Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Makalah widia
1. TUGAS LABORATURIUM DASAR
GURU MAPEL : DWI ARDANI R. S,ST
PELAJARAN : LABORATURIUM DASAR
DISUSUN OLEH:
WULAN RAHMADANA
RATNA PALUPI
WIDIATI
SMK HUSADA PRIMA JURUSAN
KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2014/2015
2. Kata Pengantar
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit
sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian
alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira
besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“MAKALAH PERDARAHAN TENTANG ANTEPARTUM”.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar.
Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan
sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih
baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Samarinda,22 oktober 2014
Penyusun
3. DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
a.latar belakang......................................................................................
b.Tujuan penulisan .....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................
a. pendarahan antepartum .......................................................................
b. jenis-jenis pendarahan anterpatum ......................................................
1.solusi plasenta ...................................................................................
2.plasenta plavea ..................................................................................
3.etiologi ..............................................................................................
4.komplikasi .........................................................................................
5.gambaran kinik..................................................................................
6.pemeriksaan diagnostic .....................................................................
7.penatalaksaan ....................................................................................
BAB III PENUTUP
a. kesimpulan .....................................................................................
b. saran................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai suatu kelainan
yang berbahaya. Pendarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau
abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut perdaraha antepartum.
Perdarahan antepartum biasanya dibatasi pada perdarahan jalan-lahir setelah
kehamilan 28 minggu. Perdarahan setelah kehamilan 28 minggu, biasanya
lebih banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum kehamilan 28 minggu; oleh
karena itu, memerlukan penangan yang berbeda.
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan
plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta
umumnya kelainan servik, biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada
perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikir bahwa hal itu
bersumber pada kelainan plasenta.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas
Laboraturium Dasar dan untuk mengetahui dan memahami tentang
pendarahan antepartum.
2. Tujuan Khusus.
1. Mengetahui batasan pendarahan antepartum pada kehamilan
2. Mengetahui dan memahami pendarahan antepartum yang bersumber
pada kelainan plasenta seperti :
- solusio plasenta - Ruptur sinusmarginalis
- Plasenta previa - Plasenta sirkumvalata
- Insersio palamentosa - Vasa previa
5. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendarahan Antepartum
1. Pengertian
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada triwulan terakhir dari
kehamilan. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua adalah
kehamilan 28 minggu tanpa melihat berat janin, mengingat kemungkinan
hidup janin diluar uterus. Perdarahan setelah kehamilan 28 minggu biasanya
lebih banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum kehamilan 28 minggu,
oleh karena itu memerlukan penanganan yang berbeda.
Pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan
bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta, karena perdarahan
antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta,
sedangkan kelainan serviks tidak seberapa berbahaya.
Komplikasi yang terjadi pada kehamilan trimester 3 dalam hal ini
perdarahan antepartum, masih merupakan penyebab kematian ibu yang
utama. Oleh karena itu, sangat penting bagi bidan mengenali tanda dan
komplikasi yang terjadi pada penderita agar dapat memberikan asuhan
kebidanan secara baik dan benar, sehingga angka kematian ibu yang
disebabkan perdarahan dapat menurun.
6. B. Jenis-jenis perdarahan antepartum
1. Solusio Plasenta
a. Definisi
1) Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan
plasenta dari implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20
minggu dan sebelum janin lahir.(9).
2) Cunningham dalam bukunya mendefinisikan solusio plasenta sebagai
separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya korpus uteri
sebelum janin lahir.(1)
3) Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasi
normalnya sebelum janin lahir, dan definisi ini hanya berlaku apabila
terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500
gram (2)
7. b. Klasifikasi
1) Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat
pelepasan plasenta (2)
- Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.
- Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.
- Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang
terlepas.
2) Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan (4)
1.Solusio plasenta dengan perdarahan keluar
2.Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang membentuk
hematoma retroplacenter
3.Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong
amnion .
3) Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya
mengklasifikasikan solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya,
yaitu:(5,6)
1. Ringan : perdarahan <100-200 cc,uterus tidak tegang, belum ada
tanda renjatan, janin hidup,pelepasan plasenta <1/6 bagian
permukaan,kadar fibrinogen plasma >150 mg%
2. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda
pre renjatan, gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta
1/4-2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.
3. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda
renjatan, janin mati, pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3
bagian atau keseluruhan.
8. c. Etiologi
Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang
menjadi predisposisi
1) Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia
dan eklamsia. Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat
hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari
wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik,
sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan.(7,8)
2) Faktor trauma
- Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
-Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang
banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan
Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
3) Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa
penelitian menerangkan bahwa makin tinggi paritas ibu makin kurang
baik keadaan endometrium (7,8)
4) Faktor usia ibu
Makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun. (2)
5) Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio
plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung
leiomioma (1,7)
6) Faktor pengunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan
peningkatan pelepasan katekolamin yang bertanggung jawab atas
terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan berakibat
9. terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara
definitif
7) Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus
solusio plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1
(satu) bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok
plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas
pada mikrosirkulasinya
8) Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan
riwayat solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini
pada kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu
hamil yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta
9) Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena
cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan
lain-lain. (8)
d. Gambaran Klinis (1,2,3)
a) Solusio plasenta ringan
Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis, dimana
terdapat pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak.
Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan
sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya
terus menerus. Walaupun demikian, bagian-bagian janin masih mudah
diraba. Uterus yang agak tegang ini harus selalu diawasi, karena dapat saja
menjadi semakin tegang karena perdarahan yang berlangsung.
b) Solusio plasenta sedang
Dalam hal ini plasenta terlepas lebih dari 1/4 bagian, tetapi belum 2/3 luas
permukaan Tanda dan gejala dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio
plasenta ringan, tetapi dapat juga secara mendadak dengan gejala sakit
10. perut terus menerus, yang tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan
pervaginam. Walaupun perdarahan pervaginam dapat sedikit, tetapi
perdarahan sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah
jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya yang jika masih hidup mungkin
telah berada dalam keadaan gawat. Dinding uterus teraba tegang terus-menerus
dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar untuk diraba.
Jika janin masih hidup, bunyi jantung sukar didengar. Kelainan pembekuan
darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi,walaupun hal tersebut lebih
sering terjadi pada solusio plasenta berat
c) Solusio plasenta berat
Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya. Terjadi sangat tiba-tiba.
Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah
meninggal. Uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan
pervaginam tampak tidak sesuai dengan keadaan syok ibu, terkadang
perdarahan pervaginam mungkin saja belum sempat terjadi. Pada keadaan-keadaan
di atas besar kemungkinan telah terjadi kelainan pada pembekuan
darah dan kelainan/gangguan fungsi ginjal
e. Komplikasi
1) Syok perdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak
dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila
persalinan telah diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan
postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan
perdarahan pada kala III . Pada solusio plasenta berat keadaan syok sering
tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang terlihat (1,10,17)
2) Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio
plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena
perdarahan yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang
11. mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan yang
baik. (1,2)
3) Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia.
(2)
4) Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim
dan di bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum.
Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna
uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire.
Komplikasi yang dapat terjadi pada janin:
Fetal distress, Gangguan pertumbuhan/perkembangan, Hipoksia, anemia,
Kematian
f. Diagnosis (5)
1. Anamnesis
- Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut
- Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan sekonyong-konyong(
non-recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah
yang berwarna kehitaman
- Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti
- Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang.
- Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.
12. 2. Inspeksi
- Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.
- Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.
- Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).
3. Palpasi
- Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
- Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden
uterus) baik waktu his maupun di luar his.
- Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.
- Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang.
4. Auskultasi
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila DJJ terdengar biasanya di atas 140,
kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas
lebih dari 1/3 bagian.
5. Pemeriksaan dalam
F Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.
F Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang
F Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini
akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus
placenta
6. Pemeriksaan umum
Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita
penyakit vaskuler, tetapi akan turun dan pasien jatuh dalam keadaan syok.
Nadi cepat dan kecil
13. 7. Pemeriksaan laboratorium
- Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan
leukosit.
- Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-match test.
Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah
hipofibrinogenemia
8. Pemeriksaan plasenta.
Plasenta biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang terlepas
(kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya menempel di
belakang plasenta, yang disebut hematoma retroplacenter.
9. Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)
Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain :Terlihat daerah
terlepasnya plasenta, Janin dan kandung kemih ibu, Darah, Tepian plasenta
g. Terapi
1) Solusio plasenta ringan
Bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan
(perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin hidup)
dengan tirah baring dan observasi ketat, kemudian tunggu persalinan
spontan. (2)
Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio plasenta
makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah solusio plasenta
bertambah luas), maka kehamilan harus segera diakhiri. Bila janin hidup,
lakukan seksio sesaria, bila janin mati lakukan amniotomi disusul infus
oksitosin untuk mempercepat persalinan
14. 2) Solusio plasenta sedang dan berat(2)
Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan, penanganan
di rumah sakit meliputi transfusi darah, amniotomi, infus oksitosin dan jika perlu
seksio sesaria
Apabila diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berarti perdarahan telah
terjadi sekurang-kurangnya 1000 ml. Maka transfusi darah harus segera
diberikan. Amniotomi akan merangsang persalinan dan mengurangi tekanan
intrauterin.
Dengan melakukan persalinan secepatnya dan transfusi darah dapat
mencegah kelainan pembekuan darah. Persalinan diharapkan terjadi dalam 6
jam sejak berlangsungnya solusio plasenta. Tetapi jika tidak memungkinkan,
walaupun sudah dilakukan amniotomi dan infus oksitosin, maka satu-satunya
cara melakukan persalinan adalah seksio sesaria
Apoplexi uteroplacenta tidak merupakan indikasi histerektomi. Tetapi jika
perdarahan tidak dapat dikendalikan setelah dilakukan seksio sesaria maka
histerektomi perlu dilakukan.
2. PLASENTA PREVIA
1. Definisi
a. Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir, (prae:
didepan; vias: jalan). Jadi yang dimaksud adalah plasenta yang
implantasinya tidak normal ialah rendah sekali hingga menutupi seluruh
atau sebagian osium internum. Implantasi plasenta yang normal ialah
pada dinding depan atau dinding belakang rahim didaerah fundus uteri.
(Obsterti Patologi, Edisi 1984).
b. Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim dan menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum. (2).
15. c. Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya subnormal, yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi seluruh atau sebagian
jalan lahir. (1).
2. Klasifikasi Plasenta Previa
Plasenta previa dibagi kedalam tiga bagian yaitu:
1) Plasenta previa totalis: seluruh internum tertutup oleh plasenta.
2) Plasenta previa lateralis: hanya sebagian dari ostium tetutup oleh
plasenta.
3) Plaseta previa marginalis: hanya pada pingir ostium terdapat jaringa
plasenta. (Obsterti Patologi, Edisi 1984).
Dari klasifiskasi tersebut yang sama sekali tidak dapat melahirkan
pervaginam yaitu plasenta previa totalis seperti terdapat dalam
gambar berikut :
3. Etiologi
Belum diketahui pasti, frekuensi plasenta previa menigkat pada grade multi para.
Primigravida tua. Bekas seksiosesarea, bekas aborsi, kelainan janin dan
leiomioma uteri. (2).
a. Anamnesis: Perdarahan jalan lahir berwana merah segar tanpa rasa nyeri.
Tanpa sebab terutama pada multi para.
b. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan luar, bagian tebawah janin biasanya belum masuk pintu atas
panggul. Ada kelainan letak jain.
2) Pemeriksaan inspekulo, perdarahan berasal dari usteum uteri eksternum.
16. c. Penentun letak plasenta secara lansung baru dikerjakan jika fasilitas lain tidak
ada dan dilakukan dalam keadaan siap operasi, disebut dalam pemeriksaan
dalam meja operasi(PDMO), caranya sebagai berikut:
1) Perabaan fornik, hanya bermakna jika janin persentasi kepala. Sambil
mendorong sedikit kepala janin kearah pintu atas panggul. Perlahan-lahan
raba seluruh forniks dengan jari. Perabaan lunak jika antara jari dan
kepala terdapat plasenta
2) Pemeriksaan melalui kanalis servikalis, setelah pada perabaan forniks
dicurigai adanya plasenta previa. Bila kanalis servikalis telah terbuka,
perlahan-lahan masukan jari sekali-sekali berusaha menyusuri pinggir
plasenta seterusnya karena mungkin plasenta akan terlepas dari
inersinya. (2).
4. Komplikasi
1. Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia
karena perdarahan plasentitis, dan endometritis pasca persalinan.
2. Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasi seperti
Asfiksi berat. ( Mansjoer, 2002)
5. Gambaran Kinik
Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan pertama
dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa,
perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan berakibat fatal. Perdarahan
berikutnya hampir selalu banyak dari pada sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya telah
dilakukan pemeriksaan dalam. Sejak kehamilan 20 minggu segmen bawah uterus, pelebaran
segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat
dari dinding uterus. Pada saat ini dimulai terjadi perdarahan darah berwarna merah segar.
Sumber perdarahan ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari
dinding uterus perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidak mampuan serabut otot
segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan, tidak sebagai serabut
otot uterus untuk menghentikan perdarahan kala III dengan plasenta yang letaknya normal
makin rendah letak plasenta makin dini perdarahan terjadi, oleh karena itu perdarahan pada
plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini dari pada plasenta letak rendah, yang mungkin
baru berdarah setelah persalinan mulai. ( Wiknjosostro, 1999 : 368 )
17. 6. Pemeriksaan diagnostic
1) Anamnesis.Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu
berlangsung tanpa nyeri terutama pada multigravida, banyaknya perdarahan
tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari pada pemeriksaan
hematokrit.
2) Pemeriksaan Luar. Bagian bawah janin biasanya belum masuk pintu atas
panggul presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pintu atas
panggul mengelak ke samping dan sukar didorong ke dalam pintu atas
panggul.
3) Pemeriksaan In Spekulo. Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui apakah
perdarahan berasal dari osteum uteri eksternum atau dari ostium uteri
eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai.
4) Penentuan Letak Plasenta Tidak Langsung. Penentuan letak plasenta secara
tidak langsung dapat dilakukan radiografi, radioisotope, dan ultrasonagrafi.
Ultrasonagrafi penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat
tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya dan tidak
menimbulkan rasa nyeri. (Wiknjosostro, 2005)
5) Pemeriksaan Ultrasonografi. Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan
implantasi plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium bila jarak tepi 5
cm disebut plasenta letak rendah.
6) Diagnosis Plasenta Previa Secara Defenitif.. Dilakukan dengan PDMO yaitu
melakukan perabaan secara langsung melalui pembukaan serviks pada
perdarahan yang sangat banyak dan pada ibu dengan anemia berat, tidak
dianjurkan melakukan PDMO sebagai upaya menetukan diagnosis. (Saifudin,
2001)
18. 7. Penatalaksanaan
a. Terapi ekopektif
1) Tujuan terapi ekopektif ialah supaya janin tidak terlahir premature,
penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis
servikalis. Upaya diagnosis dilakukan secara non-infansif pemantauan
klinis dipantau secara ketat dan baik.
Syarat-syarat terapi ekopektif:
a) Kehamilan preterm dan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
b) Belum ada tanda-tanda inpartu.
c) Keadaan umum ibu cukp baik.
d) Janin masih hidup.
2) Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotic profilaksis.
3) Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui inplantasi plasenta, usia
kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin.
4) Berikan tokolitik jika ada kontaraksi.
a) MgSO4 4 grm iv dosis awal dilanjutkan 4grm setiap 6 jam.
b) Betametason 24 mg iv dosis tunggal untuk pematangan paru janin.
5) Uji pematangan paru janin dengan tes kocok(bubble tes) dan hasil
amniosentesis.
6) Bila setelah usia kehamilan diatas 24 minggu, plasenta masuh berada
disekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi
jelas, sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk
menghadapi kemungkinan keadaan gawat janin.
19. b. Terapi aktif
1) Wanita hamil diatas 2 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif
dan banyak, harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa
memandang maturnitas janin.
2) Untuk diagnosis plasenta previa dan menetukan cara menyelesaikan
persalinan, setelah semua persyaratan terpenuhi, lakukan PDMO jika:
a) Infuse atau tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap.
b) Kehamilan ≥ 37 minggu (BB 2500 grm) dan inpartu.
c) Janin telah meniggal atau terdapat anomaly kongenital mayor (misal:
anensefali).
d) Perdarahan dengan bagian bawah janin telah jauh melewati pintu atas
panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar).
Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa adalah:
1) Seksio sesarea
a) Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tidak
punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilaksanankan.
b) Tujuan seksio sesarea.
- Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera
berkontraksi dan menghentikan perdarahan.
- Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri,
jika janin dilahirkan pervaginam.
c) Lakukan perawatan lanjut paska bedah termaksud pemantauan
perdarahan, infeksi dan keseimbangan cairan masuk, keluar.
20. 3. . Insertio Velamentosa
insertio velamentosa
Insertio velamentosa adalah insersi tali pusat pada selaput janin.
Insersi velamentosa sering terjadi pada kehamilan ganda. Pada insersi
velamentosa, tali pusat dihubungkan dengan plasenta oleh selaput janin.
Kelainan ini merupakan kelainan insersi funiculus umbilikalis dan bukan
merupakan kelainan perkembangan plasenta. Karena pembuluh darahnya
berinsersi pada membran, maka pembuluh darahnya berjalan antara
funiculus umbilikalis dan plasenta melewati membran. Bila pembuluh darah
tersebut berjalan didaerah ostium uteri internum, maka disebut vasa previa.
Vasa previa ini sangat berbahaya karena pada waktu ketuban pecah, vasa
previa dapat terkoyak dan menimbulkan perdarahan yang berasal dari anak.
Gejalanya ialah perdarahan segera setelah ketuban pecah dan karena
perdarahan ini berasal dari anak maka dengan cepat bunyi jantung anak
menjadi buruk.
Vasa previa
1. Definisi
Vasa praevia adalah komplikasi obstetrik dimana pembuluh darah janin
melintasi atau berada di dekat ostium uteri internum (cervical os). Pembuluh
darah tersebut berada didalam selaput ketuban (tidak terlindung dengan
talipusat atau jaringan plasenta) sehingga akan pecah bila selaput ketuban
pecah.
21. 2. Etiologi
Vasa previa terjadi bila pembuluh darah janin melintasi selaput ketuban yang
berada di depan ostium uteri internum. Pembuluh darah tersebut dapat
berasal dari insersio velamentosa dari talipusat atau bagian dari lobus
suksenteriata (lobus aksesorius). Bila pembuluh darah tersebut pecah maka
akan terjadi robekan pembuluh darah sehingga terjadi eksanguisasi dan
kematian janin.
3. Patofisiologi
Penyebab dari pendarahan vasa previa yakni adaya pembuluh darah janin
melintasi selaput ketuban yang berada di depan ostium uteri internum.
Dimana pembuluh darah tersebut berasal dari insersio velamentosa.
Patofisologi pendarahan vasa previa disini hampir sama dengan etiologinya
karena hampir semua berhubungan.
4. Maninfestasi klinik.
- Dapat timbul perdarahan pada kehamilan ³ 20 minggu
- Darah berwarna merah segar
- Tidak disertai atau dapat disertai nyeri perut (kontraksi uterus)
- Perdarahan segera setelah ketuban pecah dan karena perdarahan ini
berasal dari anak maka dengan cepat bunyi jantung anak menjadi buruk.
5. Diagnosa
• Jarang terdiagnosa sebelum persalinan namun dapat diduga bila usg
antenatal dengan Coolor Doppler memperlihatkan adanya pembuluh darah
pada selaput ketuban didepan ostium uteri internum.
• Tes Apt : uji pelarutan basa hemoglobin. Diteteskan 2 – 3 tetes larutan
basa kedalam 1 mL darah. Eritrosit janin tahan terhadap pecah sehingga
campuran akan tetap berwarna merah. Jika darah tersebut berasal dari ibu,
eritrosit akan segera pecah dan campuran berubah warna menjadi coklat.
• Diagnosa dipastikan pasca salin dengan pemeriksaan selaput ketuban dan
plasenta
• Seringkali janin sudah meninggal saat diagnosa ditegakkan mengingat
bahwa sedikit perdarahan yang terjadi sudah berdampak fatal bagi janin
22. 6. Pemeriksaan penunjang
1. USG : biometri janin, plasenta (letak, derajat maturasi, dan kelainan), ICA.
2. Kardiotokografi:kehamilan > 28 minggu.
3. Laboratorium : darah perifer lengkap.
Penatalaksanaan
Segera di rujuk ke rumah sakit yang memadai yang dapat melakukan segera
seksio sesar.
4. Plasenta Sirkumvalata
Selama perkembangan amnion dan korion melipat kebelakang disekeliling tepi -
tepi plasenta. Dengan demikian korion ini masih berkesinambungan dengan tepi
plasenta tapi pelekatannya melipat kebelakang pada permukaan foetal.
Pada permukaan foetal dekat pada pinggir plasenta terdapat cincin putih. Cincin
putih ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan disebelah luarnya terdiri
dari vili yang timbul ke samping, dibawah desidua. Sebagai akibatnya pinggir
plasenta mudah terlepas dari dinding uterus dan perdarahan ini menyebabkan
perdarahan antepartum. Hal ini tidak dapat diketahui sebelum plasenta diperiksa
pada akhir kehamilan.
23. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada ibu hamil lebih dari 28 Minggu.
2. Penyebab perdarahan antepartum
a. Kelainan plasenta
- Plasenta previa
- Solusio previa
- Perdarahan antepartum yang tidak jelas sumbernya
b. Kelainan serviks & vagina
- Erosio porsionis uteri
- Karsionamia porsionis uteri
- Polipus servisis uteri
- Varises vulvae
- Trauma
B. Saran
Jika terjadi perdarahan antepartum sebagai tenaga kesehatan harus melakukan
penanganan sesegera mungkin. Bila perlu harus melakukan rujukan ke Rumah sakit
yang memiliki fasilitas operasi dan tranfusi darah.
24. DAFTAR PUSTAKA
Bobak dkk. 1995. Keperawatan maternitas. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC
Cunningham, F Gary at all. 2001. William obstetric 21th edition. United States of
America : the mcGraw hill companies
JNPKKR-POGI. 2005. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta. YBPSP. Hal 174-183
JNPKKR-MNH. Depkes RI. 2008. Asuhan persalinan Normal. Jakarta
Pusdiknakes. 2003. Konse p asuhan Kebidanan. WHO-JPHIEGO. Jakarta
R Sweet, Betty. 1997. Mayes Midwifery A Textbook for Midwives Twelf Edition.
UK:Balliere Tindal
Saifudin, A.B. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta. YBPSP. Hal M-25 — M-32
Varney, Helen. 1997. Varney’s Midwifey. Massachussets : Jones and bartlett
Publishers
Winkjosastro, hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – SP
Gasong MS, Hartono E, Moerniaeni N. Penatalaksanaan Perdarahan Antepartum.
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNHAS; 1997. 3-8.
Pritchard JA, MacDonald PC, Gant NF. Williams Obstetrics, 20th ed. R Hariadi, R
Prajitno Prabowo, Soedarto, penerjemah. Obstetri Williams. Edisi 20. Surabaya:
Airlangga University Press, 2001; 456-70.
Brudenell, Michael. 1996. Diabetes pada Kehamilan. Jakarta : EGC
Gray, Huon H [et.al..]. 2009. Kardiologi. Jakarta : Penerbit Erlangga
Moechtar R. Pedarahan Antepartum. Dalam: Synopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis
dan Obstetri Patologis, Edisi II. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998; 279