kurang dari 50% (skor 0). Kinerja dikatakan ”baik” apabila lebih dari 80% dan diasumsikan bahwa 80% adalah sama dengan 0,6. Sisanya adalah daerah ”cukup”, yaitu antara 0-0,6. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kinerja PT Astra Honda Motor jika menggunakan Balance Scorecard terdapat pada daerah “cukup”. Karena rata-rata skor yang diperoleh sebesar 0,5 yang terletak diantara 0-0,6. KESIMPULAN Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengukuran pada perspektif keuangan yang meliputi ROI, profit margin, dan operating ratio diperoleh hasil bahwa kinerja perusahaan dapat dikatakan cukup baik, meskipun terjadi penurunan dari tahun sebelumnya. 2. Pengukuran pada perspektif pelanggan yaitu kepuasan pelanggan, menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai kinerja yang baik. 3. Pengukuran pada perspektif bisnis internal yang meliputi inovasi juga menunjukkan kinerja perusahaan yang baik. 4. Pengukuran pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran yaitu kepuasan karyawan menunjukkan bahwa kepuasan karyawan sudah dapat dikatakan baik