SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 39
Descargar para leer sin conexión
KODEFIKASI

RPI

5

Pengelolaan Hutan Rawa
Gambut
LEMBAR PENGESAHAN 
 
                                                   
                                                            

 

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF  
(RPI) 
TAHUN 2010 ‐ 2014 
 
 
 
PENGELOLAAN HUTAN RAWA GAMBUT 
 
 
 
Jakarta, Februari 2010

 

                      
Disetujui Oleh: 

 
 
 

Kepala Pusat, 

Koordinator 
 

 

 
Ir. Adi Susmianto, M.Sc. 
NIP. 19571221 198203 1 002 

Dr.Ir. Herman Daryono, MS. 
NIP. 19490707 198003 1 004 
 
Mengesahkan : 
Kepala Badan, 

 
Dr.Ir.Tachrir Fathoni M.Sc 
 NIP. 19560929 198202 1 001 
 
 
 
 

 
Pengelolaan Hutan Rawa Gambut

65
Daftar Isi
Lembar Pengesahan...................................................................................65
Daftar Isi...................................................................................................... 67
Daftar Tabel................................................................................................69
I.	ABSTRAK.............................................................................................71
II.	

LATAR BELAKANG............................................................................. 72

III.	

RUMUSAN MASALAH........................................................................ 75

IV.	HIPOTHESIS....................................................................................... 75
V.	

TUJUAN DAN SASARAN PENELITIAN............................................... 75

VI.	LUARAN............................................................................................. 76
VII.	 RUANG LINGKUP............................................................................... 77
VIII.	 KOMPONEN PENELITIAN.................................................................. 78
IX.	METODOLOGI.................................................................................... 79
X.	

RENCANA TATA WAKTU....................................................................88

XI.	

RENCANA LOKASI DAN UPT TERKAIT...............................................88

XII.	 RENCANA BIAYA................................................................................88
XIII.	ORGANISASI...................................................................................... 91
XIV.	 DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 91

Pengelolaan Hutan Rawa Gambut

67
Daftar Tabel
Table 1.	 Luas sebaran lahan rawa gambut di Indonesia dari berbagai
sumber......................................................................................... 72
Table 2.	 Cakupan dan Kegiatan Penelitian Integratif Pengelolaan
Hutan Alam Rawa Gambut 2010-2014........................................ 78
Table 3.	 Rencana Anggaran, Waktu dan Unit Pelaksana Penelitian
Integratif Tahun 2010-2014.........................................................88
Table 4.	 Matrik Kodeifikasi Pelaksanaan Kegiatan RPI............................90
Table 5.	 Kerangka Kerja Logis RPI Pengelolaan Hutan Alam Rawa
Gambut........................................................................................95

Pengelolaan Hutan Rawa Gambut

69
I.	 ABSTRAK
Luas lahan gambut di Indonesia menurut Puslittanak (1981) adalah 26,5 juta
Ha dengan perincian di Sumatera seluas 8,9 juta Ha, Kalimantan 6,5 juta Ha,
Papua 10,5 juta Ha dan lainnya 0,2 juta Ha. Laju kerusakan hutan dilaporkan terus
meningkat, laporan terakhir dari Badan Planologi Kehutanan (2005) diperoleh
bahwa laju deforestasi baik pada kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan
pada periode antara tahun 1997 - 2000 di Indonesia mencapai 2,83 juta hektar/
tahun termasuk di dalamnya kerusakan hutan lahan gambut.Tetapi akhiir-akhir ini
dilaporkan tingkat degradasi menurun mendekati satu juta hekar. Lahan gambut
merupakan suatu ekosistim yang unik, dan rapuh (fragile), habitatnya terdiri
dari gambut dengan kedalaman yang bervariasi mulai dari 25 cm hingga lebih
dari 15 m, mempunyai  kekayaan flora dan fauna yang khas yang mempunyai nilai
ekonomi tinggi. Lahan gambut mempunyai peran yang penting dalam menjaga
dan memelihara keseimbangan lingkungan kehidupan baik sebagai reservoir
air, rosot dan carbon storage, perubahan iklim serta keanekaragaman hayati
yang saat ini eksistensinya semakin terancam. Oleh karena itu, pegelolaan secara
bijaksana harus dilakukan dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi
dan budaya maupun fungsi ekologi sehingga kelestarian hutan rawa gambut
dapat terjamin. Lahan gambut mempunyai kharakteristik yang spesifik seperti
adanya subsidensi,sifat irreversible drying, hara mineral yang sangat miskin
serta sifat keasaman yang tinggi dan mudah terbakar apabila dalam keadaan
kering kekurangan air pada lahan gambut tersebut, sehingga peran hidrologi/
tata air di lahan gambut sangatlah penting. Ada beberapa tipologi di lahan rawa
gambut yang perlu diketahui, sehingga dalam melakukan rehabilitasi hutan
gambut terdegradasi dapat lebih berhasil. Pelestarian hutan terutama hutan
gambut yang mempunyai niilai korservasi tinggi, dan segala nilai kekayaan
biodiversity harus segera ditindak lanjuti dengan nyata. Teknologi yang diperoleh
diimplementasikan dengan merehabilitasi lahan gambut yang terdegradasi.
baik hidrologi maupun revegetasi. Pemilihan jenis yang tepat, teknologi dan
kelembagaan rehabilitasi perlu dikaji dan diketahui sehingga kegagalan dalam
melakukan rehabilitasi dapat dihindari. Lahan sulfat masam aktual merupakan
salah satu lahan konservasi yang memerlukan jenis pohon yang spesifik untuk
dapat hidup di situ, karena adanya senyawa pirit yang bersifat racun. Jenis yang
dapat tumbuh antara lain :gelam (Melaleuca sp.), tanah-tanah (Combretocarpus
rotundatus) dan lain-lain. Rehabilitasi dan pengembangan di habitat ini perlu
dikaji. Ada indikasi bahwa pola waktu pembungaan dan pembuahan jenis-jenis
pohon di hutan rawa gambut telah mengalami perubahan oleh karena itu studi
adaptasi fenologi jenis-jenis pohon di hutan rawa gambut perlu dilakukan.
Kata kunci: Hutan rawa gambut, pengelolaan secara lestari, degradasi, rehabilitasi

Pengelolaan Hutan Rawa Gambut

71
II.	 LATAR BELAKANG
Lahan rawa gambut di daerah tropis mencakup areal seluas 38 juta
ha dari total seluas 200 juta ha yang terdapat di seluruh dunia. Luas lahan
gambut di Indonesia diperkirakan terdapat antara 13,5 – 26,5 juta ha. Paling
sedikit ada 11 dari berbagai sumber data yang bervariasi. Menurut Driessen
(1976) di Indonesia lahan gambut seluas 17 juta ha yang terbentang dari
pantai timur Sumatera Timur seluas 9,7 juta ha yang meliputi Propinsi Riau,
Jambi dan Sumatera Selatan. Di Kalimantan seluas 6,3 juta ha meliputi
Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, dan Irian Jaya seluas 100.000
ha. Data Puslittanak (1981) mengemukakan luas lahan gambut di Indonesia
adalah 26,5 juta ha dengan perincian di Sumatera seluas 8,9 juta ha,
Kalimantan 6,5 juta ha, Papua 10,5 juta ha dan lainnya 0,2 juta ha. Wetland
International (1996) menunjukkan bahwa luas seluruh lahan gambut yang
ada di Indonesia adalah seluas 20.697.000 ha dengan perincian di Sumatera
7,21 juta ha dan di Kalimantan 5,79 juta ha dan Wahyunto et al (2005)
memperkirakan luas seluruhnya 21 juta ha di Indonesia. Untuk melihat
sebaran luasnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :
Table 1.	 Luas sebaran lahan rawa gambut di Indonesia dari berbagai sumber
Penyebaran lahan gambut (Juta Hektar)
Penulis/sumber data
Driessen (1978)

Sumatera

Kalimantan

Papua

Lainnya

Total
(Juta Ha

9,7

6,3

0,1

-

16,1

Puslittanak (1981)

8,9

6,5

10,5

0,2

26,5

Euroconsult (1984)

6,84

4,93

5,46

-

17,2

Soekardi dan Hidayat (1988)

4,5

9,3

4,6

0,1

18,4

Deptrans (1988)

8,2

6,8

4,6

0,4

20,1

Subagyo et al (1990)

6,4

5,4

3,1

-

14,9

Deptrans (1990)

6,9

6,4

4,2

0,3

17,8

Nugroho et al (1992)

4,8

6,1

2,5

0,1

13,5

Rajaguguk (1993)

8,2

6,79

4,62

0,4

20,1

Dwiyono dan Rachman
(1996)

7,16

4,34

8,40

0,1

20,0

Wahyunto et al (2005)

7,21

5,79

8,0

-

21,0

72

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
Laju kerusakan hutan dilaporkan terus meningkat, di tahun 1991 telah
mencapai 900.000 ha/ tahun (World Bank,1991) masih di tahun yang
sama, laporan lain menunjukkan laju 1,3 juta ha/tahun (Anonim,1991). Data
pengamatan terakhir dari Badan Planologi Kehutanan (2005) diperoleh
bahwa laju deforestasi baik pada kawasan hutan maupun di luar kawasan
hutan pada periode antara tahun 1997 sampai tahun 2000 di Indonesia
sekitar 2,83 juta ha termasuk di dalamnya kerusakan hutan rawa gambut.
Di akhir tahun 2008 di laporkan tingkat degradasi menurun menjadi sekitar
satu juta ha.
Hutan rawa gambut adalah salah satu tipe hutan rawa yang merupakan
ekosistem yang spesifik dan rapuh, baik dilihat dari segi habitat lahannya
yang berupa gambut dengan kandungan bahan organik yang tinggi dengan
ketebalan mulai dari kurang dari 0,5 meter sampai dengan kedalaman lebih
dari 20 m. Jenis tanahnya tergolong organosol, podsol maupun glei humus.
Karakteristik yang umum pada lahan gambut adalah dicirikan dengan
kandungan bahan organik yang tinggi, pH yang rendah, Nilai KTK (Kapasitas
Tukar Kation) yang tinggi dan nilai KB (Kejenuhan Basa ) yang rendah,
hal ini berakibat memberikan kondisi unsur hara yang rendah. Untuk
kegiatan rehabilitasi di hutan rawa gambut, ketebalan gambut yang
sangat bervariasi dari yang dangkal sampai dengan yang dalam, kondisi
dan tingkat pelapukan gambut serta penggenangan air akan memberikan
perlakuan yang bermacam-macam dalam pemilihan jenis, teknik penyiapan
lahan serta teknik penanaman maupun pemeliharaannya. Lahan gambut
merupakan lahan yang mempunyai berbagai fungsi penting guna menjaga
dan mengatur proses berlangsungnya lingkungan kehidupan seperti
reservoir air, rosot dan simpanan karbon, keanekaragaman hayati dan lainlain kebutuhan untuk kesejahteraan manusia.
Perkembangan pembangunan Hutan Tanaman pada akhir-akhir ini
dirasakan hampir terhenti, dikarenakan situasi ekonomi dan politik yang
kurang menguntungkan di Indonesia.
Produksi kayu dari hutan tanaman sampai tahun 2004 mencapai
27.739.450 m3, yang terdiri dari kayu hasil tanaman HTI pulp sebesar
27.022.485 m3, sedang hasil HTI kayu pertukangan hanya sebesar 716.964
m3 (Departemen Kehutanan, 2005). Dari luasan tersebut, sebagian besar
tanaman dibangun pada areal bekas tebangan hutan non produktif dataran
rendah pada lahan kering, sedangkan pembangunan hutan tanaman pada
logged-over area pada lahan rawa gambut masih relative sedikit dilakukan.
Hal ini disebabkan beberapa hal diantaranya adalah pemilihan jenis pohon
untuk ditanam, dan pengetahuan teknik silvikultur jenis yang spesifik di

Pengelolaan Hutan Rawa Gambut

73
hutan rawa gambut yang masih sangat terbatas, habitat rawa gambut
yang kurang subur (miskin hara) dan sifat kemasaman yang tinggi sehingga
pada umumnya tanaman mempunyai pertumbuhan yang lambat. Selain hal
itu, penanaman di habitat rawa relatif sulit, sehingga perlu dicari metode
penanaman yang tepat. Oleh karena itu,sampai saat ini dirasakan rehabilitasi
pada logged-over area maupun lahan yang kurang produktif baik bekas
pembalakan, bekas kebakaran dan perambahan maupun pengembangan
hutan tanaman di rawa gambut sangat lambat dan kurang terperhatikan.
Proyek lahan gambut sejuta hektar, berdasarkan Kepres No.93
tahun 1992, dan pelaksanaannya berdasarkan Keppres No. 82 tahun
1995, merupakan salah satu contoh pengalaman pahit suatu kegagalan.
Pada awalnya bertujuan dalam rangka pengamanan pangan nasional,
tetapi dalam pelaksanaannya dinilai kurang berhasil dan gagal karena
menimbulkan berbagai permasalahan baik teknis, sosial,ekonomi, dan
budaya maupun lingkungan ekologis. Selain itu, dilaporkan pula telah
terjadi penebangan liar dan perambahan hutan secara besar-besaran pada
areal hutan yang belum digarap, sehingga terjadi kerusakan hutan beserta
isinya termasuk habitat satwa liar yang terjadi dengan sangat cepat. Selain
itu, hutan rawa gambut yang rusak mengalami penurunan permukaan air
dengan adanya saluran-saluran drainase yang yang kurang diperhitungkan
dan mengakibatkan kekeringan sebaliknya dimusim penghujan terjadi
kebanjiran. Dikarenakan gambut memiliki sifat kering yang tidak dapat
balik (irreversible) maka gambut mempunyai potensi yang tinggi untuk
kebakaran seperti yang telah terjadi belakangan ini. Sebaliknya di musim
penghujan terjadi bahaya banjir. Terbitnya Inpres No.2 tahun 2007 tentang
percepatan rehabilitasi dan revitalisasi kawasan lahan gambut eks Proyek
Pengembangan Lahan Gambut Kalteng, merupakan langkah dan tindak
lanjut pemulihan kerusakan dan pengembalian fungsi ekologis, lingkungan
dan sosial, ekonomi dan budaya pada kawasan lahan gambut tersebut.
Pengelolaan hutan dan lahan gambut perlu dilakukan secara bijaksana
dan hati-hati ,hal ini disebabkan karena hutan rawa gambut merupakan
suatu ekosistem yang mudah rapuh, sehingga kalau pengelolaan tidak
dilakukan secara benar, hutan tersebut tidak akan lestari. Jenis pohon
yang tumbuh di areal rawa gambut sangat spesifik dan mempunyai nilai
ekonomi yang tinggi baik dari hasil kayunya maupun hasil non kayu seperti
getah-getahan, rotan, obart-obatan dan lain-lain. Beberapa jenis kayu
komersil tinggi seperti ramin (Gonystylus bancanus), meranti rawa (Shorea
pauciflora, Shorea tysmanniana, S.uliginosa), jelutung (Dyera lowii), nyatoh
(Palaquium spp), bintangur (Calophyllum spp), kapur naga (Calophyllum
macrocarpum) dan lain-lain. Hutan atau lahan rawa gambut yang

74

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
mengalami degradasi baik sebagai akibat penebangan liar, penjarahan dan
kebakaran hutan dan lain-lain ini harus segera dilakukan rehabilitasi untuk
mengembalikan fungsi ekologis maupun meningkatkan produktivitasnya
sehingga fungsi ekosistem itu dapat segera pulih kembali.
Rencana Penelitian Integratif ini dimaksudkan untuk dapat menjadi
pedoman kegiatan penelitian dalam rangka mendapatkan atau menemukan
IPTEK yang dapat digunakan dalam pengelolaan hutan rawa gambut secara
bijaksana dan lestari, dengan mengambil contoh pengalaman kerusakan PLG
sejuta hektar di Kalimantan Tengah, jangan sampai terjadi lagi di wilayah
lain. Diharapkan, pada waktu mendatang pelaksanaan pengembangan
lahan gambut di tempat lain dapat berhasil dengan baik, efektif dan efisien.

III.	 RUMUSAN MASALAH
Kerusakan hutan alam atau lahan rawa gambut di Indonesia umumnya
disebabkan beberapa hal yakni penebangan liar, perambahan, kebakaran
hutan dan lahan gambut, pembuatan saluran atau drainase di lahan gambut
yang tidak diperhitungkan dengan baik, lemah dan kurangnya kesadaran
dan pengertian masyarakat akan fungsi manfaat hutan rawa gambut, masih
lemahnya penegakan hukum (law enforcement) serta masih lemahnya policy
dan pengelolaan hutan rawa gambut. Selain itu, sifat kharakteristik hutan
rawa gambut seperti adanya subsidensi lahan gambut, sifat irreversible
drying dan lain-lain sehingga pengelolaan air merupakan hal yang penting.
Oleh karena itu kegiatan peneltian integratif aspek-aspek tersebut perlu
diteliti untuk pengelolaan hutan dan lahan gambut secara lestari

IV.	 HIPOTHESIS
Pengelolaan yang bijaksana dengan mempertimbangkan keseimbangan
fungsi ekologis, sosial ekonomi, budaya dan lingkungan, diperoleh hutan
rawa gambut yang lestari.

V.	 TUJUAN DAN SASARAN PENELITIAN
A.	 Tujuan
Penelitian integratif pengelolaan hutan alam rawa gambut ini bertujuan
mendapatkan IPTEK pengelolaan hutan alam rawa gambut secara bijaksana
dengan mempertimbangkan aspek ekologi, ekonomi, sosial dan lingkungan
secara lestari untuk kesejahteraan masyarakat.

Pengelolaan Hutan Rawa Gambut

75
B.	 Sasaran
Adapun sasaran dalam penelitian integratif ini adalah meliputi sebagai
berikut :
1.	 Tersedianya data dan informasi mengenai tipe dan sebaran hutan rawa
gambut terdegradasi
2.	 Tersedianya data dan informasi mengenai klasifikasi tipologi dan
sebaran hutan rawa gambut berdasarkan kondisi biofisik hutan
3.	 Tersedianya data informasi hasil uji coba inventarisasi karakteristik
gambut dengan telemetri
4.	 Tersedianya data dan informasi serta paket teknologi rehabilitasi hutan
alam rawa gambut
5.	 Tersedianya data dan informasi serta paket teknologi pencegahan dan
pengendalian kebakaran hutan dan lahan rawa gambut
6.	 Tersedianya data dan informasi mengenai pola perbungaan dan
pembuahan jenis-jenis pohon di hutan rawa gambut
7.	 Tersedianya data dan informasi mengenai kelembagaan pengelolaan
hutan rawa gambut dengan pola partisipatif
8.	 Tersedianya data dan informasi dampak deforestasi terhadap emisi GRK
9.	 Tersedianya data dan informasi Potensi serta terindentifikasinya di
kawasan Lindung (“HCVF”) di lahan gambut

VI.	 LUARAN
1.	 Klasifikasi tipologi dan sebaran hutan rawa gambut :
a.	 Review tipe dan sebaran hutan rawa gambut terdegradasi
b.	 Klasifikasi tipologi dan sebaran hutan rawa gambut berdasarkan
kondisi biofisik hutan
c.	 Uji coba inventarisasi kharkteristik gambut dengan telemetri
2.	 Rehabilitasi hutan alam rawa gambut
Ujicoba teknik bioremediasi berbagai kondisi hutan alam rawa gambut
(penyiapan , ujicoba jenis, pola penanaman, penggunaan mikroba,
pemilihan jenis asli setempat, pengayaan, hidrologi )
3.	 Teknologi pencegahan pencegahan dan pengendalian kebakaran di
lahan gambut
Teknik pencegahan dan pengendalian kebakaran di lahan gambut
4.	 Informasii fenologi jenis-jenis pohon hutan rawa gambut
Kajian fenologi jenis-jenis pohon hutan rawa gambut

76

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
5.	 Alternatif pengelolaan hutan rawa gambut dengan pola partisipasif
Kajian kelembagaan rehabilitasi hutan dan lahan gambut dengan pola
partisipatif
6.	 	Informasi dampak deforestasi hutan rawa gambut terhadap emisi GRK
Kajian dampak deforestasi hutan rawa gambut dalam upaya realisasi
target penurunan emisi 26%
7.	 	Informasi potensi Kawasan Lindung (“HCVF”) pada hutan rawa gambut
Identifikasi Potensi Kawasan Lindung (“HCVF”) pada ekosistem hutan
rawa gambut

VII.	 RUANG LINGKUP
Dalam pelaksanaan kegiatan penelitian dari luaran tersebut dilakukan
diareal lahan gambut wilayah Provinsi Sumatera Selatan, Jambi, Riau,
Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah (areal Eks Proyek Pengembangan
Lahan Gambut Sejuta Hektar). Secara terintegrasi dilakukan oleh BPK (Balai
Penelitian Kehutanan) Manokwari Papua Barat; BPK Semboja, Kaltim; BPK.
Pematang Siantar, Sumut; Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam Bogor
sebagai Koordinator.
Kegiatan dalam penelitian Pengelolaan Hutan dan Lahan Rawa Gambut
ini meliputi beberapa aspek yaitu :

A.	 Aspek Teknik Silvikultur
1.	 Teknologi pengadaan bibit dan Uji coba penanaman jenis-jenis pohon
di lahan rawa gambut yang sampai saat ini belum diketahui cara
pengembangan dan teknik Silvikulturnya melalui uji species trial dan
uji provenance.
2.	 Teknologi pengembangan jenis pohon lokal (indigenous species)
maupun eksotik yang tepat guna yang dapat dikembangkan untuk
rehabilitasi hutan rawa gambut eks PPLG baik untuk keperluan hasil
kayunya, hasil hutan bukan kayu (HHBK) maupun fungsi hidroorologis,
melalui teknologi pengembangan bibit secara generatif dan vegetatif
(stem cutting), dan penerapan teknologi mikrobiologi (Michorriza
dan Rhizobium) untuk memperoleh peningkatan pertumbuhan (riap),
kesehatan dan adaptasi bibit serta kualitas bibit yang dihasilkan.
3.	 Teknologi penyiapan lahan dan pengaturan hidrologi di beberapa tapak
tipologi lahan (Gambut dangkal, gambut sedang, gambut dalam, gambut
sangat dalam. Sulfat Masam Potensial dll) di hutan rawa gambut eks
PPLG Kalteng atau di areal lahan rawa gambut di Provinsi lain.

Pengelolaan Hutan Rawa Gambut

77
B.	 Aspek sosial, Ekonomi, Budaya dan Kelembagaan
1.	 Informasi keterlibatan secara partisipatif masyarakat dalam
komunitasnya dalam kelembagaan adat lokal menunjang kegiatan
pengelolaan hutan di lahan rawa gambut.
2.	 Informasi penemuan teknologi partisipatif dan teknologi berbasis
produksi dan konservasi di sekitar hutan rawa gambut, kearifan lokal
dalam menunjang keberhasilan pengelolaan hutan rawa gambut
3.	 Informasi sosekbud dan kelembagaan pengelolaan hutan rawa gambut
dengan partisipasi masyarakat

VIII.	KOMPONEN PENELITIAN
Komponen (cakupan) penelitian dalam RPI Pengelolaan Hutan Alam
Rawa Gambut yang terdiri dari 7 (Tujuh) cakupan yakni (1) Klasifikasi
Tipologi dan sebaran hutan rawa gambut.(2) Teknologi Rehabilitasi Hutan
Rawa Gambut Terdegradasi.(3) Teknologi pencegahan dan pengendalian
kebakaran di lahan gambut. (4) Informasi adaptasi fenologi jenis-jenis
pohon hutan rawa gambut.(5) Alternatif pengelolaan hutan rawa gambut
dengan pola partisipatif.(6) Informasi dampak deforestasi hutan rawa
gambut terhadap emisi GRK.(7) Informasi potensi Kawasan Lindung
(“HCVF”) pada hutan rawa/ gambut. Masing-masing cakupan terdiri dari
satu atau beberapa aktivitas. Untuk lebih jelasnya cakupan dan aktifitas
penelitian, dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini :
Table 2.	Cakupan dan Kegiatan Penelitian Integratif Pengelolaan Hutan Alam
Rawa Gambut 2010 – 2014
No
1

Kode Dan Cakupan
5.1 	 Klasifikasi Tipologi dan
Sebaran Hutan Rawa
Gambut

Kegiatan
5.1.1	 Review tipe dan sebaran hutan rawa gambut
terdegradasi
5.1.2 Klasifikasi tipologi dan sebaran hutan rawa
gambut berdasarkan kondisi biofisik hutan
5.1.3	 Ujicoba inventarisasi karakteristik gambut
dengan telemetrI

2

78

5.2	 Teknologi Rehabilitasi
Hutan Rawa Gambut
Terdegradasi

5.2.1	 Ujicoba teknik bioremediasi berbagai kondisi
hutan alam rawa gambut (penyiapan lahan,
ujicoba jenis, pola penanaman, penggunaan
mikroba, pemilihan jenis asli setempat,
pengayaan, hidrologi )

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
No

Kode Dan Cakupan

Kegiatan

3

5.3	 Teknologi pencegahan
dan pengendalian
kebakaran di lahan
gambut

5.3.1	 Teknik pencegahan dan pengendalian
kebakaran hutan rawa gambut

4

5.4	 Informasi adaptasi
fenologi jenis-jenis
pohon hutan rawa
gambut

5.4.1	 Kajian phenologi jenis-jenis pohon hutan
rawa gambut: adaptasi terhadap perubahan
iklim

5

5.5	 Alternatif pengelolaan
hutan rawa gambut
dengan pola partisipatif

5.5.1	 Kajian kelembagaan pengelolaan hutan rawa
gambut dengan pola partisipatif

6

5.6	 Informasi dampak
deforestasi hutan rawa
gambut terhadap emisi
GRK

5.6.1	 Kajian deforestasi hutan rawa gambut dalam
upaya realisasi target penurunan emisi 26%

7

5.7	 Informasi potensi
Kawasan Lindung
(“HCVF”) pada hutan
rawa gambut

5.7.1	 Identifikasi Potensi Kawasan Lindung
(“HCVF”) pada ekosistem hutan rawa
gambut

IX.	 METODOLOGI
A.	 Klasifikasi Tipologi dan Sebaran Hutan Rawa Gambut
Sampai saat ini kondisi penutupan lahan gambut belum seluruhnya
diketahui, bahkan luas hutan dan lahan gambut masih bervariasi cukup
besar di Indonesia mulai 13,5 juta – 26,5 juta Ha. Sebagai contoh luas lahan
gambut di Papua 10,5 juta Ha (Pusittanak, 1981) , sumber lain 0,1 juta ha (
Driessen, 1978) , dan 8 juta Ha (Wetland International,2005).
Salah satu kegiatan yang dilakukan yaitu mereview tipe dan sebaran
hutan rawa gambut terdegradasi yang dilakukan di Sumatera, Kalimantan
dan Papua. Kajian dilakukan dengan mempelajari dari peta landsat, dan
mengindentifikasi di lapangan tipe dan sebaran hutan rawa gambut
terdegradasi yang dapat dilakukan rehabilitasi.
Klasifikasi tipologi dan sebaran hutan rawa gambut berdasarkan
sifat biofisik. Kajian dilakukan dengan mempelajari peta landsat dan
mengidentifikasi tipologi berdasarkan kharakteristik biofisik di lapangan.
Kegiatan uji coba inventariasasi kharakteristik gambut dengan
telemetri. Prinsip uji coba ini adalah apabila pengukuran sesuatu parameter

Pengelolaan Hutan Rawa Gambut

79
karakteristik gambut biasanya dilakukan secara langsung jarak dekat.
Sedangkan pengukuran secara jarak jauh dilakukan dengan telemetri.
Kegiatan ini perlu diuji coba . Hal ini dikarenakan kondisi alam dan
medan yang tidak memunginkan manusia untuk melakukan pengukuran
secara langsung di lapangan. Untuk melakukan pengukuran jarak jauh
dibutuhkan sebuah perangkat telekomunikasi yang handal dan hemat
daya. Perangkat komunikasi berfungsi untuk menghasilkan peralatan yang
dapat mengirimkan dan menerima informasi antara dua tempat atau lebih.
Sebagai contoh Telemetri suhu dan kelembaban memberikan kemudahan
dalam mengukur suhu dan kelembaban jarak jauh, dengan pemantauan
dari tempat yang lebih aman. Pengiriman informasi pada telemetri ini
dilakukan secara wireless, teknik pengiriman informasi merupakan
salah satu faktor yang menentukan kehandalan sistem telemetri untuk
pengiriman data secara wireless. Perancangan alat ini menggunakan
dua buah sensor, yaitu sensor suhu dan sensor kelembaban, perangkat
pengolah data dan pengubah data analog sensor suhu dan kelembaban
menjadi besaran listrik digital menggunakan mikrokontroler. Pengiriman
data menggunakan pemancar dan penerima FM atau bisa melalui satelit
sedangkan perangkat komputer digunakan untuk menampilkan informasi.
Metoda dan perencanaan penelitian lebih lengkap dibuat tersendiri.

B.	 Ujicoba teknik bioremediasi berbagai kondisi hutan alam rawa
gambut (penyiapan lahan, uji coba jenis, pola penanaman,
penggunaan mikroba, pemilihan jenis asli setempat, pengayaan,
hidrologi dan lain-lain )
Salah satu komponen penelitian pengelolaan hutan yaitu untuk
mendapatkan teknologi rehabilitasi yang tepat guna dan kajian kelembagaan
dalam rangka keberhasilan dalam melakukan rehabilitasi lahan gambut yang
terdegradasi. Dilakukan dengan pendekatan Ujicoba teknik bioremediasi
berbagai kondisi hutan alam rawa gambut terdegradasi (penyiapan lahan,
uji coba jenis, pola penanaman, penggunaan mikroba, pemilihan jenis asli
setempat, pengayaan, hidrologi dan lain-lain). Penelitian dilakukan pada
hutan rawa gambut yang telah terdegradasi, baik dilihat dari vegetasinya,
kondisi hidrologi maupun kondisi gambutnya yang telah mengalami
kebakaran. Penelitian bioremediasi dilakukan dalam upaya mencari teknik
remediasi dengan penanaman jenis-jenis pohon yang tepat dengan
penyiapan lahan, pengaturan drainase dan implementasikan biofertilizer
untuk memperbaiki kondisi tanah untuk pertumbuhan tanaman.

80

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
Jenis pohon yang digunakan adalah jenis asli rawa gambut yang
mempunyai pertumbuhan relatif cepat atau jenis andalan setempat dan
kondisinya terancam punah (daftar merah IUCN flora rawa gambut).
1.	 Teknik Agroforestry
Rehabilitasi rawa gambut yang terdegradasi yang dilakukan melalui
teknik Agroforestry yaitu pembangunan hutan melalui pola campuran
tanaman pokok kehutananan dan tanaman semusim yang dilakukan pada
lahan rawa gambut milik masyarakat, kawasan hutan produksi ataupun
hutan kawasan lindung yang telah diijinkan. Jenis tanaman pokoknya
dapat dipililih jenis MPTS (Multiple Purpose Tree Species) seperti Sengon
(Paraserianthes falcataria), Jelutung (Dyera lowii), Pulai (Alstonia
pnematophora), Sukun (Artocarpus sp) atau tanaman kehutanan yang
lain, dengan tanaman semusim pertanian yang cocok untuk lahan gambut
atau tanaman obat seperti Zingiberaceae, lidah buaya (Aloefera) dan lainlain yang diterapkan pada pola perhutanan sosial (hutan kemasyarakatan,
hutan rakyat), pada pola pembangunan hutan tanaman hasil hutan non
kayu atau pada pola pembangunan hutan tanaman kayu jenis industri.
2.	 Pola Perhutanan Sosial
Pola perhutanan sosial yang diterapkan pada areal hutan rawa gambut
yang terdegradasi baik pada hutan produksi maupun hutan kawasan lindung
yang telah diijinkan. Penelitian dilakukan untuk mendapatkan teknologi
rehabilitasi. Melalui uji coba rehabilitasi dengan menggunakan jenis asli
setempat yang sesuai kondisi ekologis setempat, atau menggunakan jenis
MPTS yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tanpa mengganggu fungsi
ekologis. Penanaman jenis MPTS maupun jenis pohon asli maupun eksotik
yang cocok dapat diterapkan dengan teknik agroforestry.
3.	 Pola Pembangunan Hutan Tanaman Penghasil HHBK:
Pola ini dapat diterapkan untuk rehabilitasi hutan rawa gambut yang
terdegradasi. Penelitian ini dilakukan dengan Uji coba penanaman jenis
asli pohon dihutan rawa gambut penghasil hutan non kayu seperti getah
(latek) pada jenis jelutung (Dyera lowii), getah hangkang pada jenis Nyatoh
(Palaquium leicocarpum), getah jernang pada getah pada biji rotan. Selain
itu jenis Gemor (Alseodhapne helophylla) kulit kayunya sebagai bahan
insektisida (obat nyamuk), Tanaman jarak pagar (Jatropha sp) ataupun
jenis nyamplung (Calophyllum innophyllum) diambil bijinya sebagai bahan
minyak diesel, Pinang (Arenga catechu) diambil bijinya sebagai bahan
obat-obatan. Rotan (Calamus spp) dan lain-lain. Penanaman Rotan dapat

Pengelolaan Hutan Rawa Gambut

81
dilakukan dengan menggunakan jenis pohon pemanjat asli setempat seperti
gelam (Melaleuca leucadendron) atau tanah-tanah (Combretocarpus
rotundatus) dan lain-lain.
4.	 Pola Pembangunan Hutan Tanaman Jenis kayu Industri:
Pola ini diterapkan untuk rehabilitasi pada kawasan hutan produksi
yang pada perencanaannya bertujuan untuk hutan tanaman penghasil
kayu untuk industri yang dapat dilakukan pada logged over area maupun
hutan rawa gambut yang telah terdegradasi. Penanaman rehabilitasi dapat
dilakukan dengan menggunakan jenis asli setempat yang mempunyai nilai
ekonomi tinggi sesuai sifat ekologinya, seperti jenis Ramin (Gonystylus
bancanus), meranti rawa (shorea testymania, Shorea pauchiflora),
Belangeran (Shorea belangeran), Kapur naga (Calophyllum macrosarpum),
Nyatoh (Pallaquium spp), Alau (Dacrydium elatum), Damar (Agathis
bornensis), Prupuk (Lopopethalum multinervium), Punak (Tetramerista
glabra) dan lain-lain. Ataupun jenis tumbuh cepat asli setempat seperti Pulai
(Alstonia pnematophora), Jelutung (Dyera lowii) maupun eksot seperti
Acacia crassicarpa, Eucalyptus spp, Gmelina sp dan lain-lain
5.	 Pemilihan jenis
Pemilihan jenis pohon dan tanaman yang digunakan dalam penelitian
atau uji coba rehabilitasi dan pembanggunan hutan tanaman dengan
menerapkan masing-masing pola yang digunakan. Yaitu dengan jenis
MPTS (Multiple Purpose Tree Species). Jenis Pohon Hasil Hutan Bukan
Kayu (HBBK), dan jenis pohon untuk kayu industri yang disesuaikan dengan
habitat dan sifat ekologi di lokasi setempat baik jenis asli maupun eksot dan
mempunyai prospek ekonomi baik untuk pohon sebagai tanaman pokoknya
maupun tanaman pencampur
6.	 Pengadaan Bibit
Penelitian teknologi pengadaan bibit dari jenis-jenis yang digunakan
dalam pola perhutanan sosial, pola pembangunan hutan tanaman penghasil
HHBK, maupun pada Pola pembangunan hutan tanaman hasil kayu industri
dapat dilakukan baik secara generatif melalui biji maupun melalui stek baik
batang (stem), pucuk (shoot) maupun akar (root) ataupun melalui tissue
culture (kultur jaringan). Penelitian dapat dimulai pada penyiapan bibit
dengan media yang mengimplementasikan cendawan mikoriza baik Vam
maupun ektomikoriza serta penggunaan Rhizobium ataupun bioteknologi
yang lain. Penelitian dilakukan di persemaian maupun di labolatorium.
Beberapa jenis bibit pohon rawa gambut telah berhasil diperbanyak melalui

82

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
propagasi vegetatif seperti meranti batu (Shorea uliginosa), meranti
bunga (S. Teysmanniana), punak (Tetramerista glabra), ramin (Gonystylus
bancanus), para-para (Aglaia rubiginosa), prupuk (Lophopethalum
multinervium), jelutung rawa (Dyera lowii) dan lain-lain.
7.	 Teknik Penyiapan Lahan dan Penanaman
Teknologi penyiapan lahan dan penanaman merupakan hal yang sangat
penting untuk keberhasilan kegiatan rehabilitasi di lahan rawa gambut.
Teknologi penyiapan lahan dilakukan dengan pengaturan drainase (water
management) dengan pembuatan parit-parit irigasi untuk menjaga lokasi
tanam tidak tergenang air perlu diperhitungkan dengan seksama karena
sifat subsidensi dan irreversible drying (kering tidak balik) jika tidak,
akan menjadikan lahan gambut tersebut menjadi kelewat kering, mudah
terbakar dan meningkatkan emisi gas rumah kaca.Teknik lain,dengan cara
pembuatan gundukan-gundukan tempat penanaman untuk menghindari
penggenangan air sehingga bibit atau tanaman muda akan menjadi mati.
Untuk memperoleh keberhasilan dalam penanaman di lahan rawa
gambut, kondisi tingkat dekomposisi dari gambut sebagai media tanam
merupakan faktor yang sangat penting karena menentukan tingkat
kesuburan gambut tersebut dan menentukan teknik penanaman. Oleh
karena itu, perlakuan-perlakuan pada gambut sebagai media tanam perlu
dilakukan tergantung pada tingkat pelapukan (fibrik, humik maupun saprik)
gambut tersebut. Pencampuran gambut (ameliorasi) dapat mikroriza baik
endomikoriza (VAM) maupun ektomikoriza, dan limbah organik untuk
meningkatkan kesuburan dan pertumbuhan tanaman.
8.	 Pengaturan Drainase/Hidrologi:
Pada lahan rawa gambut, ketergenangan air/ letak ketinggian air tanah
sangat bervariasi. Oleh karena itu perlu suatu pengaturan dan pengelolaan
tata air dengan baik, sehingga tanaman dapat berkembang dan tumbuh
dengan baik. Pembuatan parit dilakukan dengan lebar dan kedalaman
yang seimbang, sehingga areal tanam tidak lagi tergenang atau bahkan
kekeringan karena terlalu besarnya parit dan gambut dijaga dalam keadaan
basah atau lembab sehingga subsidensi dan irreversible drying bisa dijaga
tidak terjadi. Oleh karena itu, keseimbangan ini merupakan faktor yang
harus diperhatikan untuk keberhasilan tanaman. Penelitian keseimbangan
hidrologi ini perlu dilakukan.

Pengelolaan Hutan Rawa Gambut

83
9.	 Teknik pemeliharaan
Uji coba perlakuan pemeliharaan dalam pelaksanaan rehabilitasi melalui
revegetasi dihutan rawa gambut meliputi teknik pemupukan, pengapuran
dengan berbagai dosis baik pada waktu pengadaan bibit ataupun dalam
tahap penanaman dilapangan masih perlu penelitian penyempurnaan. Pada
tegakan perlu adanya pemangkasan (Prunning) dan penjarangan (thinning)
untuk menjamin pertumbuhan tanaman pokok maupun tanaman pencampur
dapat tumbuh baik kuntitas maupun kualitas dengan optimal. Tumbuhnya
gulma (weeds) perlu dikendalikan dengan penyiangan dan pendangiran
baik secara jalur maupun piringan untuk memberikan pertumbuhan yang
baik bagi tanaman. Pencegahan dan pengendalian hama dan penyakit
tanaman juga perlu untuk dilakukan terhadap tanaman jenis pohon di lahan
rawa gambut yang saat ini masih sangat terbatas. Keamanan areal terhadap
bahaya kebakaran merupakan faktor yang sangat penting untuk diteliti.
Baik pencegahan dan penanggulangannya terutama lahan gambut yang
sangat berpotensi terjadinya kebakaran terutama di musim kemarau yang
panjang. Pembuatan sekat bakar (green belt), maupun parit untuk sekat
bakar perlu dikaji dan diteliti baik variasi lebar dan jenis tanaman yang
digunakan sekat bakar.

C.	 Teknologi pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan di
lahan gambut
Teknik pencegahan dan pengendalian kebakaran di lahan gambut
lebih spesifik dibandingkan di lahan hutan lahan kering, karena habitatnya
berupa gambut yang terdiri dari bahan organik, apabila dalam keadaan
kering mudah sekali terbakar. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan, dan
pengalaman teknis yang spesifik dalam penanganannya.
Apabila biomassa tanaman hutan gambut terbakar, maka tidak hanya
biomassa tanaman saja yang akan terbakar, tetapi juga beberapa centimeter
lapisan gambut bagian atas yang berada dalam keadaan kering. Lapisan
gambut ini akan rentan kebakaran apabila muka air tanah lebih dalam dari
30 cm. Pada tahun El- Nino seperti tahun 1997, muka air tanah menjadi
lebih dalam karena penguapan sehingga lapisan atas gambut menjadi
sangat kering. Dalam keadaan demikian kebakaran gambut dapat mencapai
ketebalan 50 cm (Page et al., 2002). Dalam keadaan ekstrim ini bara api pada
tanah gambut dapat bertahan berminggu-minggu. Untuk tahun normal
Hatano (2004) memperkirakan kedalaman gambut yang terbakar sewaktu
pembukaan hutan sedalam 15 cm. Apabila kandungan karbon gambut ratarata adalah 50 kg m-3 (berkisar antara 30 sampai 60 kg m-3) maka dengan
84

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
terbakarnya 15 cm lapisan gambut akan teremisi sebanyak 75 t C ha-1 atau
ekivalen dengan 275 t CO2 ha-1.. Metode yang digunakan dalam kajian ini
mereview hasil penelitian pencegahan dan pengendalian kebakaran lahan
gambut yang telah diperoleh, serta menyempurnakan metode pengendalian
kebakaran, peralatannya, management serta perencanaannya.

D.	 Kajian phenologi jenis-jenis pohon hutan rawa gambut:
adaptasi terhadap perubahan iklim
Pada kira-kira lima tahunan akhir-akhir ini, pohon ramin khususnya dan
beberapa pohon di hutan rawa gambut di berbagai lokasi baik di Kaimantan
maupun Sumatera jarang berbuah bahkan ada indikasi perubahan masa
berbunga dan berbuah. Dapat dikatakan musim berbuahnya tidak menentu.
Penelitian fenologi dalam rangka upaya untuk mengetahui kembali musim
berbunga dan berbuah perlu dilakukan. Upaya ini sekaligus memberikan
perlakuan menstimulir jenis pohon ramin dan jenis penting lainnya untuk
dapat berbunga dan berbuah dengan pemberian hormone melalui proses
fisiologinya. Penelitian dilakukan dengan mencari beberapa pohon ramin
dan beberapa jenis pohon yang lain di hutan diamati dan diberikan
perlakuan dengan pemberian hormon untuk menstimulir pembungaan dan
pembuahan. Hormon yang diberikan adalah Giberellin dan Paclo butrazol
atau yang lain. Pemberian hormone dilakukan melalui perakaran,batang
atau kedua-duanya. Dosis yang diberikan hormone Paclo butrazol dan
giberellin adalah bervariasi. Diharapkan stimulasi ini dapat membuat pohon
ramin dan jenis rawa gambut yang lain dapat berbunga dan berbuah lagi.

E.	 Alternatif pengelolaan hutan rawa gambut dengan pola
partisipatif
Suatu kajian kelembagaan pengelolaan hutan rawa gambut dengan
pola partisipasi dilakukan dengan metode kajian sosial, ekonomi
budaya dan kelembagaan yang dilakukan dengan langsung pendekatan
PRA (Participatory Rural Apprasial) atau metode lain yang sesuai pada
masyarakat sekitar dan para pihak (stakeholders) yang terlibat dalam
kegiatan rehabilitasi lahan rawa gambut untuk kemudian dianalisis. Hasil
penelitian dan kajian sosek dan kelembagaan di kawasan eks pengembangan
lahan gambut Kalteng atau dari daerah lain oleh peneliti lain baik dari luar
maupun dalam perlu dipelajari dan diacu sebagai referensi. Dengan demikian
mekanisme dan sistem kelembagaannya yang tepat dapat diformulasikan
untuk keberhasilan rehabilitasi lahan rawa gambut di Indonesia umumnya
dan eks PPLG sejuta hektar khususnya.

Pengelolaan Hutan Rawa Gambut

85
F.	 Kajian deforestasi hutan rawa gambut dalam upaya realisasi
target penurunan emisi 26%
Kajian ini bertujuan mendapatkan data dan informasi dampak
deforestasi (dari hutan alam ke kelapa sawit) terhadap aspek lingkungan,
serta upaya target penurunan emisi 26 %.
Penelitian dilakukan pada kawasan hutan rawa gambut yang telah
dikonversi dengan kelapa sawit atau hutan sekunder rawa gambut
dikonversi menjadi tanaman pulp (Acacia crassicarpa, A. mangium). Kajian
dilakukan dengan pengamatan besarnya emisi, ketinggian air tanah dan
tingkat subsidensi pada lahan gambut yang telah dikonversi.
Konversi hutan sekunder atau belukar rawa gambut menjadi hutan
tanaman Acacia spp, dilakukan dengan sistem mengelola air menggunakan
drainase (water management).
Perkebunan Kelapa sawit agar supaya berproduksi harus menurunkan
tinggi muka air tanah menjadi 70 -80 cm, demikianpun pada tanaman kayu
pulp, tinggi muka air tanah diturunkan menjadi 50 -80 cm. Kondisi ini dalam
jangka waktu yang relatif lama akan berakibat subsidensi permukaan
gambut, rawan terhadap kebakaran sekaligus meningkatkan emisi. Upaya
yang dilakukan dalam penurunan emisi adalah dengan penerapan Best
Management Practices (BMP) yang meliputi penyiapan lahan gambut
dengan teknik zero burning, water management dan integrated pest
management dengan harapan bisa diaplikasikan dengan baik dan terus
berupaya mengembangkan teknologi yang lebih baik.

G.	 Identifikasi Potensi di Kawasan Lindung (HCVF) di Hutan Rawa
Gambut
Hutan rawa gambut adalah salah satu tipe hutan rawa yang merupakan
ekosistem yang spesifik dan rapuh, baik dilihat dari segi habitat lahannya
yang berupa gambut dengan kandungan bahan organik yang tinggi dengan
ketebalan mulai dari kurang dari 0,5 meter sampai dengan kedalaman lebih
dari 20 m. Mempunyai flora dan fauna yang spesifik dan bernilai tinggi.
Berdasarkan krieria dan katagori daftar merah IUCN tahun 1994 terdapat
43 jenis pohon yang terancam punah di hutan rawa gambut.
Menurut Rainforest Alliance, ProForest, WWF dan IKEA (2003),
kawasan hutan dengan nilai konservasi tinggi adalah kawasan hutan yang
memiliki satu atau lebih ciri-ciri berikut (1) Kawasan hutan yang mempunyai
konsentrasi nilai-nilai keanekaragaman hayati yang penting secara global,
regional dan lokal (HCVF1); (2) Kawasan hutan yang mempunyai tingkat

86

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
lanskap yang luas yang penting secara global, regional dan lokal, yang
berada di dalam atau mempunyai unit pengelolaan, dimana sebagian besar
populasi species, atau seluruh species yang secara alami ada di kawasan
tersebut berada dalam pola-pola distribusi dan kelimpahan alami (HCVF2);
(3) Kawasan hutan yang berada di dalam atau mempunyai ekosistem yang
langka, terancam atau hampir punah (HCVF3); (4) Kawasan hutan yang
berfungsi sebagai pengatur alam dalam situasi yang kritis (HCVF4); (5)
Kawasan hutan yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan dasar
masyarakat lokal (HCVF5); dan (6) Kawasan hutan yang sangat penting
untuk identitas budaya tradisional masyarakat lokal (HCVF6). Dari keenam
HCVF tersebut, semua HCVF diduga terdapat di kawasan hutan rawa gambut
baik di Sumatera, Kalimantan maupun Papua, namun data dan informasi
tentang keberadaan HCVF-HCVF tersebut secara pasti belum tersedia. Oleh
karena itu kegiatan identifikasi dan analisis keberadaan HCVF di wilayah
tersebut perlu dilakukan.
Guna mempertahankan keanekaragaman hayati dan melakukan
pengelolaan HCVF, maka identifikasi dan penyusunan rencana pengelolaan
HCVF dalam kawasan IUPHHK-HT maupun IUPHHK-HA perlu dilakukan.
Penelitian dilakukan dengan cara analisa vegetasi dengan tujuan
identifikasi dan evaluasi keberadaan HCVF di kawasan hutan IUPHHK-HT
maupun IUPHHK-HA. Mengidentifikasi keberadaan HCVF di kawasan hutan
rawa gambut IUPHHK HT maupun hutan alam dalam rangka menyusun
rencana kegiatan pengelolaan terhadap HCVF yang teridentifikasi di
kawasan hutan IUPHHK HT dan HA. Kemudian disusul menyusun rencana
kegiatan pemantauan terhadap HCVF yang teridentifikasi di kawasan hutan
IUPHHK HT dan HA

H.	 Pengumpulan dan Analisa Data
Data yang diperoleh dari setiap aspek penelitian dari masing-masing
RPTP (Rencana Penelitian Tim Penelitian) dari masing-masing pelaksana
dikumpulkan dan dianalisa sesuai dengan parameter yang diamati dan
dibuat laporab hasil penelitiannya dari masing-masing aspek. Dari hasil
pengamatan setiap RPTP, data pengamatan akan dianalisis sesuai dengan
model penelitiannya, baik analisis varian dengan menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL), Rancangan Factorial, rancangan split plot dan lain-lain,
serta untuk mengetahui pengaruh perlakuan dapat diuji dengan Uji Beda
Jujur Turkey atau yang lainnya (Gomez and Gomez, 1984).
Dari hasil setiap aspek penelitian teknologi dan kelembagaan rehabilitasi
lahan rawa gambut dari Balai dan unit kerja yang terlibat dalam kegiatan

Pengelolaan Hutan Rawa Gambut

87
penelitian ini, akan dilakukan sintesa yang merupakan hasil penelitian
secara lengkap dari judul kegiatan tersebut setiap tahunnya.

X.	 RENCANA TATA WAKTU
Penelitian dilakukan mulai tahun 2010 sampai dengan 2014.
Jenis kegiatan setiap tahunnya selama penelitian dan terkait rencana
anggaran biaya dari UPT yang terlibat dapat pada Tabel 3.

XI.	 RENCANA LOKASI DAN UPT TERKAIT
Penelitian akan dilakukan di areal hutan rawa gambut di wilayah
Provinsi Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Kalimantan Barat dan Kalimantan
Tengah dan Papua. Satu-satunya pemegang IUPHHK yang mengelola hutan
alam rawa gambut yang masih aktif adalah PT.DRT (Diamond Raya Timber)
di Provinsi Riau yang lokasinya juga kita gunakan sebagai tempat penelitian.
Selain itu, IUPHHK-HT dari PT. RAPP dan PT. Sinar Mas yang mengelola
hutan tanaman di rawa gambut terutama dalam penelitian pengelolaan air.
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Litbang Kehutanan yang terlibat
dalam penelitian integratif pengelolaan hutan alam rawa gambut adalah
Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, BPK Manokwari, BPK. Pematang
Sintar, Provinsi Sumatera Utara, dan BPK. Semboja, Kalimantan Timur

XII.	 RENCANA BIAYA
Penentuan biaya keseluruhan untuk kegiatan penelitian di 5 unit kerja
(Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Balai Penelitian Kehutanan
(BPK) Semboja, BPK. Pematang Siantar, Sumut dan BPK. Manokwari, Papua
Barat. Rencana Anggaran Biaya dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014
disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4 menunjukkan kodeifikasi pelaksana RPI
Table 3.	Rencana Anggaran, Waktu dan Unit Pelaksana Penelitian Integratif
Tahun 2010 – 2014
No

Kode

Kegiatan

Biaya (X Rp. 1.000.000)
2010

2011

2012

I.

5.1
5.1.1.1

2.

5.1.1.7

Review tipe dan sebaran hutan
rawa gambut terdegradasi

2014

Jmlh

Klasifikasi Tipologi dan Sebaran Hutan Rawa Gambut

1.

2013

88

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

150

150

100

100

500

150

150

100

100

500
No

Kode

Kegiatan

3.

5.1.2.19

Klasifikasi tipologi dan
sebaran hutan rawa gambut
berdasarkan kondisi biofisik
hutan

4.

5.1.3.1

Biaya (X Rp. 1.000.000)

Ujicoba inventarisasi
karakteristik gambut dengan
telemetri

2010

2011

2012

2013

250

250

200

250

250

2014

Jmlh
700

250

Jumlah 5.1.

750

2.450

II

5.2

Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Terdegradasi

5.

5.2.1.7

Ujicoba teknik bioremediasi
berbagai kondisi hutan alam
rawa gambut (penyiapan
lahan, ujicoba jenis, pola
penanaman, penggunaan
mikroba, pemilihan jenis asli
setempat, pengayaan)

250

250

250

200

950

Jumlah 5.2.
III

5.3

6.

5.3.1.16

7.

5.3.1.7

950

Teknologi pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan rawa
gambut
Teknik pencegahan dan
pengendalian kebakaran
hutan rawa gambut

250

250

200

750

250

250

200

750
1.500

Jumlah 5.3.
IV

5.4.

Informasi adaptasi fenologi jenis-jenis pohon hutan rawa
gambut

8.

5.4.1.16

Kajian phenologi adanya
perubahan musim berbunga
dan berbuah jenis-jenis pohon
hutan rawa gambut

200

200

200

600

600

Jumlah 5.4.
V

5.5

Alternatif pengelolaan hutan rawa gambut dengan pola
partisipatif

9.

5.5.1.1

Kajian kelembagaan
pengelolaan hutan rawa
gambut dengan pola
partisipatif

200

200

200

Pengelolaan Hutan Rawa Gambut

600

89
No

Kode

Kegiatan

Biaya (X Rp. 1.000.000)
2010

2011

2012

2013

2014

Jmlh
600

Jumlah 5.5.
VI

5.6.

Informasi dampak deforestasi hutan rawa gambut terhadap
emisi GRK

10.

5.6.1.1

Kajian deforestasi hutan rawa
gambut dalam upaya realisasi
target penurunan emisi 26%

250

250

250

200

200

1.150

1.150

Jumlah 5.6.
VII

5.7.1

Informasi potensi Kawasan Lindung (“HCVF”) pada hutan rawa
gambut

11.

5.7.1.1

Identifikasi Kawasan Lindung
(“HCVF”) pada ekosistem
hutan rawa gambut

200

200

200

150

750

750

Jumlah 5.7.
Jumlah Total :

8.000

Table 4.	Matrik Kodeifikasi Pelaksanaan Kegiatan RPI
No

Kodefikasi

1

1

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam
(P3HKA)

2

2

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman (P3HT)

3

3

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (P3HH)

4

4

Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan (P2SEKK)

5

5

Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
(B2PBPTH) Jogjakarta

6

6

Balai Besar Penelitian Dipterokarpa (B2PD) Samarinda

7

7

Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Aek Nauli

8

8

Balai Penelitian Hutan Penghasil Serat (BPHPS) Kuok

9

9

Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Palembang

10

10

Balai Penelitian Teknologi Perbenihan (BPTP) Bogor

11

11

Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Ciamis

12

12

Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Solo

90

Pelaksana RPI

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
No

Kodefikasi

Pelaksana RPI

13

13

Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Mataram

14

14

Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Kupang

15

15

Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Banjarbaru

16

16

Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Samboja

17

17

Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado

18

18

Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Makasar

19

19

Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manokwari

XIII.	ORGANISASI
Kegiatan penelitian integratif dikoordinasikan oleh seorang Koordinator
dibantu oleh tiga orang Pembantu Teknis, dan Tim Sekretariat yang
semuanya berada di Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam Bogor
serta beberapa peneliti sebagai pelaksana kegiatan penelitian aspek dari
Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam dan dari beberapa instansi lain, yaitu
dari Balitbang Aek Nauli, Balitbang Samboja; dan Balitbang Manokwari.
Penetapan Koordinator didasarkan pada Keputusan Kepala Badan
Litbang Kehutanan No. SK.36/VIII-SET/2009 tertanggal 24 Agustus 2009,
sedangkan penetapan Pembantu Teknis dan Tim Sekretariat didasarkan
pada Keputusan Kepala Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam No.
SK.21/Kpts/VIII-P3HKA/2009 tertanggal 1 Oktober 2009.

XIV.	DAFTAR PUSTAKA
Adi, J., B. Setiadi dan J.O. Rieley. 2004. Hidrologi dan Simpanan Karbon
Pada Lahan Gambut Kalimantan Tengah : Dampak Proyek PLG dan
Kemungkinan Restorasi. Jurnal Air, Lahan dan Mitigasi Bencana. Alami
Vol.9 1:27-34
Anonim 1991. Indonesian Tropical Forestry Action Programme. Country
Brief. Ministry of Forestry. Government of Indonesia. FAO. Jakarta.
Badan Planologi Kehutanan. 2005. Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia
Tahun 2005. Departemen Kehutanan R.I Jakarta.
Daryono, H. 1994. Impact Logging on Peat Swamp Forest in Central
Kalimantan, Indonesia. PhD Thesis UPLB. Los Banos. The Philippines.
279 p.

Pengelolaan Hutan Rawa Gambut

91
Daryono, H. 2000. Kondisi Setelah Penebangan dan Pemilihan Jenis Pohon
yang Sesuai Untuk Rehabilitasi dan Pengembangan Hutan Tanaman
di Lahan Rawa Rambut dan Ekspose Hasil Penelitian di Hutan Lahan
Basah. BTR.Banjarbaru. Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.
21-42 pp.
Departemen Kehutanan. 2005. Pembangunan Hutan Tanaman di Lahan
Gambut. Direktorat Jenderal Bina Produksi kehutanan. Seminar
Pembangunan HTI di Lahan Gambut. Tantangan dan Realitas. Hal 3-4.
Bogor, 14 September 2005.
Deptrans, 1988. Tabel Perkiraan luas dan penyebaran lahan gambut di
Indonesia menurut beberapa sumber. Di dalam, Najiyati, S., Lili
Muslihat dan I Nyoman N. Suryadiputra. 2005. Panduan pengelolaan
lahan gambut untuk pertanian berkelanjutan. Proyek Climate Change,
Forests and Peatlands in Indonesia. Wetlands International – Indonesia
Programme dan Wildlife Habitat Canada. Bogor. Indonesia. Hlm.2
Deptrans, 1990. Tabel perkiraan luas dan penyebaran lahan gambut di
Indonesia menurut beberapa sumber. Di dalam, Najiyati, S., Lili
Muslihat dan I Nyoman N. Suryadiputra. 2005. Panduan pengelolaan
lahan gambut untuk pertanian berkelanjutan. Proyek Climate Change,
Forests and Peatlands in Indonesia. Wetlands International – Indonesia
Programme dan Wildlife Habitat Canada. Bogor. Indonesia. Hlm.2
Driessen, P.M. 1978. Peat soils. p763-779. In IRRI. Soils and Rice. Los Banos,
Philippines.
Driessen, P.M. 1976. Peat Soils. Di Dalam Seminar Soil and Rice. Soil
Research Institute. Bogor. Indonesia 763-779 pp.
Diemont, W.H., Nabuurs, G.J., Rieley, J.O., and Rijksen, H.D. 1997. Climate
Change and Managemnet of Tropical Peatlands as a Carbon Reservoir.
In Biodiversity and Sustainability of Tropical Peatlands.(Eds J.O Rieley
and S.E. Page) Samara Publishing. Cardigan,UK. Pp. 363-368.
Dwiyono, A. and Rachman, S. 1996. Management and Conservationof the
tropical peat forest of Indonesia. In : Maltby, E., lmmirzi, C.P and Safford,
R.J. (eds).Tropicallowaland peatlands of Southeast Asia, Poceedings
of a workshop on integrated planning and managementof tropical
lowland peatlands at Cisarua,Indonesia, 3 – 8 Jul 1992. IUCN,Gland,
Switzerland.
Euroconsult. 1984. Nationwide study of coastal and near coastal swampland
in Sumatra, Kalimantan, and Irian Jaya. Vol. I and II, Arnhem.

92

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
Gomez, K.A, and A.A. Gomez. 1984. Statistical Prosedure For Agricultural
Research. 2nd ed. John Wiley and Sons. New York. 680p.
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007. Tentang
Percepatan Rehabilitasi dan Revitalisasi Kawasan pengembangan
Lahan gambut Di Kalimantan Tengah.
Keppres No.32 Tahun 1990. Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
Keppres No.82 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Pengembangan Lahan
Gambut Untuk Pertanian Untuk Tanaman Pangan Di Kalimantan
Tengah
Keppres No. 80. Tahun 1999. Tentang Pedoman Umum Perencanan dan
Pengelolaan Kawasan Pengembangan Lahan Gambut di Kalimantan
Tengah.
Mulyanto, B. 2000. Pendekatan dan Strategi Pemanfaatan Hutan rawa
Gambut.Eks PLG Sejuta Hektar. Di dalam prosiding Semi Pengelolaan
Hutan Rawa Gambut dan Ekspose Hasil Penelitian di Hutan Lahan
Basah. BTR, Banjarbaru. Puslitbang Hutan danKonservasi Alam. Bogor.
Notohadiprawira,T. 1997 Twenty-Five years Experience in Peatland for
Developmentand For Agriculture in Indonesia. In Biodiversity and
Sustainability of Tropical Peatlands (Eds Riely ,JO and S.E Page ).
Samara Publishing.Ltd. pp 301-309.
Nugroho, K., Alkasuma, Paidi, W. Wahdini, Abdulrachman, H. Subagjo, dan
IP.G. Widjaja-Adhi. 1992. Peta Areal Potensial untuk Pengembangan
Pertanian Lahan Pasang Surut, Rawa dan Pantai. Proyek
PendayagunaanSumberdaya Lahan, Puslittanak.
Page SE, and J.O. Rieley. 1998. Tropical Peatlands : a Rieview of Their
Natural Resources Functions with Particular Reference to Southeast
Asia. International Peat Jurnal 8: 95-106
Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 14/Permentan/PL.110/2/2009. Tentang
Pedoman Pemanfaatan Lahan Gambut Untuk Budidaya Kelapa Sawit
Post, R.M., W.R . Emanuel, P.J. Zinke and Stangerberger. 1982. Soil Carbon
Pools and World Life Zones. Nature 298: 156-159
Prentice, C. 1990. Environmental Action Plan For The North Selangor Peat
Swamp Forest . Asian Wetland Bureau/WWF Malaysia, Kuala Lumpur.
Malaysia.
Puslittanak, 1981. Tabel Perkiraan luas dan penyebaran lahan gambut
di Indonesia menurut beberapa sumber. Di dalam, Najiyati, S., Lili

Pengelolaan Hutan Rawa Gambut

93
Muslihat dan I Nyoman N. Suryadiputra. 2005. Panduan pengelolaan
lahan gambut untuk pertanian berkelanjutan. Proyek Climate Change,
Forests and Peatlands in Indonesia. Wetlands International – Indonesia
Programme dan Wildlife Habitat Canada. Bogor. Indonesia. Hlm.2
Rajagukguk, B. 1993. Tabel perkiraan luas dan penyebaran lahan gambut
di Indonesia menurut beberapa sumber. Di dalam, Najiyati, S., Lili
Muslihat dan I Nyoman N. Suryadiputra. 2005. Panduan pengelolaan
lahan gambut untuk pertanian berkelanjutan. Proyek Climate Change,
Forests and Peatlands in Indonesia. Wetlands International – Indonesia
Programme dan Wildlife Habitat Canada. Bogor. Indonesia. Hlm.2
Soekardi M., dan A. Hidayat.1988. Extent and distribution of peatsoils of
Indonesia. Third meeting cooperative resarch on problem soils. CRIFC.
Bogor.
Subagyo, H., M. Sudjadi, E. Suryatna, and J. Dai. 1990. Wet soils of Indonesia.
p. 248-259. In Kimble, J.M. 1992 (ed.). Proc. Eighth Int. Soil Correl.
Meeting (VIII ISCOM): Characterization, Classification, and Utilization
of Wet Soils.
Takashi, H., S. Shimada, B.F. Ibie, A.Usup, Yudha and S.H. Limin. 2002.
Annual changes of Water balance and a Drought Index in a Tropical
Peatswamp Forest of Central Kalimantan. Indonesia. Proceeding of
Jakarta Symposium on Peatlands for People. BPPT and Indonesian
Association.
Tim Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. 2000. Penyusunan
Rencana Strategis Pola Rehabilitasi Hutan Ex Lahan Gambut Seluas
700.000 Ha Di Klaimantan Tengah. Laporan Akhir. Buku II. Data dan
Analisis. Kerjasama Fakultas Kehutanan Istitut Pertanian Bogor
dengan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.
Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Tahun Anggaran 1999/2000.
Wahyunto, S. Ritung, Suparto dan H. Subagyo. 2005. Sebaran Gambut
dan Kandungan Karbon di Sumatera dan Kalimantan. Proyek Climate
Change, Forests and Peatlands in Indoesia. Wetllands InternationalIndonesia Programme dan Wildlife Habitat Canada.Bogor.
Wetland International. 1996. Pelingkupan Amdal Di Lahan Basah
(Disampaikan Oleh I.N.N Suryadipura). Seminar Regional Aplikasi
Amdal Pada lahan Reklamasi Rawa. Pusat Penelitian Lingkungan.
Universitas Lambung Mangkurat. 12 pp.

94

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
Pengelolaan Hutan Rawa Gambut

95

1

No.

TUJUAN/
SASARAN

Sampai saat ini
kondisi penutupan
lahan gambut belum
seluruhnya diketahui,
bahkan luas hutan dan
lahan gambut masih
bervariasi cukup besar
di Indonesia mulai
13,5 juta – 26,5 juta
Ha. Sebagai contoh
luas lahan gambut di
Papua seluas 10,5 juta
Ha (Pusittanak, 1981)
, sumber lain 0,1 juta
ha ( Driessen, 1978) ,
dan 8 juta Ha (Wetland
International, 2005).
Tipologi lahan gambut
telah diketahui, tetapi
perlu disempurnakan
dan dilengkapi

KONDISI SAAT INI

- Kriteria dan
indikator
tipologi hutan

OUTPUT

- Teknik
Klasifikasi
(luas/tipe/
kondisi) dan
sebaran hutan
berdasar kan
hutan gambut
terdegradasi
dan biofisik
hutan

1.	 Review tipe dan
sebaran hutan
rawa gambut
terdegradasi
2. Klasifikasi
tipologi dan
sebaran hutan
rawa gambut
berdasarkan
kondisi biofisik
hutan
3. Uji coba
inventarisasi
karakteristik
gambut dengan
telemetri

Keakuratan
para pihak
dalam
memprediksi
data
perhitungan
karbon dalam
hubungannya
dengan
perubahan
iklim

OUTCOME

INDIKATOR

A. 	 Klasifikasi
Tipologi dan
sebaran hutan:

CAKUPAN DAN
AKTIVITAS

Kerangka Kerja Logis RPI Pengelolaan Hutan Alam Rawa Gambut..

Mendapatkan
IPTEK pengelolaan hutan alam
lahan gambut
secara bijaksana
dengan mepertimbangkan
aspek ekologi,
ekonomi,social
dan lingkungan
secara lestari untuk kesejahteraan masyarakat

Table 5.	

Pedoman,
Petunjuk
teknisyang
sudah
disyahkan
oleh Kapus,
Publikasi
ilmiah

ALAT
VERIFIKASI

P3HKA
BPK. AEK nauli
BPK. Semboja
BPK.Manokwari

PELAKSANA
96

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

No.

TUJUAN/
SASARAN

Luas lahan gambut di
Indonesia kurang lebih
20 juta ha, diperkirakan
50 % telah terdegradasi.
Teknologi reboisasi
dengan revegetasi dan
rehabilitasi hidrologi
yang diperoleh masih
sangat terbatas, baik
pemilihan jenis pohon
yang tepat maupun
teknik penanamannya.

KONDISI SAAT INI

1. Ujicoba teknik
bioremediasi
berbagai kondisi
hutan alam
rawa gambut
(penyiapan
lahan, ujicoba
jenis, pola
penanaman,
penggunaan
mikroba,
pemilihan jenis
asli setempat,
pengayaan)

B. Teknologi
Rehabilitasi
Hutan Alam
Rawa Gambut
Terdegradasi :

CAKUPAN DAN
AKTIVITAS

-	Pedoman/
Teknik
bioremediasi
pada berbagai
kondisi hutan
alam rawa
gambut
terdegradasi
-Pedoman
Petunjuk teknis
pengadaan bibit
baik melalui
propagasi
generatif
maupun
vegetatif
-Pedoman /
Petunjuk teknis
penyiapan lahan
dan drainase
di berbagai
tipologi hutan
dan lahan
rawa gambut
terdegradasi

OUTPUT
Perencanaan dalam
keberhasilan
Program
rehabilitasi
hutan rawa
gambut
terdegradasi

OUTCOME

INDIKATOR

Pedoman,
Petunjuk
teknisyang
sudah
disyahkan
oleh Kapus,
Publikasi
ilmiah

ALAT
VERIFIKASI

P3HKA
BPK. AEK nauli
BPK. Semboja
BPK.Manokwari

PELAKSANA
Pengelolaan Hutan Rawa Gambut

97

No.

TUJUAN/
SASARAN

Potensi flora dan
fauna baru sebagian
kecil saja terungkap
khususnya potensi
kayu. Paling sedikit 30
jenis jenis pohon asli
rawa gambut sudah
diketahui manfaat dan
sifat kayunya. Untuk
manfaat lainya seperti
obat-obatan belum
terungkap, seperti
jenis Calophyllum
spp .ektraksi bagian
batangnya berpontensi
untuk obat HIV aid dan
kanker. Demikian juga
untuk mikroorganisme.

KONDISI SAAT INI

1.	Teknik
pencegahan dan
pengendalian
kebakaran hutan
rawa gambut

C. Teknologi
Pencegahan dan
pengendalian
kebakaran di
lahan gambut

CAKUPAN DAN
AKTIVITAS

Petunjuk teknis
pencegahan dan
pengendalian
kebakaran
hutan dan lahan
gambut

OUTPUT
Perencanaan
dalam Program
pencegahan
dan
pengendalian
kebakaran
hutan dan
lahan rawa
gambut skala
nasional

OUTCOME

INDIKATOR

Pedoman,
Petunjuk
teknis
yang sudah
disyahkan
oleh Kapus,
Publikasi
ilmiah

ALAT
VERIFIKASI

P3HKA
BPK. AEK nauli
BPK. Semboja
BPK.Manokwari

PELAKSANA
98

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

No.

TUJUAN/
SASARAN

Hambatan utama dalam
upaya rehabilitasi
gambut adalah tingkat
kesuburan yang
rendah sehingga upaya
peningkatan kesuburan
lahan perlu dilakukan
dengan berbagai cara
untuk keberhasilan
dalam rehabilitasi lahan
gambut terdegradasi.
Kharakteristik yang
spesifik, seperti seperti
subsidensi, sifat kering
tidak balik, merupakan
reservoar air, timbunan
gambut yang besar,
mudah terbakar,
sehingga mempunyai
dampak global seperti
perubahan iklim kalau
tidak dikelola dengan
baik. Pengelolaan air
merupakan faktor
penting.

KONDISI SAAT INI

1.	 Kajian phenologi
jenis-jenis
pohon hutan
rawa gambut:
adaptasi
terhadap
perubahan iklim

D. Informasi
adaptasi
fenologi jenisjenis pohon
hutan rawa
gambut

CAKUPAN DAN
AKTIVITAS

Informasi waktu
musim berbunga
dan berbuah
pohon di hutan
rawa gambut

OUTPUT
Penunjang
Program
konservasi
ex-situ dan insitu jenis-jenis
pohon hutan
rawa gambut

OUTCOME

INDIKATOR

Pedoman,
Petunjuk
teknis
yang sudah
disyahkan
oleh Kapus,
Publikasi
ilmiah

ALAT
VERIFIKASI

P3HKA
BPK. AEK nauli
BPK. Semboja
BPK.Manokwari

PELAKSANA
Pengelolaan Hutan Rawa Gambut

99

No.

TUJUAN/
SASARAN

Kerusakan ekosistem
hutan rawa gambut
salah satu sebab
karena pembuatan
drainase kanal yang
kurang diperhitungkan,
sehingga air tanah
menjadi sangat turun
dari permukaan
gambut (> 100
cm) menyebabkan
kekeringan dan mudah
terjadi kebakaran,
sebaliknya dimusim
hujan terjadi kebanjiran.
Oleh karena itu
rehablitasi dimulai
dengan rehabilitasi
hidrologi dan disusul
revegetasi. Rehabilitasi
hidrologi Diharapkan
dapat mencegah
terjadinya kebakaran
lahan gambut

KONDISI SAAT INI

1. 	Kajian
kelembagaan
pengelolaan
hutan rawa
gambut dengan
pola partisipatif

E. Alternatif
pengelolaan
hutan rawa
gambut dengan
pola partisipatif

CAKUPAN DAN
AKTIVITAS

Tersedianya data
dan informasi
mengenai
kelembagaan
pengelolaan
hutan rawa
gambut dengan
pola partisipatif

OUTPUT
Program
partisipasi
masyarakat
dalam
pengelolaan
hutan rawa
gambut

OUTCOME

INDIKATOR

Pedoman,
Petunjuk
teknis
yang sudah
disyahkan
oleh Kapus,
Publikasi
ilmiah

ALAT
VERIFIKASI

P3HKA
BPK. AEK nauli
BPK. Semboja
BPK.Manokwari

PELAKSANA
100

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

No.

TUJUAN/
SASARAN

Sistem silvikultur di
hutan rawa gambut
perlu disempurnakan,
selama ini, sistem
silvikulturnya
disamakan dengan
TPTI lahan kering.
Sehingga uji coba
sistem silviultur yang
tepat untuk hutan rawa
gambut perlu dilakukan
dan disempurnakan

KONDISI SAAT INI

1.	Kajian
deforestasi
hutan rawa
gambut
dalam upaya
realisasi target
penurunan emisi
26 %

F. Informasi
dampak
deforestasi
hutan rawa
gambut
terhadap emisi
GRK

CAKUPAN DAN
AKTIVITAS

Tersedianya data
dan informasi
mengenai
dampak
deforestasi hutan
rawa gambut
terhadap emisi
GRK

OUTPUT
Program dan
Perencanaan
penurunan
emisi GRK

OUTCOME

INDIKATOR

Pedoman,
Petunjuk
teknis
yang sudah
disyahkan
oleh Kapus,
Publikasi
ilmiah

ALAT
VERIFIKASI

P3HKA
BPK. AEK nauli
BPK. Semboja
BPK.Manokwari

PELAKSANA
Pengelolaan Hutan Rawa Gambut

101

No.

TUJUAN/
SASARAN

Beberapa jenis
unggulan asli rawa
gambut telah diketahui
terutama untuk
kegiatan rehabiltasi,
kurang lebih ada 28
jenis pohon penting
yang prospektif untuk
dikembangkan

Saat ini, pemanenan
hasil masih belum
berdasarkan
pertambahan
pertumbuhan/riap.
Pengamatan riap
jenis-jenis pohon rawa
gambut perlu terus
dilakukan. Umumnya
di rawa gambut
pertumbuhannya
rendah, pertumbuhan
diameter berkisar
0,7 – 1,5 cm/tahun.
Oleh karena itu, perlu
tindakan silvikultur
untuk meningkatkan
riap

KONDISI SAAT INI

1.	 Identifikasi
kawasan
Lindung (HCVF)
pada ekosistem
hutan rawa
gaambut

G. Informasi
potensi
Kawasan
Lindung (HCVF)
pada hutan rawa
gambut

CAKUPAN DAN
AKTIVITAS

Terindentifikasinya kawasan
lindung (HCVF)
di kawasan
IUPHHK-HT dan
IUPH-HK-HA
di hutan rawa
gambut

OUTPUT
Program
pelestarian
flora dan fauna
yang terancam
punah di
kawasan hutan
rawa gambut

OUTCOME

INDIKATOR

Pedoman,
Petunjuk
teknis
yang sudah
disyahkan
oleh Kapus,
Publikasi
ilmiah

ALAT
VERIFIKASI

P3HKA
BPK. AEK nauli
BPK. Semboja
BPK.Manokwari

PELAKSANA

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Makalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan Gambut
Makalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan GambutMakalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan Gambut
Makalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan GambutAlfian Isnan
 
Kimia Tnah Gambut
Kimia Tnah GambutKimia Tnah Gambut
Kimia Tnah Gambutsemua17an
 
Kerusakan Alam INDONESIA
Kerusakan Alam INDONESIAKerusakan Alam INDONESIA
Kerusakan Alam INDONESIAJesica Grace
 
Pp no 10 thn 2010 8bc486d52c8bea7fb698cd3e78275528
Pp no  10 thn  2010 8bc486d52c8bea7fb698cd3e78275528Pp no  10 thn  2010 8bc486d52c8bea7fb698cd3e78275528
Pp no 10 thn 2010 8bc486d52c8bea7fb698cd3e78275528walhiaceh
 
Kimia akibat konversi hutan
Kimia   akibat konversi hutanKimia   akibat konversi hutan
Kimia akibat konversi hutanAziz_Kurniawan
 
Makalah Mangrove
Makalah MangroveMakalah Mangrove
Makalah MangroveElvionita
 
Dr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannya
Dr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannyaDr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannya
Dr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannyawahyuddin S.T
 
Mamfaat hutan
Mamfaat hutan Mamfaat hutan
Mamfaat hutan Nova DiLa
 
Bab 4 rencana pola ruang
Bab 4 rencana pola ruangBab 4 rencana pola ruang
Bab 4 rencana pola ruangDeki Zulkarnain
 
13325 27415-1-sm (1) (1)
13325 27415-1-sm (1) (1)13325 27415-1-sm (1) (1)
13325 27415-1-sm (1) (1)Samuel Rahallus
 
Tugas paper mangrove
Tugas paper mangroveTugas paper mangrove
Tugas paper mangroveWiina Parmana
 
Pembahasan Tugas 3.5
Pembahasan Tugas 3.5Pembahasan Tugas 3.5
Pembahasan Tugas 3.5necromotion
 
Pengantar biologi konservasi "hutan mangrove"
Pengantar biologi konservasi "hutan mangrove"Pengantar biologi konservasi "hutan mangrove"
Pengantar biologi konservasi "hutan mangrove"Indah Asrida
 

La actualidad más candente (20)

Keppres 32 1990
Keppres 32 1990Keppres 32 1990
Keppres 32 1990
 
Makalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan Gambut
Makalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan GambutMakalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan Gambut
Makalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan Gambut
 
Kimia Tnah Gambut
Kimia Tnah GambutKimia Tnah Gambut
Kimia Tnah Gambut
 
Sumber daya hutan
Sumber daya hutanSumber daya hutan
Sumber daya hutan
 
Kerusakan Alam INDONESIA
Kerusakan Alam INDONESIAKerusakan Alam INDONESIA
Kerusakan Alam INDONESIA
 
Ppa
PpaPpa
Ppa
 
Pp no 10 thn 2010 8bc486d52c8bea7fb698cd3e78275528
Pp no  10 thn  2010 8bc486d52c8bea7fb698cd3e78275528Pp no  10 thn  2010 8bc486d52c8bea7fb698cd3e78275528
Pp no 10 thn 2010 8bc486d52c8bea7fb698cd3e78275528
 
Kimia akibat konversi hutan
Kimia   akibat konversi hutanKimia   akibat konversi hutan
Kimia akibat konversi hutan
 
Makalah Mangrove
Makalah MangroveMakalah Mangrove
Makalah Mangrove
 
Dr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannya
Dr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannyaDr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannya
Dr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannya
 
Makalah mangrove by Tri
Makalah mangrove by Tri Makalah mangrove by Tri
Makalah mangrove by Tri
 
Mamfaat hutan
Mamfaat hutan Mamfaat hutan
Mamfaat hutan
 
Kerusakan hutan
Kerusakan hutanKerusakan hutan
Kerusakan hutan
 
Bab 4 rencana pola ruang
Bab 4 rencana pola ruangBab 4 rencana pola ruang
Bab 4 rencana pola ruang
 
Alih Fungsi Kawasan
Alih Fungsi KawasanAlih Fungsi Kawasan
Alih Fungsi Kawasan
 
Sumber Daya Alam
Sumber Daya AlamSumber Daya Alam
Sumber Daya Alam
 
13325 27415-1-sm (1) (1)
13325 27415-1-sm (1) (1)13325 27415-1-sm (1) (1)
13325 27415-1-sm (1) (1)
 
Tugas paper mangrove
Tugas paper mangroveTugas paper mangrove
Tugas paper mangrove
 
Pembahasan Tugas 3.5
Pembahasan Tugas 3.5Pembahasan Tugas 3.5
Pembahasan Tugas 3.5
 
Pengantar biologi konservasi "hutan mangrove"
Pengantar biologi konservasi "hutan mangrove"Pengantar biologi konservasi "hutan mangrove"
Pengantar biologi konservasi "hutan mangrove"
 

Similar a Rpi 5 pengelolaan_hutan_rawa_gambut

MAKALAH PRODUKTIVITAS.docx
MAKALAH PRODUKTIVITAS.docxMAKALAH PRODUKTIVITAS.docx
MAKALAH PRODUKTIVITAS.docxNina909058
 
PPT Konservasi Kel 2.pptx
PPT Konservasi Kel 2.pptxPPT Konservasi Kel 2.pptx
PPT Konservasi Kel 2.pptxsilvita14
 
Pengelolaan gambut mangrove
Pengelolaan gambut mangrovePengelolaan gambut mangrove
Pengelolaan gambut mangroveEdy Sutrisno
 
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011NurdinUng
 
Makalah upaya pelestarian hutan
Makalah upaya pelestarian hutanMakalah upaya pelestarian hutan
Makalah upaya pelestarian hutanhenengsuseno
 
PELESTARIAN SUMBERDAYA LAHAN GAMBUT
PELESTARIAN SUMBERDAYA LAHAN GAMBUTPELESTARIAN SUMBERDAYA LAHAN GAMBUT
PELESTARIAN SUMBERDAYA LAHAN GAMBUTAnnisaRangkuti
 
Artikel aplikasi komputer
Artikel aplikasi komputerArtikel aplikasi komputer
Artikel aplikasi komputerRody Gusnantoro
 
Media Pembelajaran IPS VIII Bab 1.pptx
Media Pembelajaran IPS VIII Bab 1.pptxMedia Pembelajaran IPS VIII Bab 1.pptx
Media Pembelajaran IPS VIII Bab 1.pptxCarnelianstone
 
Ekosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili-converted (3).docx
Ekosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili-converted (3).docxEkosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili-converted (3).docx
Ekosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili-converted (3).docxDian631634
 
Pelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alamPelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alamagung_mabol
 
Akibat Konversi hutan
Akibat Konversi hutanAkibat Konversi hutan
Akibat Konversi hutanWilly Chandra
 
Ppt . potensi kemaritiman indonesia
Ppt . potensi kemaritiman indonesiaPpt . potensi kemaritiman indonesia
Ppt . potensi kemaritiman indonesiamasmukriyadi
 
Vol 11 No 3 (Jul-Sep 2003)
Vol 11 No 3 (Jul-Sep 2003)Vol 11 No 3 (Jul-Sep 2003)
Vol 11 No 3 (Jul-Sep 2003)Yoel Hendrawan
 
PPT EKOLAKER GODAM.pptx
PPT EKOLAKER GODAM.pptxPPT EKOLAKER GODAM.pptx
PPT EKOLAKER GODAM.pptxWiskeWisang
 

Similar a Rpi 5 pengelolaan_hutan_rawa_gambut (20)

MAKALAH PRODUKTIVITAS.docx
MAKALAH PRODUKTIVITAS.docxMAKALAH PRODUKTIVITAS.docx
MAKALAH PRODUKTIVITAS.docx
 
Tanah gambut
Tanah gambut Tanah gambut
Tanah gambut
 
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
 
PPT Konservasi Kel 2.pptx
PPT Konservasi Kel 2.pptxPPT Konservasi Kel 2.pptx
PPT Konservasi Kel 2.pptx
 
Pengelolaan gambut mangrove
Pengelolaan gambut mangrovePengelolaan gambut mangrove
Pengelolaan gambut mangrove
 
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011
 
Makalah upaya pelestarian hutan
Makalah upaya pelestarian hutanMakalah upaya pelestarian hutan
Makalah upaya pelestarian hutan
 
PELESTARIAN SUMBERDAYA LAHAN GAMBUT
PELESTARIAN SUMBERDAYA LAHAN GAMBUTPELESTARIAN SUMBERDAYA LAHAN GAMBUT
PELESTARIAN SUMBERDAYA LAHAN GAMBUT
 
Artikel aplikasi komputer
Artikel aplikasi komputerArtikel aplikasi komputer
Artikel aplikasi komputer
 
Media Pembelajaran IPS VIII Bab 1.pptx
Media Pembelajaran IPS VIII Bab 1.pptxMedia Pembelajaran IPS VIII Bab 1.pptx
Media Pembelajaran IPS VIII Bab 1.pptx
 
Restorasi 021109
Restorasi 021109Restorasi 021109
Restorasi 021109
 
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
 
Ekosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili-converted (3).docx
Ekosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili-converted (3).docxEkosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili-converted (3).docx
Ekosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili-converted (3).docx
 
Pelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alamPelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alam
 
Akibat Konversi hutan
Akibat Konversi hutanAkibat Konversi hutan
Akibat Konversi hutan
 
Ppt . potensi kemaritiman indonesia
Ppt . potensi kemaritiman indonesiaPpt . potensi kemaritiman indonesia
Ppt . potensi kemaritiman indonesia
 
Vol 11 No 3 (Jul-Sep 2003)
Vol 11 No 3 (Jul-Sep 2003)Vol 11 No 3 (Jul-Sep 2003)
Vol 11 No 3 (Jul-Sep 2003)
 
Pelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alamPelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alam
 
A
AA
A
 
PPT EKOLAKER GODAM.pptx
PPT EKOLAKER GODAM.pptxPPT EKOLAKER GODAM.pptx
PPT EKOLAKER GODAM.pptx
 

Más de walhiaceh

Profil yasindo
Profil  yasindoProfil  yasindo
Profil yasindowalhiaceh
 
Profil yadesa
Profil  yadesaProfil  yadesa
Profil yadesawalhiaceh
 
Profil yadesa
Profil  yadesaProfil  yadesa
Profil yadesawalhiaceh
 
Profil flower aceh
Profil flower acehProfil flower aceh
Profil flower acehwalhiaceh
 
Profil forsikal
Profil forsikalProfil forsikal
Profil forsikalwalhiaceh
 
Profil lembaga lpselh
Profil lembaga lpselhProfil lembaga lpselh
Profil lembaga lpselhwalhiaceh
 
Profil lembaga yea
Profil lembaga yeaProfil lembaga yea
Profil lembaga yeawalhiaceh
 
Profil yayasan papan aceh 1
Profil yayasan papan aceh 1Profil yayasan papan aceh 1
Profil yayasan papan aceh 1walhiaceh
 
Profil pkbi 1
Profil pkbi 1Profil pkbi 1
Profil pkbi 1walhiaceh
 
Profil puspa
Profil puspaProfil puspa
Profil puspawalhiaceh
 
Profil sahara
Profil saharaProfil sahara
Profil saharawalhiaceh
 
Profil yrbi terbaru
Profil yrbi terbaruProfil yrbi terbaru
Profil yrbi terbaruwalhiaceh
 
Profile organisasi yab
Profile organisasi yabProfile organisasi yab
Profile organisasi yabwalhiaceh
 
Profile organisasi ysl
Profile organisasi yslProfile organisasi ysl
Profile organisasi yslwalhiaceh
 
Profile yelped terbaru 2010
Profile yelped terbaru 2010Profile yelped terbaru 2010
Profile yelped terbaru 2010walhiaceh
 
Profil rmtm yg baru
Profil rmtm yg baruProfil rmtm yg baru
Profil rmtm yg baruwalhiaceh
 
Profil lpl ha
Profil lpl haProfil lpl ha
Profil lpl hawalhiaceh
 

Más de walhiaceh (20)

Profil yasindo
Profil  yasindoProfil  yasindo
Profil yasindo
 
Profil yadesa
Profil  yadesaProfil  yadesa
Profil yadesa
 
Profil yadesa
Profil  yadesaProfil  yadesa
Profil yadesa
 
Profil flower aceh
Profil flower acehProfil flower aceh
Profil flower aceh
 
Profil forsikal
Profil forsikalProfil forsikal
Profil forsikal
 
Profil lembaga lpselh
Profil lembaga lpselhProfil lembaga lpselh
Profil lembaga lpselh
 
Profil lembaga yea
Profil lembaga yeaProfil lembaga yea
Profil lembaga yea
 
Profil yayasan papan aceh 1
Profil yayasan papan aceh 1Profil yayasan papan aceh 1
Profil yayasan papan aceh 1
 
Profil pkbi 1
Profil pkbi 1Profil pkbi 1
Profil pkbi 1
 
Profil puspa
Profil puspaProfil puspa
Profil puspa
 
Profil sahara
Profil saharaProfil sahara
Profil sahara
 
Profil yicm
Profil yicmProfil yicm
Profil yicm
 
Profil yps
Profil ypsProfil yps
Profil yps
 
Profil yrbi terbaru
Profil yrbi terbaruProfil yrbi terbaru
Profil yrbi terbaru
 
Profile organisasi yab
Profile organisasi yabProfile organisasi yab
Profile organisasi yab
 
Profile organisasi ysl
Profile organisasi yslProfile organisasi ysl
Profile organisasi ysl
 
Profile yelped terbaru 2010
Profile yelped terbaru 2010Profile yelped terbaru 2010
Profile yelped terbaru 2010
 
Profil rmtm yg baru
Profil rmtm yg baruProfil rmtm yg baru
Profil rmtm yg baru
 
Profil cdi
Profil  cdiProfil  cdi
Profil cdi
 
Profil lpl ha
Profil lpl haProfil lpl ha
Profil lpl ha
 

Último

Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfsdn3jatiblora
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 

Último (20)

Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 

Rpi 5 pengelolaan_hutan_rawa_gambut

  • 2.
  • 4.
  • 5. Daftar Isi Lembar Pengesahan...................................................................................65 Daftar Isi...................................................................................................... 67 Daftar Tabel................................................................................................69 I. ABSTRAK.............................................................................................71 II. LATAR BELAKANG............................................................................. 72 III. RUMUSAN MASALAH........................................................................ 75 IV. HIPOTHESIS....................................................................................... 75 V. TUJUAN DAN SASARAN PENELITIAN............................................... 75 VI. LUARAN............................................................................................. 76 VII. RUANG LINGKUP............................................................................... 77 VIII. KOMPONEN PENELITIAN.................................................................. 78 IX. METODOLOGI.................................................................................... 79 X. RENCANA TATA WAKTU....................................................................88 XI. RENCANA LOKASI DAN UPT TERKAIT...............................................88 XII. RENCANA BIAYA................................................................................88 XIII. ORGANISASI...................................................................................... 91 XIV. DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 91 Pengelolaan Hutan Rawa Gambut 67
  • 6.
  • 7. Daftar Tabel Table 1. Luas sebaran lahan rawa gambut di Indonesia dari berbagai sumber......................................................................................... 72 Table 2. Cakupan dan Kegiatan Penelitian Integratif Pengelolaan Hutan Alam Rawa Gambut 2010-2014........................................ 78 Table 3. Rencana Anggaran, Waktu dan Unit Pelaksana Penelitian Integratif Tahun 2010-2014.........................................................88 Table 4. Matrik Kodeifikasi Pelaksanaan Kegiatan RPI............................90 Table 5. Kerangka Kerja Logis RPI Pengelolaan Hutan Alam Rawa Gambut........................................................................................95 Pengelolaan Hutan Rawa Gambut 69
  • 8.
  • 9. I. ABSTRAK Luas lahan gambut di Indonesia menurut Puslittanak (1981) adalah 26,5 juta Ha dengan perincian di Sumatera seluas 8,9 juta Ha, Kalimantan 6,5 juta Ha, Papua 10,5 juta Ha dan lainnya 0,2 juta Ha. Laju kerusakan hutan dilaporkan terus meningkat, laporan terakhir dari Badan Planologi Kehutanan (2005) diperoleh bahwa laju deforestasi baik pada kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan pada periode antara tahun 1997 - 2000 di Indonesia mencapai 2,83 juta hektar/ tahun termasuk di dalamnya kerusakan hutan lahan gambut.Tetapi akhiir-akhir ini dilaporkan tingkat degradasi menurun mendekati satu juta hekar. Lahan gambut merupakan suatu ekosistim yang unik, dan rapuh (fragile), habitatnya terdiri dari gambut dengan kedalaman yang bervariasi mulai dari 25 cm hingga lebih dari 15 m, mempunyai kekayaan flora dan fauna yang khas yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Lahan gambut mempunyai peran yang penting dalam menjaga dan memelihara keseimbangan lingkungan kehidupan baik sebagai reservoir air, rosot dan carbon storage, perubahan iklim serta keanekaragaman hayati yang saat ini eksistensinya semakin terancam. Oleh karena itu, pegelolaan secara bijaksana harus dilakukan dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi dan budaya maupun fungsi ekologi sehingga kelestarian hutan rawa gambut dapat terjamin. Lahan gambut mempunyai kharakteristik yang spesifik seperti adanya subsidensi,sifat irreversible drying, hara mineral yang sangat miskin serta sifat keasaman yang tinggi dan mudah terbakar apabila dalam keadaan kering kekurangan air pada lahan gambut tersebut, sehingga peran hidrologi/ tata air di lahan gambut sangatlah penting. Ada beberapa tipologi di lahan rawa gambut yang perlu diketahui, sehingga dalam melakukan rehabilitasi hutan gambut terdegradasi dapat lebih berhasil. Pelestarian hutan terutama hutan gambut yang mempunyai niilai korservasi tinggi, dan segala nilai kekayaan biodiversity harus segera ditindak lanjuti dengan nyata. Teknologi yang diperoleh diimplementasikan dengan merehabilitasi lahan gambut yang terdegradasi. baik hidrologi maupun revegetasi. Pemilihan jenis yang tepat, teknologi dan kelembagaan rehabilitasi perlu dikaji dan diketahui sehingga kegagalan dalam melakukan rehabilitasi dapat dihindari. Lahan sulfat masam aktual merupakan salah satu lahan konservasi yang memerlukan jenis pohon yang spesifik untuk dapat hidup di situ, karena adanya senyawa pirit yang bersifat racun. Jenis yang dapat tumbuh antara lain :gelam (Melaleuca sp.), tanah-tanah (Combretocarpus rotundatus) dan lain-lain. Rehabilitasi dan pengembangan di habitat ini perlu dikaji. Ada indikasi bahwa pola waktu pembungaan dan pembuahan jenis-jenis pohon di hutan rawa gambut telah mengalami perubahan oleh karena itu studi adaptasi fenologi jenis-jenis pohon di hutan rawa gambut perlu dilakukan. Kata kunci: Hutan rawa gambut, pengelolaan secara lestari, degradasi, rehabilitasi Pengelolaan Hutan Rawa Gambut 71
  • 10. II. LATAR BELAKANG Lahan rawa gambut di daerah tropis mencakup areal seluas 38 juta ha dari total seluas 200 juta ha yang terdapat di seluruh dunia. Luas lahan gambut di Indonesia diperkirakan terdapat antara 13,5 – 26,5 juta ha. Paling sedikit ada 11 dari berbagai sumber data yang bervariasi. Menurut Driessen (1976) di Indonesia lahan gambut seluas 17 juta ha yang terbentang dari pantai timur Sumatera Timur seluas 9,7 juta ha yang meliputi Propinsi Riau, Jambi dan Sumatera Selatan. Di Kalimantan seluas 6,3 juta ha meliputi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, dan Irian Jaya seluas 100.000 ha. Data Puslittanak (1981) mengemukakan luas lahan gambut di Indonesia adalah 26,5 juta ha dengan perincian di Sumatera seluas 8,9 juta ha, Kalimantan 6,5 juta ha, Papua 10,5 juta ha dan lainnya 0,2 juta ha. Wetland International (1996) menunjukkan bahwa luas seluruh lahan gambut yang ada di Indonesia adalah seluas 20.697.000 ha dengan perincian di Sumatera 7,21 juta ha dan di Kalimantan 5,79 juta ha dan Wahyunto et al (2005) memperkirakan luas seluruhnya 21 juta ha di Indonesia. Untuk melihat sebaran luasnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini : Table 1. Luas sebaran lahan rawa gambut di Indonesia dari berbagai sumber Penyebaran lahan gambut (Juta Hektar) Penulis/sumber data Driessen (1978) Sumatera Kalimantan Papua Lainnya Total (Juta Ha 9,7 6,3 0,1 - 16,1 Puslittanak (1981) 8,9 6,5 10,5 0,2 26,5 Euroconsult (1984) 6,84 4,93 5,46 - 17,2 Soekardi dan Hidayat (1988) 4,5 9,3 4,6 0,1 18,4 Deptrans (1988) 8,2 6,8 4,6 0,4 20,1 Subagyo et al (1990) 6,4 5,4 3,1 - 14,9 Deptrans (1990) 6,9 6,4 4,2 0,3 17,8 Nugroho et al (1992) 4,8 6,1 2,5 0,1 13,5 Rajaguguk (1993) 8,2 6,79 4,62 0,4 20,1 Dwiyono dan Rachman (1996) 7,16 4,34 8,40 0,1 20,0 Wahyunto et al (2005) 7,21 5,79 8,0 - 21,0 72 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
  • 11. Laju kerusakan hutan dilaporkan terus meningkat, di tahun 1991 telah mencapai 900.000 ha/ tahun (World Bank,1991) masih di tahun yang sama, laporan lain menunjukkan laju 1,3 juta ha/tahun (Anonim,1991). Data pengamatan terakhir dari Badan Planologi Kehutanan (2005) diperoleh bahwa laju deforestasi baik pada kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan pada periode antara tahun 1997 sampai tahun 2000 di Indonesia sekitar 2,83 juta ha termasuk di dalamnya kerusakan hutan rawa gambut. Di akhir tahun 2008 di laporkan tingkat degradasi menurun menjadi sekitar satu juta ha. Hutan rawa gambut adalah salah satu tipe hutan rawa yang merupakan ekosistem yang spesifik dan rapuh, baik dilihat dari segi habitat lahannya yang berupa gambut dengan kandungan bahan organik yang tinggi dengan ketebalan mulai dari kurang dari 0,5 meter sampai dengan kedalaman lebih dari 20 m. Jenis tanahnya tergolong organosol, podsol maupun glei humus. Karakteristik yang umum pada lahan gambut adalah dicirikan dengan kandungan bahan organik yang tinggi, pH yang rendah, Nilai KTK (Kapasitas Tukar Kation) yang tinggi dan nilai KB (Kejenuhan Basa ) yang rendah, hal ini berakibat memberikan kondisi unsur hara yang rendah. Untuk kegiatan rehabilitasi di hutan rawa gambut, ketebalan gambut yang sangat bervariasi dari yang dangkal sampai dengan yang dalam, kondisi dan tingkat pelapukan gambut serta penggenangan air akan memberikan perlakuan yang bermacam-macam dalam pemilihan jenis, teknik penyiapan lahan serta teknik penanaman maupun pemeliharaannya. Lahan gambut merupakan lahan yang mempunyai berbagai fungsi penting guna menjaga dan mengatur proses berlangsungnya lingkungan kehidupan seperti reservoir air, rosot dan simpanan karbon, keanekaragaman hayati dan lainlain kebutuhan untuk kesejahteraan manusia. Perkembangan pembangunan Hutan Tanaman pada akhir-akhir ini dirasakan hampir terhenti, dikarenakan situasi ekonomi dan politik yang kurang menguntungkan di Indonesia. Produksi kayu dari hutan tanaman sampai tahun 2004 mencapai 27.739.450 m3, yang terdiri dari kayu hasil tanaman HTI pulp sebesar 27.022.485 m3, sedang hasil HTI kayu pertukangan hanya sebesar 716.964 m3 (Departemen Kehutanan, 2005). Dari luasan tersebut, sebagian besar tanaman dibangun pada areal bekas tebangan hutan non produktif dataran rendah pada lahan kering, sedangkan pembangunan hutan tanaman pada logged-over area pada lahan rawa gambut masih relative sedikit dilakukan. Hal ini disebabkan beberapa hal diantaranya adalah pemilihan jenis pohon untuk ditanam, dan pengetahuan teknik silvikultur jenis yang spesifik di Pengelolaan Hutan Rawa Gambut 73
  • 12. hutan rawa gambut yang masih sangat terbatas, habitat rawa gambut yang kurang subur (miskin hara) dan sifat kemasaman yang tinggi sehingga pada umumnya tanaman mempunyai pertumbuhan yang lambat. Selain hal itu, penanaman di habitat rawa relatif sulit, sehingga perlu dicari metode penanaman yang tepat. Oleh karena itu,sampai saat ini dirasakan rehabilitasi pada logged-over area maupun lahan yang kurang produktif baik bekas pembalakan, bekas kebakaran dan perambahan maupun pengembangan hutan tanaman di rawa gambut sangat lambat dan kurang terperhatikan. Proyek lahan gambut sejuta hektar, berdasarkan Kepres No.93 tahun 1992, dan pelaksanaannya berdasarkan Keppres No. 82 tahun 1995, merupakan salah satu contoh pengalaman pahit suatu kegagalan. Pada awalnya bertujuan dalam rangka pengamanan pangan nasional, tetapi dalam pelaksanaannya dinilai kurang berhasil dan gagal karena menimbulkan berbagai permasalahan baik teknis, sosial,ekonomi, dan budaya maupun lingkungan ekologis. Selain itu, dilaporkan pula telah terjadi penebangan liar dan perambahan hutan secara besar-besaran pada areal hutan yang belum digarap, sehingga terjadi kerusakan hutan beserta isinya termasuk habitat satwa liar yang terjadi dengan sangat cepat. Selain itu, hutan rawa gambut yang rusak mengalami penurunan permukaan air dengan adanya saluran-saluran drainase yang yang kurang diperhitungkan dan mengakibatkan kekeringan sebaliknya dimusim penghujan terjadi kebanjiran. Dikarenakan gambut memiliki sifat kering yang tidak dapat balik (irreversible) maka gambut mempunyai potensi yang tinggi untuk kebakaran seperti yang telah terjadi belakangan ini. Sebaliknya di musim penghujan terjadi bahaya banjir. Terbitnya Inpres No.2 tahun 2007 tentang percepatan rehabilitasi dan revitalisasi kawasan lahan gambut eks Proyek Pengembangan Lahan Gambut Kalteng, merupakan langkah dan tindak lanjut pemulihan kerusakan dan pengembalian fungsi ekologis, lingkungan dan sosial, ekonomi dan budaya pada kawasan lahan gambut tersebut. Pengelolaan hutan dan lahan gambut perlu dilakukan secara bijaksana dan hati-hati ,hal ini disebabkan karena hutan rawa gambut merupakan suatu ekosistem yang mudah rapuh, sehingga kalau pengelolaan tidak dilakukan secara benar, hutan tersebut tidak akan lestari. Jenis pohon yang tumbuh di areal rawa gambut sangat spesifik dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi baik dari hasil kayunya maupun hasil non kayu seperti getah-getahan, rotan, obart-obatan dan lain-lain. Beberapa jenis kayu komersil tinggi seperti ramin (Gonystylus bancanus), meranti rawa (Shorea pauciflora, Shorea tysmanniana, S.uliginosa), jelutung (Dyera lowii), nyatoh (Palaquium spp), bintangur (Calophyllum spp), kapur naga (Calophyllum macrocarpum) dan lain-lain. Hutan atau lahan rawa gambut yang 74 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
  • 13. mengalami degradasi baik sebagai akibat penebangan liar, penjarahan dan kebakaran hutan dan lain-lain ini harus segera dilakukan rehabilitasi untuk mengembalikan fungsi ekologis maupun meningkatkan produktivitasnya sehingga fungsi ekosistem itu dapat segera pulih kembali. Rencana Penelitian Integratif ini dimaksudkan untuk dapat menjadi pedoman kegiatan penelitian dalam rangka mendapatkan atau menemukan IPTEK yang dapat digunakan dalam pengelolaan hutan rawa gambut secara bijaksana dan lestari, dengan mengambil contoh pengalaman kerusakan PLG sejuta hektar di Kalimantan Tengah, jangan sampai terjadi lagi di wilayah lain. Diharapkan, pada waktu mendatang pelaksanaan pengembangan lahan gambut di tempat lain dapat berhasil dengan baik, efektif dan efisien. III. RUMUSAN MASALAH Kerusakan hutan alam atau lahan rawa gambut di Indonesia umumnya disebabkan beberapa hal yakni penebangan liar, perambahan, kebakaran hutan dan lahan gambut, pembuatan saluran atau drainase di lahan gambut yang tidak diperhitungkan dengan baik, lemah dan kurangnya kesadaran dan pengertian masyarakat akan fungsi manfaat hutan rawa gambut, masih lemahnya penegakan hukum (law enforcement) serta masih lemahnya policy dan pengelolaan hutan rawa gambut. Selain itu, sifat kharakteristik hutan rawa gambut seperti adanya subsidensi lahan gambut, sifat irreversible drying dan lain-lain sehingga pengelolaan air merupakan hal yang penting. Oleh karena itu kegiatan peneltian integratif aspek-aspek tersebut perlu diteliti untuk pengelolaan hutan dan lahan gambut secara lestari IV. HIPOTHESIS Pengelolaan yang bijaksana dengan mempertimbangkan keseimbangan fungsi ekologis, sosial ekonomi, budaya dan lingkungan, diperoleh hutan rawa gambut yang lestari. V. TUJUAN DAN SASARAN PENELITIAN A. Tujuan Penelitian integratif pengelolaan hutan alam rawa gambut ini bertujuan mendapatkan IPTEK pengelolaan hutan alam rawa gambut secara bijaksana dengan mempertimbangkan aspek ekologi, ekonomi, sosial dan lingkungan secara lestari untuk kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan Hutan Rawa Gambut 75
  • 14. B. Sasaran Adapun sasaran dalam penelitian integratif ini adalah meliputi sebagai berikut : 1. Tersedianya data dan informasi mengenai tipe dan sebaran hutan rawa gambut terdegradasi 2. Tersedianya data dan informasi mengenai klasifikasi tipologi dan sebaran hutan rawa gambut berdasarkan kondisi biofisik hutan 3. Tersedianya data informasi hasil uji coba inventarisasi karakteristik gambut dengan telemetri 4. Tersedianya data dan informasi serta paket teknologi rehabilitasi hutan alam rawa gambut 5. Tersedianya data dan informasi serta paket teknologi pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan rawa gambut 6. Tersedianya data dan informasi mengenai pola perbungaan dan pembuahan jenis-jenis pohon di hutan rawa gambut 7. Tersedianya data dan informasi mengenai kelembagaan pengelolaan hutan rawa gambut dengan pola partisipatif 8. Tersedianya data dan informasi dampak deforestasi terhadap emisi GRK 9. Tersedianya data dan informasi Potensi serta terindentifikasinya di kawasan Lindung (“HCVF”) di lahan gambut VI. LUARAN 1. Klasifikasi tipologi dan sebaran hutan rawa gambut : a. Review tipe dan sebaran hutan rawa gambut terdegradasi b. Klasifikasi tipologi dan sebaran hutan rawa gambut berdasarkan kondisi biofisik hutan c. Uji coba inventarisasi kharkteristik gambut dengan telemetri 2. Rehabilitasi hutan alam rawa gambut Ujicoba teknik bioremediasi berbagai kondisi hutan alam rawa gambut (penyiapan , ujicoba jenis, pola penanaman, penggunaan mikroba, pemilihan jenis asli setempat, pengayaan, hidrologi ) 3. Teknologi pencegahan pencegahan dan pengendalian kebakaran di lahan gambut Teknik pencegahan dan pengendalian kebakaran di lahan gambut 4. Informasii fenologi jenis-jenis pohon hutan rawa gambut Kajian fenologi jenis-jenis pohon hutan rawa gambut 76 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
  • 15. 5. Alternatif pengelolaan hutan rawa gambut dengan pola partisipasif Kajian kelembagaan rehabilitasi hutan dan lahan gambut dengan pola partisipatif 6. Informasi dampak deforestasi hutan rawa gambut terhadap emisi GRK Kajian dampak deforestasi hutan rawa gambut dalam upaya realisasi target penurunan emisi 26% 7. Informasi potensi Kawasan Lindung (“HCVF”) pada hutan rawa gambut Identifikasi Potensi Kawasan Lindung (“HCVF”) pada ekosistem hutan rawa gambut VII. RUANG LINGKUP Dalam pelaksanaan kegiatan penelitian dari luaran tersebut dilakukan diareal lahan gambut wilayah Provinsi Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah (areal Eks Proyek Pengembangan Lahan Gambut Sejuta Hektar). Secara terintegrasi dilakukan oleh BPK (Balai Penelitian Kehutanan) Manokwari Papua Barat; BPK Semboja, Kaltim; BPK. Pematang Siantar, Sumut; Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam Bogor sebagai Koordinator. Kegiatan dalam penelitian Pengelolaan Hutan dan Lahan Rawa Gambut ini meliputi beberapa aspek yaitu : A. Aspek Teknik Silvikultur 1. Teknologi pengadaan bibit dan Uji coba penanaman jenis-jenis pohon di lahan rawa gambut yang sampai saat ini belum diketahui cara pengembangan dan teknik Silvikulturnya melalui uji species trial dan uji provenance. 2. Teknologi pengembangan jenis pohon lokal (indigenous species) maupun eksotik yang tepat guna yang dapat dikembangkan untuk rehabilitasi hutan rawa gambut eks PPLG baik untuk keperluan hasil kayunya, hasil hutan bukan kayu (HHBK) maupun fungsi hidroorologis, melalui teknologi pengembangan bibit secara generatif dan vegetatif (stem cutting), dan penerapan teknologi mikrobiologi (Michorriza dan Rhizobium) untuk memperoleh peningkatan pertumbuhan (riap), kesehatan dan adaptasi bibit serta kualitas bibit yang dihasilkan. 3. Teknologi penyiapan lahan dan pengaturan hidrologi di beberapa tapak tipologi lahan (Gambut dangkal, gambut sedang, gambut dalam, gambut sangat dalam. Sulfat Masam Potensial dll) di hutan rawa gambut eks PPLG Kalteng atau di areal lahan rawa gambut di Provinsi lain. Pengelolaan Hutan Rawa Gambut 77
  • 16. B. Aspek sosial, Ekonomi, Budaya dan Kelembagaan 1. Informasi keterlibatan secara partisipatif masyarakat dalam komunitasnya dalam kelembagaan adat lokal menunjang kegiatan pengelolaan hutan di lahan rawa gambut. 2. Informasi penemuan teknologi partisipatif dan teknologi berbasis produksi dan konservasi di sekitar hutan rawa gambut, kearifan lokal dalam menunjang keberhasilan pengelolaan hutan rawa gambut 3. Informasi sosekbud dan kelembagaan pengelolaan hutan rawa gambut dengan partisipasi masyarakat VIII. KOMPONEN PENELITIAN Komponen (cakupan) penelitian dalam RPI Pengelolaan Hutan Alam Rawa Gambut yang terdiri dari 7 (Tujuh) cakupan yakni (1) Klasifikasi Tipologi dan sebaran hutan rawa gambut.(2) Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Terdegradasi.(3) Teknologi pencegahan dan pengendalian kebakaran di lahan gambut. (4) Informasi adaptasi fenologi jenis-jenis pohon hutan rawa gambut.(5) Alternatif pengelolaan hutan rawa gambut dengan pola partisipatif.(6) Informasi dampak deforestasi hutan rawa gambut terhadap emisi GRK.(7) Informasi potensi Kawasan Lindung (“HCVF”) pada hutan rawa/ gambut. Masing-masing cakupan terdiri dari satu atau beberapa aktivitas. Untuk lebih jelasnya cakupan dan aktifitas penelitian, dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini : Table 2. Cakupan dan Kegiatan Penelitian Integratif Pengelolaan Hutan Alam Rawa Gambut 2010 – 2014 No 1 Kode Dan Cakupan 5.1 Klasifikasi Tipologi dan Sebaran Hutan Rawa Gambut Kegiatan 5.1.1 Review tipe dan sebaran hutan rawa gambut terdegradasi 5.1.2 Klasifikasi tipologi dan sebaran hutan rawa gambut berdasarkan kondisi biofisik hutan 5.1.3 Ujicoba inventarisasi karakteristik gambut dengan telemetrI 2 78 5.2 Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Terdegradasi 5.2.1 Ujicoba teknik bioremediasi berbagai kondisi hutan alam rawa gambut (penyiapan lahan, ujicoba jenis, pola penanaman, penggunaan mikroba, pemilihan jenis asli setempat, pengayaan, hidrologi ) RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
  • 17. No Kode Dan Cakupan Kegiatan 3 5.3 Teknologi pencegahan dan pengendalian kebakaran di lahan gambut 5.3.1 Teknik pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan rawa gambut 4 5.4 Informasi adaptasi fenologi jenis-jenis pohon hutan rawa gambut 5.4.1 Kajian phenologi jenis-jenis pohon hutan rawa gambut: adaptasi terhadap perubahan iklim 5 5.5 Alternatif pengelolaan hutan rawa gambut dengan pola partisipatif 5.5.1 Kajian kelembagaan pengelolaan hutan rawa gambut dengan pola partisipatif 6 5.6 Informasi dampak deforestasi hutan rawa gambut terhadap emisi GRK 5.6.1 Kajian deforestasi hutan rawa gambut dalam upaya realisasi target penurunan emisi 26% 7 5.7 Informasi potensi Kawasan Lindung (“HCVF”) pada hutan rawa gambut 5.7.1 Identifikasi Potensi Kawasan Lindung (“HCVF”) pada ekosistem hutan rawa gambut IX. METODOLOGI A. Klasifikasi Tipologi dan Sebaran Hutan Rawa Gambut Sampai saat ini kondisi penutupan lahan gambut belum seluruhnya diketahui, bahkan luas hutan dan lahan gambut masih bervariasi cukup besar di Indonesia mulai 13,5 juta – 26,5 juta Ha. Sebagai contoh luas lahan gambut di Papua 10,5 juta Ha (Pusittanak, 1981) , sumber lain 0,1 juta ha ( Driessen, 1978) , dan 8 juta Ha (Wetland International,2005). Salah satu kegiatan yang dilakukan yaitu mereview tipe dan sebaran hutan rawa gambut terdegradasi yang dilakukan di Sumatera, Kalimantan dan Papua. Kajian dilakukan dengan mempelajari dari peta landsat, dan mengindentifikasi di lapangan tipe dan sebaran hutan rawa gambut terdegradasi yang dapat dilakukan rehabilitasi. Klasifikasi tipologi dan sebaran hutan rawa gambut berdasarkan sifat biofisik. Kajian dilakukan dengan mempelajari peta landsat dan mengidentifikasi tipologi berdasarkan kharakteristik biofisik di lapangan. Kegiatan uji coba inventariasasi kharakteristik gambut dengan telemetri. Prinsip uji coba ini adalah apabila pengukuran sesuatu parameter Pengelolaan Hutan Rawa Gambut 79
  • 18. karakteristik gambut biasanya dilakukan secara langsung jarak dekat. Sedangkan pengukuran secara jarak jauh dilakukan dengan telemetri. Kegiatan ini perlu diuji coba . Hal ini dikarenakan kondisi alam dan medan yang tidak memunginkan manusia untuk melakukan pengukuran secara langsung di lapangan. Untuk melakukan pengukuran jarak jauh dibutuhkan sebuah perangkat telekomunikasi yang handal dan hemat daya. Perangkat komunikasi berfungsi untuk menghasilkan peralatan yang dapat mengirimkan dan menerima informasi antara dua tempat atau lebih. Sebagai contoh Telemetri suhu dan kelembaban memberikan kemudahan dalam mengukur suhu dan kelembaban jarak jauh, dengan pemantauan dari tempat yang lebih aman. Pengiriman informasi pada telemetri ini dilakukan secara wireless, teknik pengiriman informasi merupakan salah satu faktor yang menentukan kehandalan sistem telemetri untuk pengiriman data secara wireless. Perancangan alat ini menggunakan dua buah sensor, yaitu sensor suhu dan sensor kelembaban, perangkat pengolah data dan pengubah data analog sensor suhu dan kelembaban menjadi besaran listrik digital menggunakan mikrokontroler. Pengiriman data menggunakan pemancar dan penerima FM atau bisa melalui satelit sedangkan perangkat komputer digunakan untuk menampilkan informasi. Metoda dan perencanaan penelitian lebih lengkap dibuat tersendiri. B. Ujicoba teknik bioremediasi berbagai kondisi hutan alam rawa gambut (penyiapan lahan, uji coba jenis, pola penanaman, penggunaan mikroba, pemilihan jenis asli setempat, pengayaan, hidrologi dan lain-lain ) Salah satu komponen penelitian pengelolaan hutan yaitu untuk mendapatkan teknologi rehabilitasi yang tepat guna dan kajian kelembagaan dalam rangka keberhasilan dalam melakukan rehabilitasi lahan gambut yang terdegradasi. Dilakukan dengan pendekatan Ujicoba teknik bioremediasi berbagai kondisi hutan alam rawa gambut terdegradasi (penyiapan lahan, uji coba jenis, pola penanaman, penggunaan mikroba, pemilihan jenis asli setempat, pengayaan, hidrologi dan lain-lain). Penelitian dilakukan pada hutan rawa gambut yang telah terdegradasi, baik dilihat dari vegetasinya, kondisi hidrologi maupun kondisi gambutnya yang telah mengalami kebakaran. Penelitian bioremediasi dilakukan dalam upaya mencari teknik remediasi dengan penanaman jenis-jenis pohon yang tepat dengan penyiapan lahan, pengaturan drainase dan implementasikan biofertilizer untuk memperbaiki kondisi tanah untuk pertumbuhan tanaman. 80 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
  • 19. Jenis pohon yang digunakan adalah jenis asli rawa gambut yang mempunyai pertumbuhan relatif cepat atau jenis andalan setempat dan kondisinya terancam punah (daftar merah IUCN flora rawa gambut). 1. Teknik Agroforestry Rehabilitasi rawa gambut yang terdegradasi yang dilakukan melalui teknik Agroforestry yaitu pembangunan hutan melalui pola campuran tanaman pokok kehutananan dan tanaman semusim yang dilakukan pada lahan rawa gambut milik masyarakat, kawasan hutan produksi ataupun hutan kawasan lindung yang telah diijinkan. Jenis tanaman pokoknya dapat dipililih jenis MPTS (Multiple Purpose Tree Species) seperti Sengon (Paraserianthes falcataria), Jelutung (Dyera lowii), Pulai (Alstonia pnematophora), Sukun (Artocarpus sp) atau tanaman kehutanan yang lain, dengan tanaman semusim pertanian yang cocok untuk lahan gambut atau tanaman obat seperti Zingiberaceae, lidah buaya (Aloefera) dan lainlain yang diterapkan pada pola perhutanan sosial (hutan kemasyarakatan, hutan rakyat), pada pola pembangunan hutan tanaman hasil hutan non kayu atau pada pola pembangunan hutan tanaman kayu jenis industri. 2. Pola Perhutanan Sosial Pola perhutanan sosial yang diterapkan pada areal hutan rawa gambut yang terdegradasi baik pada hutan produksi maupun hutan kawasan lindung yang telah diijinkan. Penelitian dilakukan untuk mendapatkan teknologi rehabilitasi. Melalui uji coba rehabilitasi dengan menggunakan jenis asli setempat yang sesuai kondisi ekologis setempat, atau menggunakan jenis MPTS yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tanpa mengganggu fungsi ekologis. Penanaman jenis MPTS maupun jenis pohon asli maupun eksotik yang cocok dapat diterapkan dengan teknik agroforestry. 3. Pola Pembangunan Hutan Tanaman Penghasil HHBK: Pola ini dapat diterapkan untuk rehabilitasi hutan rawa gambut yang terdegradasi. Penelitian ini dilakukan dengan Uji coba penanaman jenis asli pohon dihutan rawa gambut penghasil hutan non kayu seperti getah (latek) pada jenis jelutung (Dyera lowii), getah hangkang pada jenis Nyatoh (Palaquium leicocarpum), getah jernang pada getah pada biji rotan. Selain itu jenis Gemor (Alseodhapne helophylla) kulit kayunya sebagai bahan insektisida (obat nyamuk), Tanaman jarak pagar (Jatropha sp) ataupun jenis nyamplung (Calophyllum innophyllum) diambil bijinya sebagai bahan minyak diesel, Pinang (Arenga catechu) diambil bijinya sebagai bahan obat-obatan. Rotan (Calamus spp) dan lain-lain. Penanaman Rotan dapat Pengelolaan Hutan Rawa Gambut 81
  • 20. dilakukan dengan menggunakan jenis pohon pemanjat asli setempat seperti gelam (Melaleuca leucadendron) atau tanah-tanah (Combretocarpus rotundatus) dan lain-lain. 4. Pola Pembangunan Hutan Tanaman Jenis kayu Industri: Pola ini diterapkan untuk rehabilitasi pada kawasan hutan produksi yang pada perencanaannya bertujuan untuk hutan tanaman penghasil kayu untuk industri yang dapat dilakukan pada logged over area maupun hutan rawa gambut yang telah terdegradasi. Penanaman rehabilitasi dapat dilakukan dengan menggunakan jenis asli setempat yang mempunyai nilai ekonomi tinggi sesuai sifat ekologinya, seperti jenis Ramin (Gonystylus bancanus), meranti rawa (shorea testymania, Shorea pauchiflora), Belangeran (Shorea belangeran), Kapur naga (Calophyllum macrosarpum), Nyatoh (Pallaquium spp), Alau (Dacrydium elatum), Damar (Agathis bornensis), Prupuk (Lopopethalum multinervium), Punak (Tetramerista glabra) dan lain-lain. Ataupun jenis tumbuh cepat asli setempat seperti Pulai (Alstonia pnematophora), Jelutung (Dyera lowii) maupun eksot seperti Acacia crassicarpa, Eucalyptus spp, Gmelina sp dan lain-lain 5. Pemilihan jenis Pemilihan jenis pohon dan tanaman yang digunakan dalam penelitian atau uji coba rehabilitasi dan pembanggunan hutan tanaman dengan menerapkan masing-masing pola yang digunakan. Yaitu dengan jenis MPTS (Multiple Purpose Tree Species). Jenis Pohon Hasil Hutan Bukan Kayu (HBBK), dan jenis pohon untuk kayu industri yang disesuaikan dengan habitat dan sifat ekologi di lokasi setempat baik jenis asli maupun eksot dan mempunyai prospek ekonomi baik untuk pohon sebagai tanaman pokoknya maupun tanaman pencampur 6. Pengadaan Bibit Penelitian teknologi pengadaan bibit dari jenis-jenis yang digunakan dalam pola perhutanan sosial, pola pembangunan hutan tanaman penghasil HHBK, maupun pada Pola pembangunan hutan tanaman hasil kayu industri dapat dilakukan baik secara generatif melalui biji maupun melalui stek baik batang (stem), pucuk (shoot) maupun akar (root) ataupun melalui tissue culture (kultur jaringan). Penelitian dapat dimulai pada penyiapan bibit dengan media yang mengimplementasikan cendawan mikoriza baik Vam maupun ektomikoriza serta penggunaan Rhizobium ataupun bioteknologi yang lain. Penelitian dilakukan di persemaian maupun di labolatorium. Beberapa jenis bibit pohon rawa gambut telah berhasil diperbanyak melalui 82 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
  • 21. propagasi vegetatif seperti meranti batu (Shorea uliginosa), meranti bunga (S. Teysmanniana), punak (Tetramerista glabra), ramin (Gonystylus bancanus), para-para (Aglaia rubiginosa), prupuk (Lophopethalum multinervium), jelutung rawa (Dyera lowii) dan lain-lain. 7. Teknik Penyiapan Lahan dan Penanaman Teknologi penyiapan lahan dan penanaman merupakan hal yang sangat penting untuk keberhasilan kegiatan rehabilitasi di lahan rawa gambut. Teknologi penyiapan lahan dilakukan dengan pengaturan drainase (water management) dengan pembuatan parit-parit irigasi untuk menjaga lokasi tanam tidak tergenang air perlu diperhitungkan dengan seksama karena sifat subsidensi dan irreversible drying (kering tidak balik) jika tidak, akan menjadikan lahan gambut tersebut menjadi kelewat kering, mudah terbakar dan meningkatkan emisi gas rumah kaca.Teknik lain,dengan cara pembuatan gundukan-gundukan tempat penanaman untuk menghindari penggenangan air sehingga bibit atau tanaman muda akan menjadi mati. Untuk memperoleh keberhasilan dalam penanaman di lahan rawa gambut, kondisi tingkat dekomposisi dari gambut sebagai media tanam merupakan faktor yang sangat penting karena menentukan tingkat kesuburan gambut tersebut dan menentukan teknik penanaman. Oleh karena itu, perlakuan-perlakuan pada gambut sebagai media tanam perlu dilakukan tergantung pada tingkat pelapukan (fibrik, humik maupun saprik) gambut tersebut. Pencampuran gambut (ameliorasi) dapat mikroriza baik endomikoriza (VAM) maupun ektomikoriza, dan limbah organik untuk meningkatkan kesuburan dan pertumbuhan tanaman. 8. Pengaturan Drainase/Hidrologi: Pada lahan rawa gambut, ketergenangan air/ letak ketinggian air tanah sangat bervariasi. Oleh karena itu perlu suatu pengaturan dan pengelolaan tata air dengan baik, sehingga tanaman dapat berkembang dan tumbuh dengan baik. Pembuatan parit dilakukan dengan lebar dan kedalaman yang seimbang, sehingga areal tanam tidak lagi tergenang atau bahkan kekeringan karena terlalu besarnya parit dan gambut dijaga dalam keadaan basah atau lembab sehingga subsidensi dan irreversible drying bisa dijaga tidak terjadi. Oleh karena itu, keseimbangan ini merupakan faktor yang harus diperhatikan untuk keberhasilan tanaman. Penelitian keseimbangan hidrologi ini perlu dilakukan. Pengelolaan Hutan Rawa Gambut 83
  • 22. 9. Teknik pemeliharaan Uji coba perlakuan pemeliharaan dalam pelaksanaan rehabilitasi melalui revegetasi dihutan rawa gambut meliputi teknik pemupukan, pengapuran dengan berbagai dosis baik pada waktu pengadaan bibit ataupun dalam tahap penanaman dilapangan masih perlu penelitian penyempurnaan. Pada tegakan perlu adanya pemangkasan (Prunning) dan penjarangan (thinning) untuk menjamin pertumbuhan tanaman pokok maupun tanaman pencampur dapat tumbuh baik kuntitas maupun kualitas dengan optimal. Tumbuhnya gulma (weeds) perlu dikendalikan dengan penyiangan dan pendangiran baik secara jalur maupun piringan untuk memberikan pertumbuhan yang baik bagi tanaman. Pencegahan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman juga perlu untuk dilakukan terhadap tanaman jenis pohon di lahan rawa gambut yang saat ini masih sangat terbatas. Keamanan areal terhadap bahaya kebakaran merupakan faktor yang sangat penting untuk diteliti. Baik pencegahan dan penanggulangannya terutama lahan gambut yang sangat berpotensi terjadinya kebakaran terutama di musim kemarau yang panjang. Pembuatan sekat bakar (green belt), maupun parit untuk sekat bakar perlu dikaji dan diteliti baik variasi lebar dan jenis tanaman yang digunakan sekat bakar. C. Teknologi pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan di lahan gambut Teknik pencegahan dan pengendalian kebakaran di lahan gambut lebih spesifik dibandingkan di lahan hutan lahan kering, karena habitatnya berupa gambut yang terdiri dari bahan organik, apabila dalam keadaan kering mudah sekali terbakar. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan, dan pengalaman teknis yang spesifik dalam penanganannya. Apabila biomassa tanaman hutan gambut terbakar, maka tidak hanya biomassa tanaman saja yang akan terbakar, tetapi juga beberapa centimeter lapisan gambut bagian atas yang berada dalam keadaan kering. Lapisan gambut ini akan rentan kebakaran apabila muka air tanah lebih dalam dari 30 cm. Pada tahun El- Nino seperti tahun 1997, muka air tanah menjadi lebih dalam karena penguapan sehingga lapisan atas gambut menjadi sangat kering. Dalam keadaan demikian kebakaran gambut dapat mencapai ketebalan 50 cm (Page et al., 2002). Dalam keadaan ekstrim ini bara api pada tanah gambut dapat bertahan berminggu-minggu. Untuk tahun normal Hatano (2004) memperkirakan kedalaman gambut yang terbakar sewaktu pembukaan hutan sedalam 15 cm. Apabila kandungan karbon gambut ratarata adalah 50 kg m-3 (berkisar antara 30 sampai 60 kg m-3) maka dengan 84 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
  • 23. terbakarnya 15 cm lapisan gambut akan teremisi sebanyak 75 t C ha-1 atau ekivalen dengan 275 t CO2 ha-1.. Metode yang digunakan dalam kajian ini mereview hasil penelitian pencegahan dan pengendalian kebakaran lahan gambut yang telah diperoleh, serta menyempurnakan metode pengendalian kebakaran, peralatannya, management serta perencanaannya. D. Kajian phenologi jenis-jenis pohon hutan rawa gambut: adaptasi terhadap perubahan iklim Pada kira-kira lima tahunan akhir-akhir ini, pohon ramin khususnya dan beberapa pohon di hutan rawa gambut di berbagai lokasi baik di Kaimantan maupun Sumatera jarang berbuah bahkan ada indikasi perubahan masa berbunga dan berbuah. Dapat dikatakan musim berbuahnya tidak menentu. Penelitian fenologi dalam rangka upaya untuk mengetahui kembali musim berbunga dan berbuah perlu dilakukan. Upaya ini sekaligus memberikan perlakuan menstimulir jenis pohon ramin dan jenis penting lainnya untuk dapat berbunga dan berbuah dengan pemberian hormone melalui proses fisiologinya. Penelitian dilakukan dengan mencari beberapa pohon ramin dan beberapa jenis pohon yang lain di hutan diamati dan diberikan perlakuan dengan pemberian hormon untuk menstimulir pembungaan dan pembuahan. Hormon yang diberikan adalah Giberellin dan Paclo butrazol atau yang lain. Pemberian hormone dilakukan melalui perakaran,batang atau kedua-duanya. Dosis yang diberikan hormone Paclo butrazol dan giberellin adalah bervariasi. Diharapkan stimulasi ini dapat membuat pohon ramin dan jenis rawa gambut yang lain dapat berbunga dan berbuah lagi. E. Alternatif pengelolaan hutan rawa gambut dengan pola partisipatif Suatu kajian kelembagaan pengelolaan hutan rawa gambut dengan pola partisipasi dilakukan dengan metode kajian sosial, ekonomi budaya dan kelembagaan yang dilakukan dengan langsung pendekatan PRA (Participatory Rural Apprasial) atau metode lain yang sesuai pada masyarakat sekitar dan para pihak (stakeholders) yang terlibat dalam kegiatan rehabilitasi lahan rawa gambut untuk kemudian dianalisis. Hasil penelitian dan kajian sosek dan kelembagaan di kawasan eks pengembangan lahan gambut Kalteng atau dari daerah lain oleh peneliti lain baik dari luar maupun dalam perlu dipelajari dan diacu sebagai referensi. Dengan demikian mekanisme dan sistem kelembagaannya yang tepat dapat diformulasikan untuk keberhasilan rehabilitasi lahan rawa gambut di Indonesia umumnya dan eks PPLG sejuta hektar khususnya. Pengelolaan Hutan Rawa Gambut 85
  • 24. F. Kajian deforestasi hutan rawa gambut dalam upaya realisasi target penurunan emisi 26% Kajian ini bertujuan mendapatkan data dan informasi dampak deforestasi (dari hutan alam ke kelapa sawit) terhadap aspek lingkungan, serta upaya target penurunan emisi 26 %. Penelitian dilakukan pada kawasan hutan rawa gambut yang telah dikonversi dengan kelapa sawit atau hutan sekunder rawa gambut dikonversi menjadi tanaman pulp (Acacia crassicarpa, A. mangium). Kajian dilakukan dengan pengamatan besarnya emisi, ketinggian air tanah dan tingkat subsidensi pada lahan gambut yang telah dikonversi. Konversi hutan sekunder atau belukar rawa gambut menjadi hutan tanaman Acacia spp, dilakukan dengan sistem mengelola air menggunakan drainase (water management). Perkebunan Kelapa sawit agar supaya berproduksi harus menurunkan tinggi muka air tanah menjadi 70 -80 cm, demikianpun pada tanaman kayu pulp, tinggi muka air tanah diturunkan menjadi 50 -80 cm. Kondisi ini dalam jangka waktu yang relatif lama akan berakibat subsidensi permukaan gambut, rawan terhadap kebakaran sekaligus meningkatkan emisi. Upaya yang dilakukan dalam penurunan emisi adalah dengan penerapan Best Management Practices (BMP) yang meliputi penyiapan lahan gambut dengan teknik zero burning, water management dan integrated pest management dengan harapan bisa diaplikasikan dengan baik dan terus berupaya mengembangkan teknologi yang lebih baik. G. Identifikasi Potensi di Kawasan Lindung (HCVF) di Hutan Rawa Gambut Hutan rawa gambut adalah salah satu tipe hutan rawa yang merupakan ekosistem yang spesifik dan rapuh, baik dilihat dari segi habitat lahannya yang berupa gambut dengan kandungan bahan organik yang tinggi dengan ketebalan mulai dari kurang dari 0,5 meter sampai dengan kedalaman lebih dari 20 m. Mempunyai flora dan fauna yang spesifik dan bernilai tinggi. Berdasarkan krieria dan katagori daftar merah IUCN tahun 1994 terdapat 43 jenis pohon yang terancam punah di hutan rawa gambut. Menurut Rainforest Alliance, ProForest, WWF dan IKEA (2003), kawasan hutan dengan nilai konservasi tinggi adalah kawasan hutan yang memiliki satu atau lebih ciri-ciri berikut (1) Kawasan hutan yang mempunyai konsentrasi nilai-nilai keanekaragaman hayati yang penting secara global, regional dan lokal (HCVF1); (2) Kawasan hutan yang mempunyai tingkat 86 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
  • 25. lanskap yang luas yang penting secara global, regional dan lokal, yang berada di dalam atau mempunyai unit pengelolaan, dimana sebagian besar populasi species, atau seluruh species yang secara alami ada di kawasan tersebut berada dalam pola-pola distribusi dan kelimpahan alami (HCVF2); (3) Kawasan hutan yang berada di dalam atau mempunyai ekosistem yang langka, terancam atau hampir punah (HCVF3); (4) Kawasan hutan yang berfungsi sebagai pengatur alam dalam situasi yang kritis (HCVF4); (5) Kawasan hutan yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat lokal (HCVF5); dan (6) Kawasan hutan yang sangat penting untuk identitas budaya tradisional masyarakat lokal (HCVF6). Dari keenam HCVF tersebut, semua HCVF diduga terdapat di kawasan hutan rawa gambut baik di Sumatera, Kalimantan maupun Papua, namun data dan informasi tentang keberadaan HCVF-HCVF tersebut secara pasti belum tersedia. Oleh karena itu kegiatan identifikasi dan analisis keberadaan HCVF di wilayah tersebut perlu dilakukan. Guna mempertahankan keanekaragaman hayati dan melakukan pengelolaan HCVF, maka identifikasi dan penyusunan rencana pengelolaan HCVF dalam kawasan IUPHHK-HT maupun IUPHHK-HA perlu dilakukan. Penelitian dilakukan dengan cara analisa vegetasi dengan tujuan identifikasi dan evaluasi keberadaan HCVF di kawasan hutan IUPHHK-HT maupun IUPHHK-HA. Mengidentifikasi keberadaan HCVF di kawasan hutan rawa gambut IUPHHK HT maupun hutan alam dalam rangka menyusun rencana kegiatan pengelolaan terhadap HCVF yang teridentifikasi di kawasan hutan IUPHHK HT dan HA. Kemudian disusul menyusun rencana kegiatan pemantauan terhadap HCVF yang teridentifikasi di kawasan hutan IUPHHK HT dan HA H. Pengumpulan dan Analisa Data Data yang diperoleh dari setiap aspek penelitian dari masing-masing RPTP (Rencana Penelitian Tim Penelitian) dari masing-masing pelaksana dikumpulkan dan dianalisa sesuai dengan parameter yang diamati dan dibuat laporab hasil penelitiannya dari masing-masing aspek. Dari hasil pengamatan setiap RPTP, data pengamatan akan dianalisis sesuai dengan model penelitiannya, baik analisis varian dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), Rancangan Factorial, rancangan split plot dan lain-lain, serta untuk mengetahui pengaruh perlakuan dapat diuji dengan Uji Beda Jujur Turkey atau yang lainnya (Gomez and Gomez, 1984). Dari hasil setiap aspek penelitian teknologi dan kelembagaan rehabilitasi lahan rawa gambut dari Balai dan unit kerja yang terlibat dalam kegiatan Pengelolaan Hutan Rawa Gambut 87
  • 26. penelitian ini, akan dilakukan sintesa yang merupakan hasil penelitian secara lengkap dari judul kegiatan tersebut setiap tahunnya. X. RENCANA TATA WAKTU Penelitian dilakukan mulai tahun 2010 sampai dengan 2014. Jenis kegiatan setiap tahunnya selama penelitian dan terkait rencana anggaran biaya dari UPT yang terlibat dapat pada Tabel 3. XI. RENCANA LOKASI DAN UPT TERKAIT Penelitian akan dilakukan di areal hutan rawa gambut di wilayah Provinsi Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah dan Papua. Satu-satunya pemegang IUPHHK yang mengelola hutan alam rawa gambut yang masih aktif adalah PT.DRT (Diamond Raya Timber) di Provinsi Riau yang lokasinya juga kita gunakan sebagai tempat penelitian. Selain itu, IUPHHK-HT dari PT. RAPP dan PT. Sinar Mas yang mengelola hutan tanaman di rawa gambut terutama dalam penelitian pengelolaan air. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Litbang Kehutanan yang terlibat dalam penelitian integratif pengelolaan hutan alam rawa gambut adalah Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, BPK Manokwari, BPK. Pematang Sintar, Provinsi Sumatera Utara, dan BPK. Semboja, Kalimantan Timur XII. RENCANA BIAYA Penentuan biaya keseluruhan untuk kegiatan penelitian di 5 unit kerja (Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Semboja, BPK. Pematang Siantar, Sumut dan BPK. Manokwari, Papua Barat. Rencana Anggaran Biaya dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4 menunjukkan kodeifikasi pelaksana RPI Table 3. Rencana Anggaran, Waktu dan Unit Pelaksana Penelitian Integratif Tahun 2010 – 2014 No Kode Kegiatan Biaya (X Rp. 1.000.000) 2010 2011 2012 I. 5.1 5.1.1.1 2. 5.1.1.7 Review tipe dan sebaran hutan rawa gambut terdegradasi 2014 Jmlh Klasifikasi Tipologi dan Sebaran Hutan Rawa Gambut 1. 2013 88 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014 150 150 100 100 500 150 150 100 100 500
  • 27. No Kode Kegiatan 3. 5.1.2.19 Klasifikasi tipologi dan sebaran hutan rawa gambut berdasarkan kondisi biofisik hutan 4. 5.1.3.1 Biaya (X Rp. 1.000.000) Ujicoba inventarisasi karakteristik gambut dengan telemetri 2010 2011 2012 2013 250 250 200 250 250 2014 Jmlh 700 250 Jumlah 5.1. 750 2.450 II 5.2 Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Terdegradasi 5. 5.2.1.7 Ujicoba teknik bioremediasi berbagai kondisi hutan alam rawa gambut (penyiapan lahan, ujicoba jenis, pola penanaman, penggunaan mikroba, pemilihan jenis asli setempat, pengayaan) 250 250 250 200 950 Jumlah 5.2. III 5.3 6. 5.3.1.16 7. 5.3.1.7 950 Teknologi pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan rawa gambut Teknik pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan rawa gambut 250 250 200 750 250 250 200 750 1.500 Jumlah 5.3. IV 5.4. Informasi adaptasi fenologi jenis-jenis pohon hutan rawa gambut 8. 5.4.1.16 Kajian phenologi adanya perubahan musim berbunga dan berbuah jenis-jenis pohon hutan rawa gambut 200 200 200 600 600 Jumlah 5.4. V 5.5 Alternatif pengelolaan hutan rawa gambut dengan pola partisipatif 9. 5.5.1.1 Kajian kelembagaan pengelolaan hutan rawa gambut dengan pola partisipatif 200 200 200 Pengelolaan Hutan Rawa Gambut 600 89
  • 28. No Kode Kegiatan Biaya (X Rp. 1.000.000) 2010 2011 2012 2013 2014 Jmlh 600 Jumlah 5.5. VI 5.6. Informasi dampak deforestasi hutan rawa gambut terhadap emisi GRK 10. 5.6.1.1 Kajian deforestasi hutan rawa gambut dalam upaya realisasi target penurunan emisi 26% 250 250 250 200 200 1.150 1.150 Jumlah 5.6. VII 5.7.1 Informasi potensi Kawasan Lindung (“HCVF”) pada hutan rawa gambut 11. 5.7.1.1 Identifikasi Kawasan Lindung (“HCVF”) pada ekosistem hutan rawa gambut 200 200 200 150 750 750 Jumlah 5.7. Jumlah Total : 8.000 Table 4. Matrik Kodeifikasi Pelaksanaan Kegiatan RPI No Kodefikasi 1 1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam (P3HKA) 2 2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman (P3HT) 3 3 Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (P3HH) 4 4 Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan (P2SEKK) 5 5 Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (B2PBPTH) Jogjakarta 6 6 Balai Besar Penelitian Dipterokarpa (B2PD) Samarinda 7 7 Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Aek Nauli 8 8 Balai Penelitian Hutan Penghasil Serat (BPHPS) Kuok 9 9 Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Palembang 10 10 Balai Penelitian Teknologi Perbenihan (BPTP) Bogor 11 11 Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Ciamis 12 12 Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Solo 90 Pelaksana RPI RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
  • 29. No Kodefikasi Pelaksana RPI 13 13 Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Mataram 14 14 Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Kupang 15 15 Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Banjarbaru 16 16 Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Samboja 17 17 Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado 18 18 Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Makasar 19 19 Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manokwari XIII. ORGANISASI Kegiatan penelitian integratif dikoordinasikan oleh seorang Koordinator dibantu oleh tiga orang Pembantu Teknis, dan Tim Sekretariat yang semuanya berada di Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam Bogor serta beberapa peneliti sebagai pelaksana kegiatan penelitian aspek dari Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam dan dari beberapa instansi lain, yaitu dari Balitbang Aek Nauli, Balitbang Samboja; dan Balitbang Manokwari. Penetapan Koordinator didasarkan pada Keputusan Kepala Badan Litbang Kehutanan No. SK.36/VIII-SET/2009 tertanggal 24 Agustus 2009, sedangkan penetapan Pembantu Teknis dan Tim Sekretariat didasarkan pada Keputusan Kepala Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam No. SK.21/Kpts/VIII-P3HKA/2009 tertanggal 1 Oktober 2009. XIV. DAFTAR PUSTAKA Adi, J., B. Setiadi dan J.O. Rieley. 2004. Hidrologi dan Simpanan Karbon Pada Lahan Gambut Kalimantan Tengah : Dampak Proyek PLG dan Kemungkinan Restorasi. Jurnal Air, Lahan dan Mitigasi Bencana. Alami Vol.9 1:27-34 Anonim 1991. Indonesian Tropical Forestry Action Programme. Country Brief. Ministry of Forestry. Government of Indonesia. FAO. Jakarta. Badan Planologi Kehutanan. 2005. Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2005. Departemen Kehutanan R.I Jakarta. Daryono, H. 1994. Impact Logging on Peat Swamp Forest in Central Kalimantan, Indonesia. PhD Thesis UPLB. Los Banos. The Philippines. 279 p. Pengelolaan Hutan Rawa Gambut 91
  • 30. Daryono, H. 2000. Kondisi Setelah Penebangan dan Pemilihan Jenis Pohon yang Sesuai Untuk Rehabilitasi dan Pengembangan Hutan Tanaman di Lahan Rawa Rambut dan Ekspose Hasil Penelitian di Hutan Lahan Basah. BTR.Banjarbaru. Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. 21-42 pp. Departemen Kehutanan. 2005. Pembangunan Hutan Tanaman di Lahan Gambut. Direktorat Jenderal Bina Produksi kehutanan. Seminar Pembangunan HTI di Lahan Gambut. Tantangan dan Realitas. Hal 3-4. Bogor, 14 September 2005. Deptrans, 1988. Tabel Perkiraan luas dan penyebaran lahan gambut di Indonesia menurut beberapa sumber. Di dalam, Najiyati, S., Lili Muslihat dan I Nyoman N. Suryadiputra. 2005. Panduan pengelolaan lahan gambut untuk pertanian berkelanjutan. Proyek Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia. Wetlands International – Indonesia Programme dan Wildlife Habitat Canada. Bogor. Indonesia. Hlm.2 Deptrans, 1990. Tabel perkiraan luas dan penyebaran lahan gambut di Indonesia menurut beberapa sumber. Di dalam, Najiyati, S., Lili Muslihat dan I Nyoman N. Suryadiputra. 2005. Panduan pengelolaan lahan gambut untuk pertanian berkelanjutan. Proyek Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia. Wetlands International – Indonesia Programme dan Wildlife Habitat Canada. Bogor. Indonesia. Hlm.2 Driessen, P.M. 1978. Peat soils. p763-779. In IRRI. Soils and Rice. Los Banos, Philippines. Driessen, P.M. 1976. Peat Soils. Di Dalam Seminar Soil and Rice. Soil Research Institute. Bogor. Indonesia 763-779 pp. Diemont, W.H., Nabuurs, G.J., Rieley, J.O., and Rijksen, H.D. 1997. Climate Change and Managemnet of Tropical Peatlands as a Carbon Reservoir. In Biodiversity and Sustainability of Tropical Peatlands.(Eds J.O Rieley and S.E. Page) Samara Publishing. Cardigan,UK. Pp. 363-368. Dwiyono, A. and Rachman, S. 1996. Management and Conservationof the tropical peat forest of Indonesia. In : Maltby, E., lmmirzi, C.P and Safford, R.J. (eds).Tropicallowaland peatlands of Southeast Asia, Poceedings of a workshop on integrated planning and managementof tropical lowland peatlands at Cisarua,Indonesia, 3 – 8 Jul 1992. IUCN,Gland, Switzerland. Euroconsult. 1984. Nationwide study of coastal and near coastal swampland in Sumatra, Kalimantan, and Irian Jaya. Vol. I and II, Arnhem. 92 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
  • 31. Gomez, K.A, and A.A. Gomez. 1984. Statistical Prosedure For Agricultural Research. 2nd ed. John Wiley and Sons. New York. 680p. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007. Tentang Percepatan Rehabilitasi dan Revitalisasi Kawasan pengembangan Lahan gambut Di Kalimantan Tengah. Keppres No.32 Tahun 1990. Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Keppres No.82 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Pengembangan Lahan Gambut Untuk Pertanian Untuk Tanaman Pangan Di Kalimantan Tengah Keppres No. 80. Tahun 1999. Tentang Pedoman Umum Perencanan dan Pengelolaan Kawasan Pengembangan Lahan Gambut di Kalimantan Tengah. Mulyanto, B. 2000. Pendekatan dan Strategi Pemanfaatan Hutan rawa Gambut.Eks PLG Sejuta Hektar. Di dalam prosiding Semi Pengelolaan Hutan Rawa Gambut dan Ekspose Hasil Penelitian di Hutan Lahan Basah. BTR, Banjarbaru. Puslitbang Hutan danKonservasi Alam. Bogor. Notohadiprawira,T. 1997 Twenty-Five years Experience in Peatland for Developmentand For Agriculture in Indonesia. In Biodiversity and Sustainability of Tropical Peatlands (Eds Riely ,JO and S.E Page ). Samara Publishing.Ltd. pp 301-309. Nugroho, K., Alkasuma, Paidi, W. Wahdini, Abdulrachman, H. Subagjo, dan IP.G. Widjaja-Adhi. 1992. Peta Areal Potensial untuk Pengembangan Pertanian Lahan Pasang Surut, Rawa dan Pantai. Proyek PendayagunaanSumberdaya Lahan, Puslittanak. Page SE, and J.O. Rieley. 1998. Tropical Peatlands : a Rieview of Their Natural Resources Functions with Particular Reference to Southeast Asia. International Peat Jurnal 8: 95-106 Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 14/Permentan/PL.110/2/2009. Tentang Pedoman Pemanfaatan Lahan Gambut Untuk Budidaya Kelapa Sawit Post, R.M., W.R . Emanuel, P.J. Zinke and Stangerberger. 1982. Soil Carbon Pools and World Life Zones. Nature 298: 156-159 Prentice, C. 1990. Environmental Action Plan For The North Selangor Peat Swamp Forest . Asian Wetland Bureau/WWF Malaysia, Kuala Lumpur. Malaysia. Puslittanak, 1981. Tabel Perkiraan luas dan penyebaran lahan gambut di Indonesia menurut beberapa sumber. Di dalam, Najiyati, S., Lili Pengelolaan Hutan Rawa Gambut 93
  • 32. Muslihat dan I Nyoman N. Suryadiputra. 2005. Panduan pengelolaan lahan gambut untuk pertanian berkelanjutan. Proyek Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia. Wetlands International – Indonesia Programme dan Wildlife Habitat Canada. Bogor. Indonesia. Hlm.2 Rajagukguk, B. 1993. Tabel perkiraan luas dan penyebaran lahan gambut di Indonesia menurut beberapa sumber. Di dalam, Najiyati, S., Lili Muslihat dan I Nyoman N. Suryadiputra. 2005. Panduan pengelolaan lahan gambut untuk pertanian berkelanjutan. Proyek Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia. Wetlands International – Indonesia Programme dan Wildlife Habitat Canada. Bogor. Indonesia. Hlm.2 Soekardi M., dan A. Hidayat.1988. Extent and distribution of peatsoils of Indonesia. Third meeting cooperative resarch on problem soils. CRIFC. Bogor. Subagyo, H., M. Sudjadi, E. Suryatna, and J. Dai. 1990. Wet soils of Indonesia. p. 248-259. In Kimble, J.M. 1992 (ed.). Proc. Eighth Int. Soil Correl. Meeting (VIII ISCOM): Characterization, Classification, and Utilization of Wet Soils. Takashi, H., S. Shimada, B.F. Ibie, A.Usup, Yudha and S.H. Limin. 2002. Annual changes of Water balance and a Drought Index in a Tropical Peatswamp Forest of Central Kalimantan. Indonesia. Proceeding of Jakarta Symposium on Peatlands for People. BPPT and Indonesian Association. Tim Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. 2000. Penyusunan Rencana Strategis Pola Rehabilitasi Hutan Ex Lahan Gambut Seluas 700.000 Ha Di Klaimantan Tengah. Laporan Akhir. Buku II. Data dan Analisis. Kerjasama Fakultas Kehutanan Istitut Pertanian Bogor dengan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Tahun Anggaran 1999/2000. Wahyunto, S. Ritung, Suparto dan H. Subagyo. 2005. Sebaran Gambut dan Kandungan Karbon di Sumatera dan Kalimantan. Proyek Climate Change, Forests and Peatlands in Indoesia. Wetllands InternationalIndonesia Programme dan Wildlife Habitat Canada.Bogor. Wetland International. 1996. Pelingkupan Amdal Di Lahan Basah (Disampaikan Oleh I.N.N Suryadipura). Seminar Regional Aplikasi Amdal Pada lahan Reklamasi Rawa. Pusat Penelitian Lingkungan. Universitas Lambung Mangkurat. 12 pp. 94 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
  • 33. Pengelolaan Hutan Rawa Gambut 95 1 No. TUJUAN/ SASARAN Sampai saat ini kondisi penutupan lahan gambut belum seluruhnya diketahui, bahkan luas hutan dan lahan gambut masih bervariasi cukup besar di Indonesia mulai 13,5 juta – 26,5 juta Ha. Sebagai contoh luas lahan gambut di Papua seluas 10,5 juta Ha (Pusittanak, 1981) , sumber lain 0,1 juta ha ( Driessen, 1978) , dan 8 juta Ha (Wetland International, 2005). Tipologi lahan gambut telah diketahui, tetapi perlu disempurnakan dan dilengkapi KONDISI SAAT INI - Kriteria dan indikator tipologi hutan OUTPUT - Teknik Klasifikasi (luas/tipe/ kondisi) dan sebaran hutan berdasar kan hutan gambut terdegradasi dan biofisik hutan 1. Review tipe dan sebaran hutan rawa gambut terdegradasi 2. Klasifikasi tipologi dan sebaran hutan rawa gambut berdasarkan kondisi biofisik hutan 3. Uji coba inventarisasi karakteristik gambut dengan telemetri Keakuratan para pihak dalam memprediksi data perhitungan karbon dalam hubungannya dengan perubahan iklim OUTCOME INDIKATOR A. Klasifikasi Tipologi dan sebaran hutan: CAKUPAN DAN AKTIVITAS Kerangka Kerja Logis RPI Pengelolaan Hutan Alam Rawa Gambut.. Mendapatkan IPTEK pengelolaan hutan alam lahan gambut secara bijaksana dengan mepertimbangkan aspek ekologi, ekonomi,social dan lingkungan secara lestari untuk kesejahteraan masyarakat Table 5. Pedoman, Petunjuk teknisyang sudah disyahkan oleh Kapus, Publikasi ilmiah ALAT VERIFIKASI P3HKA BPK. AEK nauli BPK. Semboja BPK.Manokwari PELAKSANA
  • 34. 96 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014 No. TUJUAN/ SASARAN Luas lahan gambut di Indonesia kurang lebih 20 juta ha, diperkirakan 50 % telah terdegradasi. Teknologi reboisasi dengan revegetasi dan rehabilitasi hidrologi yang diperoleh masih sangat terbatas, baik pemilihan jenis pohon yang tepat maupun teknik penanamannya. KONDISI SAAT INI 1. Ujicoba teknik bioremediasi berbagai kondisi hutan alam rawa gambut (penyiapan lahan, ujicoba jenis, pola penanaman, penggunaan mikroba, pemilihan jenis asli setempat, pengayaan) B. Teknologi Rehabilitasi Hutan Alam Rawa Gambut Terdegradasi : CAKUPAN DAN AKTIVITAS - Pedoman/ Teknik bioremediasi pada berbagai kondisi hutan alam rawa gambut terdegradasi -Pedoman Petunjuk teknis pengadaan bibit baik melalui propagasi generatif maupun vegetatif -Pedoman / Petunjuk teknis penyiapan lahan dan drainase di berbagai tipologi hutan dan lahan rawa gambut terdegradasi OUTPUT Perencanaan dalam keberhasilan Program rehabilitasi hutan rawa gambut terdegradasi OUTCOME INDIKATOR Pedoman, Petunjuk teknisyang sudah disyahkan oleh Kapus, Publikasi ilmiah ALAT VERIFIKASI P3HKA BPK. AEK nauli BPK. Semboja BPK.Manokwari PELAKSANA
  • 35. Pengelolaan Hutan Rawa Gambut 97 No. TUJUAN/ SASARAN Potensi flora dan fauna baru sebagian kecil saja terungkap khususnya potensi kayu. Paling sedikit 30 jenis jenis pohon asli rawa gambut sudah diketahui manfaat dan sifat kayunya. Untuk manfaat lainya seperti obat-obatan belum terungkap, seperti jenis Calophyllum spp .ektraksi bagian batangnya berpontensi untuk obat HIV aid dan kanker. Demikian juga untuk mikroorganisme. KONDISI SAAT INI 1. Teknik pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan rawa gambut C. Teknologi Pencegahan dan pengendalian kebakaran di lahan gambut CAKUPAN DAN AKTIVITAS Petunjuk teknis pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan gambut OUTPUT Perencanaan dalam Program pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan rawa gambut skala nasional OUTCOME INDIKATOR Pedoman, Petunjuk teknis yang sudah disyahkan oleh Kapus, Publikasi ilmiah ALAT VERIFIKASI P3HKA BPK. AEK nauli BPK. Semboja BPK.Manokwari PELAKSANA
  • 36. 98 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014 No. TUJUAN/ SASARAN Hambatan utama dalam upaya rehabilitasi gambut adalah tingkat kesuburan yang rendah sehingga upaya peningkatan kesuburan lahan perlu dilakukan dengan berbagai cara untuk keberhasilan dalam rehabilitasi lahan gambut terdegradasi. Kharakteristik yang spesifik, seperti seperti subsidensi, sifat kering tidak balik, merupakan reservoar air, timbunan gambut yang besar, mudah terbakar, sehingga mempunyai dampak global seperti perubahan iklim kalau tidak dikelola dengan baik. Pengelolaan air merupakan faktor penting. KONDISI SAAT INI 1. Kajian phenologi jenis-jenis pohon hutan rawa gambut: adaptasi terhadap perubahan iklim D. Informasi adaptasi fenologi jenisjenis pohon hutan rawa gambut CAKUPAN DAN AKTIVITAS Informasi waktu musim berbunga dan berbuah pohon di hutan rawa gambut OUTPUT Penunjang Program konservasi ex-situ dan insitu jenis-jenis pohon hutan rawa gambut OUTCOME INDIKATOR Pedoman, Petunjuk teknis yang sudah disyahkan oleh Kapus, Publikasi ilmiah ALAT VERIFIKASI P3HKA BPK. AEK nauli BPK. Semboja BPK.Manokwari PELAKSANA
  • 37. Pengelolaan Hutan Rawa Gambut 99 No. TUJUAN/ SASARAN Kerusakan ekosistem hutan rawa gambut salah satu sebab karena pembuatan drainase kanal yang kurang diperhitungkan, sehingga air tanah menjadi sangat turun dari permukaan gambut (> 100 cm) menyebabkan kekeringan dan mudah terjadi kebakaran, sebaliknya dimusim hujan terjadi kebanjiran. Oleh karena itu rehablitasi dimulai dengan rehabilitasi hidrologi dan disusul revegetasi. Rehabilitasi hidrologi Diharapkan dapat mencegah terjadinya kebakaran lahan gambut KONDISI SAAT INI 1. Kajian kelembagaan pengelolaan hutan rawa gambut dengan pola partisipatif E. Alternatif pengelolaan hutan rawa gambut dengan pola partisipatif CAKUPAN DAN AKTIVITAS Tersedianya data dan informasi mengenai kelembagaan pengelolaan hutan rawa gambut dengan pola partisipatif OUTPUT Program partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan rawa gambut OUTCOME INDIKATOR Pedoman, Petunjuk teknis yang sudah disyahkan oleh Kapus, Publikasi ilmiah ALAT VERIFIKASI P3HKA BPK. AEK nauli BPK. Semboja BPK.Manokwari PELAKSANA
  • 38. 100 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014 No. TUJUAN/ SASARAN Sistem silvikultur di hutan rawa gambut perlu disempurnakan, selama ini, sistem silvikulturnya disamakan dengan TPTI lahan kering. Sehingga uji coba sistem silviultur yang tepat untuk hutan rawa gambut perlu dilakukan dan disempurnakan KONDISI SAAT INI 1. Kajian deforestasi hutan rawa gambut dalam upaya realisasi target penurunan emisi 26 % F. Informasi dampak deforestasi hutan rawa gambut terhadap emisi GRK CAKUPAN DAN AKTIVITAS Tersedianya data dan informasi mengenai dampak deforestasi hutan rawa gambut terhadap emisi GRK OUTPUT Program dan Perencanaan penurunan emisi GRK OUTCOME INDIKATOR Pedoman, Petunjuk teknis yang sudah disyahkan oleh Kapus, Publikasi ilmiah ALAT VERIFIKASI P3HKA BPK. AEK nauli BPK. Semboja BPK.Manokwari PELAKSANA
  • 39. Pengelolaan Hutan Rawa Gambut 101 No. TUJUAN/ SASARAN Beberapa jenis unggulan asli rawa gambut telah diketahui terutama untuk kegiatan rehabiltasi, kurang lebih ada 28 jenis pohon penting yang prospektif untuk dikembangkan Saat ini, pemanenan hasil masih belum berdasarkan pertambahan pertumbuhan/riap. Pengamatan riap jenis-jenis pohon rawa gambut perlu terus dilakukan. Umumnya di rawa gambut pertumbuhannya rendah, pertumbuhan diameter berkisar 0,7 – 1,5 cm/tahun. Oleh karena itu, perlu tindakan silvikultur untuk meningkatkan riap KONDISI SAAT INI 1. Identifikasi kawasan Lindung (HCVF) pada ekosistem hutan rawa gaambut G. Informasi potensi Kawasan Lindung (HCVF) pada hutan rawa gambut CAKUPAN DAN AKTIVITAS Terindentifikasinya kawasan lindung (HCVF) di kawasan IUPHHK-HT dan IUPH-HK-HA di hutan rawa gambut OUTPUT Program pelestarian flora dan fauna yang terancam punah di kawasan hutan rawa gambut OUTCOME INDIKATOR Pedoman, Petunjuk teknis yang sudah disyahkan oleh Kapus, Publikasi ilmiah ALAT VERIFIKASI P3HKA BPK. AEK nauli BPK. Semboja BPK.Manokwari PELAKSANA