SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 24
TUGAS LABORATURIUM DASAR 
GURU MAPEL : DWI ARDANI R. S,ST 
PELAJARAN : LABORATURIUM DASAR 
DISUSUN OLEH: 
WULAN RAHMADANA 
RATNA PALUPI 
WIDIATI 
SMK HUSADA PRIMA JURUSAN 
KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2014/2015
Kata Pengantar 
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit 
sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian 
alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira 
besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul 
“MAKALAH PERDARAHAN TENTANG ANTEPARTUM”. 
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai 
pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya 
yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. 
Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan 
sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. 
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan 
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis 
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih 
baik lagi. 
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca. 
Samarinda,22 oktober 2014 
Penyusun
DAFTAR ISI 
HALAMAN JUDUL......................................................................................................... 
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 
a.latar belakang...................................................................................... 
b.Tujuan penulisan ..................................................................................................... 
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... 
a. pendarahan antepartum ....................................................................... 
b. jenis-jenis pendarahan anterpatum ...................................................... 
1.solusi plasenta ................................................................................... 
2.plasenta plavea .................................................................................. 
3.etiologi .............................................................................................. 
4.komplikasi ......................................................................................... 
5.gambaran kinik.................................................................................. 
6.pemeriksaan diagnostic ..................................................................... 
7.penatalaksaan .................................................................................... 
BAB III PENUTUP 
a. kesimpulan ..................................................................................... 
b. saran................................................................................................ 
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai suatu kelainan 
yang berbahaya. Pendarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau 
abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut perdaraha antepartum. 
Perdarahan antepartum biasanya dibatasi pada perdarahan jalan-lahir setelah 
kehamilan 28 minggu. Perdarahan setelah kehamilan 28 minggu, biasanya 
lebih banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum kehamilan 28 minggu; oleh 
karena itu, memerlukan penangan yang berbeda. 
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan 
plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta 
umumnya kelainan servik, biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada 
perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikir bahwa hal itu 
bersumber pada kelainan plasenta. 
B. Tujuan Penulisan 
1. Tujuan Umum 
Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas 
Laboraturium Dasar dan untuk mengetahui dan memahami tentang 
pendarahan antepartum. 
2. Tujuan Khusus. 
1. Mengetahui batasan pendarahan antepartum pada kehamilan 
2. Mengetahui dan memahami pendarahan antepartum yang bersumber 
pada kelainan plasenta seperti : 
- solusio plasenta - Ruptur sinusmarginalis 
- Plasenta previa - Plasenta sirkumvalata 
- Insersio palamentosa - Vasa previa
BAB II 
PEMBAHASAN 
A. Pendarahan Antepartum 
1. Pengertian 
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada triwulan terakhir dari 
kehamilan. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua adalah 
kehamilan 28 minggu tanpa melihat berat janin, mengingat kemungkinan 
hidup janin diluar uterus. Perdarahan setelah kehamilan 28 minggu biasanya 
lebih banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum kehamilan 28 minggu, 
oleh karena itu memerlukan penanganan yang berbeda. 
Pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan 
bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta, karena perdarahan 
antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, 
sedangkan kelainan serviks tidak seberapa berbahaya. 
Komplikasi yang terjadi pada kehamilan trimester 3 dalam hal ini 
perdarahan antepartum, masih merupakan penyebab kematian ibu yang 
utama. Oleh karena itu, sangat penting bagi bidan mengenali tanda dan 
komplikasi yang terjadi pada penderita agar dapat memberikan asuhan 
kebidanan secara baik dan benar, sehingga angka kematian ibu yang 
disebabkan perdarahan dapat menurun.
B. Jenis-jenis perdarahan antepartum 
1. Solusio Plasenta 
a. Definisi 
1) Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan 
plasenta dari implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 
minggu dan sebelum janin lahir.(9). 
2) Cunningham dalam bukunya mendefinisikan solusio plasenta sebagai 
separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya korpus uteri 
sebelum janin lahir.(1) 
3) Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasi 
normalnya sebelum janin lahir, dan definisi ini hanya berlaku apabila 
terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 
gram (2)
b. Klasifikasi 
1) Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat 
pelepasan plasenta (2) 
- Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya. 
- Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian. 
- Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang 
terlepas. 
2) Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan (4) 
1.Solusio plasenta dengan perdarahan keluar 
2.Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang membentuk 
hematoma retroplacenter 
3.Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong 
amnion . 
3) Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya 
mengklasifikasikan solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, 
yaitu:(5,6) 
1. Ringan : perdarahan <100-200 cc,uterus tidak tegang, belum ada 
tanda renjatan, janin hidup,pelepasan plasenta <1/6 bagian 
permukaan,kadar fibrinogen plasma >150 mg% 
2. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda 
pre renjatan, gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 
1/4-2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%. 
3. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda 
renjatan, janin mati, pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3 
bagian atau keseluruhan.
c. Etiologi 
Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang 
menjadi predisposisi 
1) Faktor kardio-reno-vaskuler 
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia 
dan eklamsia. Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat 
hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari 
wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik, 
sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan.(7,8) 
2) Faktor trauma 
- Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli. 
-Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang 
banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan 
Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain. 
3) Faktor paritas ibu 
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa 
penelitian menerangkan bahwa makin tinggi paritas ibu makin kurang 
baik keadaan endometrium (7,8) 
4) Faktor usia ibu 
Makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun. (2) 
5) Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio 
plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung 
leiomioma (1,7) 
6) Faktor pengunaan kokain 
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan 
peningkatan pelepasan katekolamin yang bertanggung jawab atas 
terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan berakibat
terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara 
definitif 
7) Faktor kebiasaan merokok 
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus 
solusio plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 
(satu) bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok 
plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas 
pada mikrosirkulasinya 
8) Riwayat solusio plasenta sebelumnya 
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan 
riwayat solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini 
pada kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu 
hamil yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta 
9) Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena 
cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan 
lain-lain. (8) 
d. Gambaran Klinis (1,2,3) 
a) Solusio plasenta ringan 
Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis, dimana 
terdapat pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak. 
Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan 
sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya 
terus menerus. Walaupun demikian, bagian-bagian janin masih mudah 
diraba. Uterus yang agak tegang ini harus selalu diawasi, karena dapat saja 
menjadi semakin tegang karena perdarahan yang berlangsung. 
b) Solusio plasenta sedang 
Dalam hal ini plasenta terlepas lebih dari 1/4 bagian, tetapi belum 2/3 luas 
permukaan Tanda dan gejala dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio 
plasenta ringan, tetapi dapat juga secara mendadak dengan gejala sakit
perut terus menerus, yang tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan 
pervaginam. Walaupun perdarahan pervaginam dapat sedikit, tetapi 
perdarahan sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah 
jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya yang jika masih hidup mungkin 
telah berada dalam keadaan gawat. Dinding uterus teraba tegang terus-menerus 
dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar untuk diraba. 
Jika janin masih hidup, bunyi jantung sukar didengar. Kelainan pembekuan 
darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi,walaupun hal tersebut lebih 
sering terjadi pada solusio plasenta berat 
c) Solusio plasenta berat 
Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya. Terjadi sangat tiba-tiba. 
Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah 
meninggal. Uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan 
pervaginam tampak tidak sesuai dengan keadaan syok ibu, terkadang 
perdarahan pervaginam mungkin saja belum sempat terjadi. Pada keadaan-keadaan 
di atas besar kemungkinan telah terjadi kelainan pada pembekuan 
darah dan kelainan/gangguan fungsi ginjal 
e. Komplikasi 
1) Syok perdarahan 
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak 
dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila 
persalinan telah diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan 
postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan 
perdarahan pada kala III . Pada solusio plasenta berat keadaan syok sering 
tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang terlihat (1,10,17) 
2) Gagal ginjal 
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio 
plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena 
perdarahan yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang
mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan yang 
baik. (1,2) 
3) Kelainan pembekuan darah 
Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia. 
(2) 
4) Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire) 
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim 
dan di bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum. 
Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna 
uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire. 
Komplikasi yang dapat terjadi pada janin: 
Fetal distress, Gangguan pertumbuhan/perkembangan, Hipoksia, anemia, 
Kematian 
f. Diagnosis (5) 
1. Anamnesis 
- Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut 
- Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan sekonyong-konyong( 
non-recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah 
yang berwarna kehitaman 
- Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti 
- Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang. 
- Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.
2. Inspeksi 
- Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan. 
- Pucat, sianosis dan berkeringat dingin. 
- Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu). 
3. Palpasi 
- Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan. 
- Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden 
uterus) baik waktu his maupun di luar his. 
- Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas. 
- Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang. 
4. Auskultasi 
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila DJJ terdengar biasanya di atas 140, 
kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas 
lebih dari 1/3 bagian. 
5. Pemeriksaan dalam 
F Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup. 
F Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang 
F Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini 
akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus 
placenta 
6. Pemeriksaan umum 
Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita 
penyakit vaskuler, tetapi akan turun dan pasien jatuh dalam keadaan syok. 
Nadi cepat dan kecil
7. Pemeriksaan laboratorium 
- Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan 
leukosit. 
- Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-match test. 
Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah 
hipofibrinogenemia 
8. Pemeriksaan plasenta. 
Plasenta biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang terlepas 
(kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya menempel di 
belakang plasenta, yang disebut hematoma retroplacenter. 
9. Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG) 
Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain :Terlihat daerah 
terlepasnya plasenta, Janin dan kandung kemih ibu, Darah, Tepian plasenta 
g. Terapi 
1) Solusio plasenta ringan 
Bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan 
(perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin hidup) 
dengan tirah baring dan observasi ketat, kemudian tunggu persalinan 
spontan. (2) 
Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio plasenta 
makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah solusio plasenta 
bertambah luas), maka kehamilan harus segera diakhiri. Bila janin hidup, 
lakukan seksio sesaria, bila janin mati lakukan amniotomi disusul infus 
oksitosin untuk mempercepat persalinan
2) Solusio plasenta sedang dan berat(2) 
Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan, penanganan 
di rumah sakit meliputi transfusi darah, amniotomi, infus oksitosin dan jika perlu 
seksio sesaria 
Apabila diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berarti perdarahan telah 
terjadi sekurang-kurangnya 1000 ml. Maka transfusi darah harus segera 
diberikan. Amniotomi akan merangsang persalinan dan mengurangi tekanan 
intrauterin. 
Dengan melakukan persalinan secepatnya dan transfusi darah dapat 
mencegah kelainan pembekuan darah. Persalinan diharapkan terjadi dalam 6 
jam sejak berlangsungnya solusio plasenta. Tetapi jika tidak memungkinkan, 
walaupun sudah dilakukan amniotomi dan infus oksitosin, maka satu-satunya 
cara melakukan persalinan adalah seksio sesaria 
Apoplexi uteroplacenta tidak merupakan indikasi histerektomi. Tetapi jika 
perdarahan tidak dapat dikendalikan setelah dilakukan seksio sesaria maka 
histerektomi perlu dilakukan. 
2. PLASENTA PREVIA 
1. Definisi 
a. Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir, (prae: 
didepan; vias: jalan). Jadi yang dimaksud adalah plasenta yang 
implantasinya tidak normal ialah rendah sekali hingga menutupi seluruh 
atau sebagian osium internum. Implantasi plasenta yang normal ialah 
pada dinding depan atau dinding belakang rahim didaerah fundus uteri. 
(Obsterti Patologi, Edisi 1984). 
b. Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah 
rahim dan menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum. (2).
c. Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya subnormal, yaitu pada 
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi seluruh atau sebagian 
jalan lahir. (1). 
2. Klasifikasi Plasenta Previa 
Plasenta previa dibagi kedalam tiga bagian yaitu: 
1) Plasenta previa totalis: seluruh internum tertutup oleh plasenta. 
2) Plasenta previa lateralis: hanya sebagian dari ostium tetutup oleh 
plasenta. 
3) Plaseta previa marginalis: hanya pada pingir ostium terdapat jaringa 
plasenta. (Obsterti Patologi, Edisi 1984). 
Dari klasifiskasi tersebut yang sama sekali tidak dapat melahirkan 
pervaginam yaitu plasenta previa totalis seperti terdapat dalam 
gambar berikut : 
3. Etiologi 
Belum diketahui pasti, frekuensi plasenta previa menigkat pada grade multi para. 
Primigravida tua. Bekas seksiosesarea, bekas aborsi, kelainan janin dan 
leiomioma uteri. (2). 
a. Anamnesis: Perdarahan jalan lahir berwana merah segar tanpa rasa nyeri. 
Tanpa sebab terutama pada multi para. 
b. Pemeriksaan fisik 
1) Pemeriksaan luar, bagian tebawah janin biasanya belum masuk pintu atas 
panggul. Ada kelainan letak jain. 
2) Pemeriksaan inspekulo, perdarahan berasal dari usteum uteri eksternum.
c. Penentun letak plasenta secara lansung baru dikerjakan jika fasilitas lain tidak 
ada dan dilakukan dalam keadaan siap operasi, disebut dalam pemeriksaan 
dalam meja operasi(PDMO), caranya sebagai berikut: 
1) Perabaan fornik, hanya bermakna jika janin persentasi kepala. Sambil 
mendorong sedikit kepala janin kearah pintu atas panggul. Perlahan-lahan 
raba seluruh forniks dengan jari. Perabaan lunak jika antara jari dan 
kepala terdapat plasenta 
2) Pemeriksaan melalui kanalis servikalis, setelah pada perabaan forniks 
dicurigai adanya plasenta previa. Bila kanalis servikalis telah terbuka, 
perlahan-lahan masukan jari sekali-sekali berusaha menyusuri pinggir 
plasenta seterusnya karena mungkin plasenta akan terlepas dari 
inersinya. (2). 
4. Komplikasi 
1. Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia 
karena perdarahan plasentitis, dan endometritis pasca persalinan. 
2. Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasi seperti 
Asfiksi berat. ( Mansjoer, 2002) 
5. Gambaran Kinik 
Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan pertama 
dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa, 
perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan berakibat fatal. Perdarahan 
berikutnya hampir selalu banyak dari pada sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya telah 
dilakukan pemeriksaan dalam. Sejak kehamilan 20 minggu segmen bawah uterus, pelebaran 
segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat 
dari dinding uterus. Pada saat ini dimulai terjadi perdarahan darah berwarna merah segar. 
Sumber perdarahan ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari 
dinding uterus perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidak mampuan serabut otot 
segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan, tidak sebagai serabut 
otot uterus untuk menghentikan perdarahan kala III dengan plasenta yang letaknya normal 
makin rendah letak plasenta makin dini perdarahan terjadi, oleh karena itu perdarahan pada 
plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini dari pada plasenta letak rendah, yang mungkin 
baru berdarah setelah persalinan mulai. ( Wiknjosostro, 1999 : 368 )
6. Pemeriksaan diagnostic 
1) Anamnesis.Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu 
berlangsung tanpa nyeri terutama pada multigravida, banyaknya perdarahan 
tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari pada pemeriksaan 
hematokrit. 
2) Pemeriksaan Luar. Bagian bawah janin biasanya belum masuk pintu atas 
panggul presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pintu atas 
panggul mengelak ke samping dan sukar didorong ke dalam pintu atas 
panggul. 
3) Pemeriksaan In Spekulo. Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui apakah 
perdarahan berasal dari osteum uteri eksternum atau dari ostium uteri 
eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai. 
4) Penentuan Letak Plasenta Tidak Langsung. Penentuan letak plasenta secara 
tidak langsung dapat dilakukan radiografi, radioisotope, dan ultrasonagrafi. 
Ultrasonagrafi penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat 
tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya dan tidak 
menimbulkan rasa nyeri. (Wiknjosostro, 2005) 
5) Pemeriksaan Ultrasonografi. Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan 
implantasi plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium bila jarak tepi 5 
cm disebut plasenta letak rendah. 
6) Diagnosis Plasenta Previa Secara Defenitif.. Dilakukan dengan PDMO yaitu 
melakukan perabaan secara langsung melalui pembukaan serviks pada 
perdarahan yang sangat banyak dan pada ibu dengan anemia berat, tidak 
dianjurkan melakukan PDMO sebagai upaya menetukan diagnosis. (Saifudin, 
2001)
7. Penatalaksanaan 
a. Terapi ekopektif 
1) Tujuan terapi ekopektif ialah supaya janin tidak terlahir premature, 
penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis 
servikalis. Upaya diagnosis dilakukan secara non-infansif pemantauan 
klinis dipantau secara ketat dan baik. 
Syarat-syarat terapi ekopektif: 
a) Kehamilan preterm dan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti. 
b) Belum ada tanda-tanda inpartu. 
c) Keadaan umum ibu cukp baik. 
d) Janin masih hidup. 
2) Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotic profilaksis. 
3) Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui inplantasi plasenta, usia 
kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin. 
4) Berikan tokolitik jika ada kontaraksi. 
a) MgSO4 4 grm iv dosis awal dilanjutkan 4grm setiap 6 jam. 
b) Betametason 24 mg iv dosis tunggal untuk pematangan paru janin. 
5) Uji pematangan paru janin dengan tes kocok(bubble tes) dan hasil 
amniosentesis. 
6) Bila setelah usia kehamilan diatas 24 minggu, plasenta masuh berada 
disekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi 
jelas, sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk 
menghadapi kemungkinan keadaan gawat janin.
b. Terapi aktif 
1) Wanita hamil diatas 2 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif 
dan banyak, harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa 
memandang maturnitas janin. 
2) Untuk diagnosis plasenta previa dan menetukan cara menyelesaikan 
persalinan, setelah semua persyaratan terpenuhi, lakukan PDMO jika: 
a) Infuse atau tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap. 
b) Kehamilan ≥ 37 minggu (BB 2500 grm) dan inpartu. 
c) Janin telah meniggal atau terdapat anomaly kongenital mayor (misal: 
anensefali). 
d) Perdarahan dengan bagian bawah janin telah jauh melewati pintu atas 
panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar). 
Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa adalah: 
1) Seksio sesarea 
a) Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk 
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tidak 
punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilaksanankan. 
b) Tujuan seksio sesarea. 
- Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera 
berkontraksi dan menghentikan perdarahan. 
- Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, 
jika janin dilahirkan pervaginam. 
c) Lakukan perawatan lanjut paska bedah termaksud pemantauan 
perdarahan, infeksi dan keseimbangan cairan masuk, keluar.
3. . Insertio Velamentosa 
insertio velamentosa 
Insertio velamentosa adalah insersi tali pusat pada selaput janin. 
Insersi velamentosa sering terjadi pada kehamilan ganda. Pada insersi 
velamentosa, tali pusat dihubungkan dengan plasenta oleh selaput janin. 
Kelainan ini merupakan kelainan insersi funiculus umbilikalis dan bukan 
merupakan kelainan perkembangan plasenta. Karena pembuluh darahnya 
berinsersi pada membran, maka pembuluh darahnya berjalan antara 
funiculus umbilikalis dan plasenta melewati membran. Bila pembuluh darah 
tersebut berjalan didaerah ostium uteri internum, maka disebut vasa previa. 
Vasa previa ini sangat berbahaya karena pada waktu ketuban pecah, vasa 
previa dapat terkoyak dan menimbulkan perdarahan yang berasal dari anak. 
Gejalanya ialah perdarahan segera setelah ketuban pecah dan karena 
perdarahan ini berasal dari anak maka dengan cepat bunyi jantung anak 
menjadi buruk. 
Vasa previa 
1. Definisi 
Vasa praevia adalah komplikasi obstetrik dimana pembuluh darah janin 
melintasi atau berada di dekat ostium uteri internum (cervical os). Pembuluh 
darah tersebut berada didalam selaput ketuban (tidak terlindung dengan 
talipusat atau jaringan plasenta) sehingga akan pecah bila selaput ketuban 
pecah.
2. Etiologi 
Vasa previa terjadi bila pembuluh darah janin melintasi selaput ketuban yang 
berada di depan ostium uteri internum. Pembuluh darah tersebut dapat 
berasal dari insersio velamentosa dari talipusat atau bagian dari lobus 
suksenteriata (lobus aksesorius). Bila pembuluh darah tersebut pecah maka 
akan terjadi robekan pembuluh darah sehingga terjadi eksanguisasi dan 
kematian janin. 
3. Patofisiologi 
Penyebab dari pendarahan vasa previa yakni adaya pembuluh darah janin 
melintasi selaput ketuban yang berada di depan ostium uteri internum. 
Dimana pembuluh darah tersebut berasal dari insersio velamentosa. 
Patofisologi pendarahan vasa previa disini hampir sama dengan etiologinya 
karena hampir semua berhubungan. 
4. Maninfestasi klinik. 
- Dapat timbul perdarahan pada kehamilan ³ 20 minggu 
- Darah berwarna merah segar 
- Tidak disertai atau dapat disertai nyeri perut (kontraksi uterus) 
- Perdarahan segera setelah ketuban pecah dan karena perdarahan ini 
berasal dari anak maka dengan cepat bunyi jantung anak menjadi buruk. 
5. Diagnosa 
• Jarang terdiagnosa sebelum persalinan namun dapat diduga bila usg 
antenatal dengan Coolor Doppler memperlihatkan adanya pembuluh darah 
pada selaput ketuban didepan ostium uteri internum. 
• Tes Apt : uji pelarutan basa hemoglobin. Diteteskan 2 – 3 tetes larutan 
basa kedalam 1 mL darah. Eritrosit janin tahan terhadap pecah sehingga 
campuran akan tetap berwarna merah. Jika darah tersebut berasal dari ibu, 
eritrosit akan segera pecah dan campuran berubah warna menjadi coklat. 
• Diagnosa dipastikan pasca salin dengan pemeriksaan selaput ketuban dan 
plasenta 
• Seringkali janin sudah meninggal saat diagnosa ditegakkan mengingat 
bahwa sedikit perdarahan yang terjadi sudah berdampak fatal bagi janin
6. Pemeriksaan penunjang 
1. USG : biometri janin, plasenta (letak, derajat maturasi, dan kelainan), ICA. 
2. Kardiotokografi:kehamilan > 28 minggu. 
3. Laboratorium : darah perifer lengkap. 
Penatalaksanaan 
Segera di rujuk ke rumah sakit yang memadai yang dapat melakukan segera 
seksio sesar. 
4. Plasenta Sirkumvalata 
Selama perkembangan amnion dan korion melipat kebelakang disekeliling tepi - 
tepi plasenta. Dengan demikian korion ini masih berkesinambungan dengan tepi 
plasenta tapi pelekatannya melipat kebelakang pada permukaan foetal. 
Pada permukaan foetal dekat pada pinggir plasenta terdapat cincin putih. Cincin 
putih ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan disebelah luarnya terdiri 
dari vili yang timbul ke samping, dibawah desidua. Sebagai akibatnya pinggir 
plasenta mudah terlepas dari dinding uterus dan perdarahan ini menyebabkan 
perdarahan antepartum. Hal ini tidak dapat diketahui sebelum plasenta diperiksa 
pada akhir kehamilan.
BAB III 
PENUTUP 
A. Kesimpulan 
1. Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada ibu hamil lebih dari 28 Minggu. 
2. Penyebab perdarahan antepartum 
a. Kelainan plasenta 
- Plasenta previa 
- Solusio previa 
- Perdarahan antepartum yang tidak jelas sumbernya 
b. Kelainan serviks & vagina 
- Erosio porsionis uteri 
- Karsionamia porsionis uteri 
- Polipus servisis uteri 
- Varises vulvae 
- Trauma 
B. Saran 
Jika terjadi perdarahan antepartum sebagai tenaga kesehatan harus melakukan 
penanganan sesegera mungkin. Bila perlu harus melakukan rujukan ke Rumah sakit 
yang memiliki fasilitas operasi dan tranfusi darah.
DAFTAR PUSTAKA 
Bobak dkk. 1995. Keperawatan maternitas. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC 
Cunningham, F Gary at all. 2001. William obstetric 21th edition. United States of 
America : the mcGraw hill companies 
JNPKKR-POGI. 2005. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan 
Neonatal. Jakarta. YBPSP. Hal 174-183 
JNPKKR-MNH. Depkes RI. 2008. Asuhan persalinan Normal. Jakarta 
Pusdiknakes. 2003. Konse p asuhan Kebidanan. WHO-JPHIEGO. Jakarta 
R Sweet, Betty. 1997. Mayes Midwifery A Textbook for Midwives Twelf Edition. 
UK:Balliere Tindal 
Saifudin, A.B. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan 
Neonatal. Jakarta. YBPSP. Hal M-25 — M-32 
Varney, Helen. 1997. Varney’s Midwifey. Massachussets : Jones and bartlett 
Publishers 
Winkjosastro, hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP 
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – SP 
Gasong MS, Hartono E, Moerniaeni N. Penatalaksanaan Perdarahan Antepartum. 
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNHAS; 1997. 3-8. 
Pritchard JA, MacDonald PC, Gant NF. Williams Obstetrics, 20th ed. R Hariadi, R 
Prajitno Prabowo, Soedarto, penerjemah. Obstetri Williams. Edisi 20. Surabaya: 
Airlangga University Press, 2001; 456-70. 
Brudenell, Michael. 1996. Diabetes pada Kehamilan. Jakarta : EGC 
Gray, Huon H [et.al..]. 2009. Kardiologi. Jakarta : Penerbit Erlangga 
Moechtar R. Pedarahan Antepartum. Dalam: Synopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis 
dan Obstetri Patologis, Edisi II. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998; 279

Más contenido relacionado

La actualidad más candente (20)

Hap &amp; kala iv
Hap &amp; kala ivHap &amp; kala iv
Hap &amp; kala iv
 
Makalah solusio plasenta
Makalah solusio plasentaMakalah solusio plasenta
Makalah solusio plasenta
 
Kelompok 5 perdarahan pada kehamilan tua
Kelompok 5 perdarahan pada kehamilan tuaKelompok 5 perdarahan pada kehamilan tua
Kelompok 5 perdarahan pada kehamilan tua
 
HEMORAJ ANTEPARTUM
HEMORAJ ANTEPARTUMHEMORAJ ANTEPARTUM
HEMORAJ ANTEPARTUM
 
Solusio plasenta
Solusio plasentaSolusio plasenta
Solusio plasenta
 
Solusio placenta
Solusio placentaSolusio placenta
Solusio placenta
 
Perdarahan hamil tua
Perdarahan hamil tuaPerdarahan hamil tua
Perdarahan hamil tua
 
Pendarahan pada hamil tua
Pendarahan pada hamil tuaPendarahan pada hamil tua
Pendarahan pada hamil tua
 
Solusio plasenta
Solusio plasentaSolusio plasenta
Solusio plasenta
 
solusio plasenta
solusio plasentasolusio plasenta
solusio plasenta
 
PPT PERDARAN PERVAGINA
PPT PERDARAN PERVAGINAPPT PERDARAN PERVAGINA
PPT PERDARAN PERVAGINA
 
Laporan Kasus Plasenta previa
Laporan Kasus Plasenta previaLaporan Kasus Plasenta previa
Laporan Kasus Plasenta previa
 
Solusio plasenta
Solusio plasentaSolusio plasenta
Solusio plasenta
 
Antepartum hemorrhage
Antepartum hemorrhageAntepartum hemorrhage
Antepartum hemorrhage
 
Ppt plasenta previa
Ppt plasenta previaPpt plasenta previa
Ppt plasenta previa
 
Plasenta previa (2)
Plasenta previa (2)Plasenta previa (2)
Plasenta previa (2)
 
Plasenta Previa
Plasenta PreviaPlasenta Previa
Plasenta Previa
 
10. gangguan dalam kala iii persalinan
10. gangguan dalam kala iii persalinan10. gangguan dalam kala iii persalinan
10. gangguan dalam kala iii persalinan
 
Plasenta previa
Plasenta previaPlasenta previa
Plasenta previa
 
Ketuban pecah sebelum waktunya. by surangga
Ketuban pecah sebelum waktunya. by suranggaKetuban pecah sebelum waktunya. by surangga
Ketuban pecah sebelum waktunya. by surangga
 

Similar a Makalah widia

Similar a Makalah widia (20)

207386836 abortus-inkomplit-docx
207386836 abortus-inkomplit-docx207386836 abortus-inkomplit-docx
207386836 abortus-inkomplit-docx
 
Referat placenta previa
Referat placenta previaReferat placenta previa
Referat placenta previa
 
FIX.docx
FIX.docxFIX.docx
FIX.docx
 
Word sc
Word scWord sc
Word sc
 
Makalah 1
Makalah 1Makalah 1
Makalah 1
 
Askep ruptur uteri
Askep ruptur uteriAskep ruptur uteri
Askep ruptur uteri
 
86345062 makalah-plasenta-previa
86345062 makalah-plasenta-previa86345062 makalah-plasenta-previa
86345062 makalah-plasenta-previa
 
Kegawatdaruratan Masa Kehamilan Muda
Kegawatdaruratan Masa Kehamilan MudaKegawatdaruratan Masa Kehamilan Muda
Kegawatdaruratan Masa Kehamilan Muda
 
Jurnal Aborsi
Jurnal AborsiJurnal Aborsi
Jurnal Aborsi
 
86345062 makalah-plasenta-previa
86345062 makalah-plasenta-previa86345062 makalah-plasenta-previa
86345062 makalah-plasenta-previa
 
86345062 makalah-plasenta-previa
86345062 makalah-plasenta-previa86345062 makalah-plasenta-previa
86345062 makalah-plasenta-previa
 
PPT GANGGUAN PERDARAHAN AWAL KEHAMILAN.pptx
PPT GANGGUAN PERDARAHAN AWAL KEHAMILAN.pptxPPT GANGGUAN PERDARAHAN AWAL KEHAMILAN.pptx
PPT GANGGUAN PERDARAHAN AWAL KEHAMILAN.pptx
 
Askep retensio plasenta
Askep retensio plasentaAskep retensio plasenta
Askep retensio plasenta
 
Askep retensio plasenta
Askep retensio plasentaAskep retensio plasenta
Askep retensio plasenta
 
Komplikasi persalinan
Komplikasi persalinanKomplikasi persalinan
Komplikasi persalinan
 
Kegawat Daruratan Kehamilan Lanjut
Kegawat Daruratan Kehamilan LanjutKegawat Daruratan Kehamilan Lanjut
Kegawat Daruratan Kehamilan Lanjut
 
Askep plasenta illaa
Askep plasenta illaaAskep plasenta illaa
Askep plasenta illaa
 
Askep retensio plasenta illa
Askep retensio plasenta illaAskep retensio plasenta illa
Askep retensio plasenta illa
 
Referat obgyn antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat obgyn  antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat obgyn  antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat obgyn antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Atonia uteri
Atonia uteriAtonia uteri
Atonia uteri
 

Último

LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 

Último (20)

LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 

Makalah widia

  • 1. TUGAS LABORATURIUM DASAR GURU MAPEL : DWI ARDANI R. S,ST PELAJARAN : LABORATURIUM DASAR DISUSUN OLEH: WULAN RAHMADANA RATNA PALUPI WIDIATI SMK HUSADA PRIMA JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2014/2015
  • 2. Kata Pengantar Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “MAKALAH PERDARAHAN TENTANG ANTEPARTUM”. Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca. Samarinda,22 oktober 2014 Penyusun
  • 3. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL......................................................................................................... KATA PENGANTAR ...................................................................................................... DAFTAR ISI...................................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. a.latar belakang...................................................................................... b.Tujuan penulisan ..................................................................................................... BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... a. pendarahan antepartum ....................................................................... b. jenis-jenis pendarahan anterpatum ...................................................... 1.solusi plasenta ................................................................................... 2.plasenta plavea .................................................................................. 3.etiologi .............................................................................................. 4.komplikasi ......................................................................................... 5.gambaran kinik.................................................................................. 6.pemeriksaan diagnostic ..................................................................... 7.penatalaksaan .................................................................................... BAB III PENUTUP a. kesimpulan ..................................................................................... b. saran................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
  • 4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai suatu kelainan yang berbahaya. Pendarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut perdaraha antepartum. Perdarahan antepartum biasanya dibatasi pada perdarahan jalan-lahir setelah kehamilan 28 minggu. Perdarahan setelah kehamilan 28 minggu, biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum kehamilan 28 minggu; oleh karena itu, memerlukan penangan yang berbeda. Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umumnya kelainan servik, biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikir bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas Laboraturium Dasar dan untuk mengetahui dan memahami tentang pendarahan antepartum. 2. Tujuan Khusus. 1. Mengetahui batasan pendarahan antepartum pada kehamilan 2. Mengetahui dan memahami pendarahan antepartum yang bersumber pada kelainan plasenta seperti : - solusio plasenta - Ruptur sinusmarginalis - Plasenta previa - Plasenta sirkumvalata - Insersio palamentosa - Vasa previa
  • 5. BAB II PEMBAHASAN A. Pendarahan Antepartum 1. Pengertian Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada triwulan terakhir dari kehamilan. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua adalah kehamilan 28 minggu tanpa melihat berat janin, mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus. Perdarahan setelah kehamilan 28 minggu biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum kehamilan 28 minggu, oleh karena itu memerlukan penanganan yang berbeda. Pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta, karena perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan kelainan serviks tidak seberapa berbahaya. Komplikasi yang terjadi pada kehamilan trimester 3 dalam hal ini perdarahan antepartum, masih merupakan penyebab kematian ibu yang utama. Oleh karena itu, sangat penting bagi bidan mengenali tanda dan komplikasi yang terjadi pada penderita agar dapat memberikan asuhan kebidanan secara baik dan benar, sehingga angka kematian ibu yang disebabkan perdarahan dapat menurun.
  • 6. B. Jenis-jenis perdarahan antepartum 1. Solusio Plasenta a. Definisi 1) Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin lahir.(9). 2) Cunningham dalam bukunya mendefinisikan solusio plasenta sebagai separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya korpus uteri sebelum janin lahir.(1) 3) Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasi normalnya sebelum janin lahir, dan definisi ini hanya berlaku apabila terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram (2)
  • 7. b. Klasifikasi 1) Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat pelepasan plasenta (2) - Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya. - Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian. - Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas. 2) Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan (4) 1.Solusio plasenta dengan perdarahan keluar 2.Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang membentuk hematoma retroplacenter 3.Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong amnion . 3) Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu:(5,6) 1. Ringan : perdarahan <100-200 cc,uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan, janin hidup,pelepasan plasenta <1/6 bagian permukaan,kadar fibrinogen plasma >150 mg% 2. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre renjatan, gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%. 3. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin mati, pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian atau keseluruhan.
  • 8. c. Etiologi Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi 1) Faktor kardio-reno-vaskuler Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia. Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan.(7,8) 2) Faktor trauma - Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli. -Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain. 3) Faktor paritas ibu Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa penelitian menerangkan bahwa makin tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan endometrium (7,8) 4) Faktor usia ibu Makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun. (2) 5) Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma (1,7) 6) Faktor pengunaan kokain Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan pelepasan katekolamin yang bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan berakibat
  • 9. terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif 7) Faktor kebiasaan merokok Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya 8) Riwayat solusio plasenta sebelumnya Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta 9) Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan lain-lain. (8) d. Gambaran Klinis (1,2,3) a) Solusio plasenta ringan Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis, dimana terdapat pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak. Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya terus menerus. Walaupun demikian, bagian-bagian janin masih mudah diraba. Uterus yang agak tegang ini harus selalu diawasi, karena dapat saja menjadi semakin tegang karena perdarahan yang berlangsung. b) Solusio plasenta sedang Dalam hal ini plasenta terlepas lebih dari 1/4 bagian, tetapi belum 2/3 luas permukaan Tanda dan gejala dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio plasenta ringan, tetapi dapat juga secara mendadak dengan gejala sakit
  • 10. perut terus menerus, yang tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam. Walaupun perdarahan pervaginam dapat sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya yang jika masih hidup mungkin telah berada dalam keadaan gawat. Dinding uterus teraba tegang terus-menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar untuk diraba. Jika janin masih hidup, bunyi jantung sukar didengar. Kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi,walaupun hal tersebut lebih sering terjadi pada solusio plasenta berat c) Solusio plasenta berat Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya. Terjadi sangat tiba-tiba. Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah meninggal. Uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tampak tidak sesuai dengan keadaan syok ibu, terkadang perdarahan pervaginam mungkin saja belum sempat terjadi. Pada keadaan-keadaan di atas besar kemungkinan telah terjadi kelainan pada pembekuan darah dan kelainan/gangguan fungsi ginjal e. Komplikasi 1) Syok perdarahan Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala III . Pada solusio plasenta berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang terlihat (1,10,17) 2) Gagal ginjal Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang
  • 11. mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan yang baik. (1,2) 3) Kelainan pembekuan darah Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia. (2) 4) Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire) Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire. Komplikasi yang dapat terjadi pada janin: Fetal distress, Gangguan pertumbuhan/perkembangan, Hipoksia, anemia, Kematian f. Diagnosis (5) 1. Anamnesis - Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut - Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan sekonyong-konyong( non-recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah yang berwarna kehitaman - Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti - Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang. - Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.
  • 12. 2. Inspeksi - Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan. - Pucat, sianosis dan berkeringat dingin. - Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu). 3. Palpasi - Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan. - Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden uterus) baik waktu his maupun di luar his. - Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas. - Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang. 4. Auskultasi Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila DJJ terdengar biasanya di atas 140, kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari 1/3 bagian. 5. Pemeriksaan dalam F Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup. F Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang F Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus placenta 6. Pemeriksaan umum Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler, tetapi akan turun dan pasien jatuh dalam keadaan syok. Nadi cepat dan kecil
  • 13. 7. Pemeriksaan laboratorium - Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan leukosit. - Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-match test. Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah hipofibrinogenemia 8. Pemeriksaan plasenta. Plasenta biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya menempel di belakang plasenta, yang disebut hematoma retroplacenter. 9. Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG) Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain :Terlihat daerah terlepasnya plasenta, Janin dan kandung kemih ibu, Darah, Tepian plasenta g. Terapi 1) Solusio plasenta ringan Bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan (perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin hidup) dengan tirah baring dan observasi ketat, kemudian tunggu persalinan spontan. (2) Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio plasenta makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah solusio plasenta bertambah luas), maka kehamilan harus segera diakhiri. Bila janin hidup, lakukan seksio sesaria, bila janin mati lakukan amniotomi disusul infus oksitosin untuk mempercepat persalinan
  • 14. 2) Solusio plasenta sedang dan berat(2) Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan, penanganan di rumah sakit meliputi transfusi darah, amniotomi, infus oksitosin dan jika perlu seksio sesaria Apabila diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berarti perdarahan telah terjadi sekurang-kurangnya 1000 ml. Maka transfusi darah harus segera diberikan. Amniotomi akan merangsang persalinan dan mengurangi tekanan intrauterin. Dengan melakukan persalinan secepatnya dan transfusi darah dapat mencegah kelainan pembekuan darah. Persalinan diharapkan terjadi dalam 6 jam sejak berlangsungnya solusio plasenta. Tetapi jika tidak memungkinkan, walaupun sudah dilakukan amniotomi dan infus oksitosin, maka satu-satunya cara melakukan persalinan adalah seksio sesaria Apoplexi uteroplacenta tidak merupakan indikasi histerektomi. Tetapi jika perdarahan tidak dapat dikendalikan setelah dilakukan seksio sesaria maka histerektomi perlu dilakukan. 2. PLASENTA PREVIA 1. Definisi a. Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir, (prae: didepan; vias: jalan). Jadi yang dimaksud adalah plasenta yang implantasinya tidak normal ialah rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian osium internum. Implantasi plasenta yang normal ialah pada dinding depan atau dinding belakang rahim didaerah fundus uteri. (Obsterti Patologi, Edisi 1984). b. Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum. (2).
  • 15. c. Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya subnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi seluruh atau sebagian jalan lahir. (1). 2. Klasifikasi Plasenta Previa Plasenta previa dibagi kedalam tiga bagian yaitu: 1) Plasenta previa totalis: seluruh internum tertutup oleh plasenta. 2) Plasenta previa lateralis: hanya sebagian dari ostium tetutup oleh plasenta. 3) Plaseta previa marginalis: hanya pada pingir ostium terdapat jaringa plasenta. (Obsterti Patologi, Edisi 1984). Dari klasifiskasi tersebut yang sama sekali tidak dapat melahirkan pervaginam yaitu plasenta previa totalis seperti terdapat dalam gambar berikut : 3. Etiologi Belum diketahui pasti, frekuensi plasenta previa menigkat pada grade multi para. Primigravida tua. Bekas seksiosesarea, bekas aborsi, kelainan janin dan leiomioma uteri. (2). a. Anamnesis: Perdarahan jalan lahir berwana merah segar tanpa rasa nyeri. Tanpa sebab terutama pada multi para. b. Pemeriksaan fisik 1) Pemeriksaan luar, bagian tebawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul. Ada kelainan letak jain. 2) Pemeriksaan inspekulo, perdarahan berasal dari usteum uteri eksternum.
  • 16. c. Penentun letak plasenta secara lansung baru dikerjakan jika fasilitas lain tidak ada dan dilakukan dalam keadaan siap operasi, disebut dalam pemeriksaan dalam meja operasi(PDMO), caranya sebagai berikut: 1) Perabaan fornik, hanya bermakna jika janin persentasi kepala. Sambil mendorong sedikit kepala janin kearah pintu atas panggul. Perlahan-lahan raba seluruh forniks dengan jari. Perabaan lunak jika antara jari dan kepala terdapat plasenta 2) Pemeriksaan melalui kanalis servikalis, setelah pada perabaan forniks dicurigai adanya plasenta previa. Bila kanalis servikalis telah terbuka, perlahan-lahan masukan jari sekali-sekali berusaha menyusuri pinggir plasenta seterusnya karena mungkin plasenta akan terlepas dari inersinya. (2). 4. Komplikasi 1. Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena perdarahan plasentitis, dan endometritis pasca persalinan. 2. Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasi seperti Asfiksi berat. ( Mansjoer, 2002) 5. Gambaran Kinik Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa, perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu banyak dari pada sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Sejak kehamilan 20 minggu segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat dari dinding uterus. Pada saat ini dimulai terjadi perdarahan darah berwarna merah segar. Sumber perdarahan ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan, tidak sebagai serabut otot uterus untuk menghentikan perdarahan kala III dengan plasenta yang letaknya normal makin rendah letak plasenta makin dini perdarahan terjadi, oleh karena itu perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini dari pada plasenta letak rendah, yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai. ( Wiknjosostro, 1999 : 368 )
  • 17. 6. Pemeriksaan diagnostic 1) Anamnesis.Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung tanpa nyeri terutama pada multigravida, banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari pada pemeriksaan hematokrit. 2) Pemeriksaan Luar. Bagian bawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pintu atas panggul mengelak ke samping dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul. 3) Pemeriksaan In Spekulo. Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari osteum uteri eksternum atau dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai. 4) Penentuan Letak Plasenta Tidak Langsung. Penentuan letak plasenta secara tidak langsung dapat dilakukan radiografi, radioisotope, dan ultrasonagrafi. Ultrasonagrafi penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya dan tidak menimbulkan rasa nyeri. (Wiknjosostro, 2005) 5) Pemeriksaan Ultrasonografi. Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium bila jarak tepi 5 cm disebut plasenta letak rendah. 6) Diagnosis Plasenta Previa Secara Defenitif.. Dilakukan dengan PDMO yaitu melakukan perabaan secara langsung melalui pembukaan serviks pada perdarahan yang sangat banyak dan pada ibu dengan anemia berat, tidak dianjurkan melakukan PDMO sebagai upaya menetukan diagnosis. (Saifudin, 2001)
  • 18. 7. Penatalaksanaan a. Terapi ekopektif 1) Tujuan terapi ekopektif ialah supaya janin tidak terlahir premature, penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servikalis. Upaya diagnosis dilakukan secara non-infansif pemantauan klinis dipantau secara ketat dan baik. Syarat-syarat terapi ekopektif: a) Kehamilan preterm dan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti. b) Belum ada tanda-tanda inpartu. c) Keadaan umum ibu cukp baik. d) Janin masih hidup. 2) Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotic profilaksis. 3) Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui inplantasi plasenta, usia kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin. 4) Berikan tokolitik jika ada kontaraksi. a) MgSO4 4 grm iv dosis awal dilanjutkan 4grm setiap 6 jam. b) Betametason 24 mg iv dosis tunggal untuk pematangan paru janin. 5) Uji pematangan paru janin dengan tes kocok(bubble tes) dan hasil amniosentesis. 6) Bila setelah usia kehamilan diatas 24 minggu, plasenta masuh berada disekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat janin.
  • 19. b. Terapi aktif 1) Wanita hamil diatas 2 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa memandang maturnitas janin. 2) Untuk diagnosis plasenta previa dan menetukan cara menyelesaikan persalinan, setelah semua persyaratan terpenuhi, lakukan PDMO jika: a) Infuse atau tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap. b) Kehamilan ≥ 37 minggu (BB 2500 grm) dan inpartu. c) Janin telah meniggal atau terdapat anomaly kongenital mayor (misal: anensefali). d) Perdarahan dengan bagian bawah janin telah jauh melewati pintu atas panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar). Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa adalah: 1) Seksio sesarea a) Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tidak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilaksanankan. b) Tujuan seksio sesarea. - Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan. - Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika janin dilahirkan pervaginam. c) Lakukan perawatan lanjut paska bedah termaksud pemantauan perdarahan, infeksi dan keseimbangan cairan masuk, keluar.
  • 20. 3. . Insertio Velamentosa insertio velamentosa Insertio velamentosa adalah insersi tali pusat pada selaput janin. Insersi velamentosa sering terjadi pada kehamilan ganda. Pada insersi velamentosa, tali pusat dihubungkan dengan plasenta oleh selaput janin. Kelainan ini merupakan kelainan insersi funiculus umbilikalis dan bukan merupakan kelainan perkembangan plasenta. Karena pembuluh darahnya berinsersi pada membran, maka pembuluh darahnya berjalan antara funiculus umbilikalis dan plasenta melewati membran. Bila pembuluh darah tersebut berjalan didaerah ostium uteri internum, maka disebut vasa previa. Vasa previa ini sangat berbahaya karena pada waktu ketuban pecah, vasa previa dapat terkoyak dan menimbulkan perdarahan yang berasal dari anak. Gejalanya ialah perdarahan segera setelah ketuban pecah dan karena perdarahan ini berasal dari anak maka dengan cepat bunyi jantung anak menjadi buruk. Vasa previa 1. Definisi Vasa praevia adalah komplikasi obstetrik dimana pembuluh darah janin melintasi atau berada di dekat ostium uteri internum (cervical os). Pembuluh darah tersebut berada didalam selaput ketuban (tidak terlindung dengan talipusat atau jaringan plasenta) sehingga akan pecah bila selaput ketuban pecah.
  • 21. 2. Etiologi Vasa previa terjadi bila pembuluh darah janin melintasi selaput ketuban yang berada di depan ostium uteri internum. Pembuluh darah tersebut dapat berasal dari insersio velamentosa dari talipusat atau bagian dari lobus suksenteriata (lobus aksesorius). Bila pembuluh darah tersebut pecah maka akan terjadi robekan pembuluh darah sehingga terjadi eksanguisasi dan kematian janin. 3. Patofisiologi Penyebab dari pendarahan vasa previa yakni adaya pembuluh darah janin melintasi selaput ketuban yang berada di depan ostium uteri internum. Dimana pembuluh darah tersebut berasal dari insersio velamentosa. Patofisologi pendarahan vasa previa disini hampir sama dengan etiologinya karena hampir semua berhubungan. 4. Maninfestasi klinik. - Dapat timbul perdarahan pada kehamilan ³ 20 minggu - Darah berwarna merah segar - Tidak disertai atau dapat disertai nyeri perut (kontraksi uterus) - Perdarahan segera setelah ketuban pecah dan karena perdarahan ini berasal dari anak maka dengan cepat bunyi jantung anak menjadi buruk. 5. Diagnosa • Jarang terdiagnosa sebelum persalinan namun dapat diduga bila usg antenatal dengan Coolor Doppler memperlihatkan adanya pembuluh darah pada selaput ketuban didepan ostium uteri internum. • Tes Apt : uji pelarutan basa hemoglobin. Diteteskan 2 – 3 tetes larutan basa kedalam 1 mL darah. Eritrosit janin tahan terhadap pecah sehingga campuran akan tetap berwarna merah. Jika darah tersebut berasal dari ibu, eritrosit akan segera pecah dan campuran berubah warna menjadi coklat. • Diagnosa dipastikan pasca salin dengan pemeriksaan selaput ketuban dan plasenta • Seringkali janin sudah meninggal saat diagnosa ditegakkan mengingat bahwa sedikit perdarahan yang terjadi sudah berdampak fatal bagi janin
  • 22. 6. Pemeriksaan penunjang 1. USG : biometri janin, plasenta (letak, derajat maturasi, dan kelainan), ICA. 2. Kardiotokografi:kehamilan > 28 minggu. 3. Laboratorium : darah perifer lengkap. Penatalaksanaan Segera di rujuk ke rumah sakit yang memadai yang dapat melakukan segera seksio sesar. 4. Plasenta Sirkumvalata Selama perkembangan amnion dan korion melipat kebelakang disekeliling tepi - tepi plasenta. Dengan demikian korion ini masih berkesinambungan dengan tepi plasenta tapi pelekatannya melipat kebelakang pada permukaan foetal. Pada permukaan foetal dekat pada pinggir plasenta terdapat cincin putih. Cincin putih ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan disebelah luarnya terdiri dari vili yang timbul ke samping, dibawah desidua. Sebagai akibatnya pinggir plasenta mudah terlepas dari dinding uterus dan perdarahan ini menyebabkan perdarahan antepartum. Hal ini tidak dapat diketahui sebelum plasenta diperiksa pada akhir kehamilan.
  • 23. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada ibu hamil lebih dari 28 Minggu. 2. Penyebab perdarahan antepartum a. Kelainan plasenta - Plasenta previa - Solusio previa - Perdarahan antepartum yang tidak jelas sumbernya b. Kelainan serviks & vagina - Erosio porsionis uteri - Karsionamia porsionis uteri - Polipus servisis uteri - Varises vulvae - Trauma B. Saran Jika terjadi perdarahan antepartum sebagai tenaga kesehatan harus melakukan penanganan sesegera mungkin. Bila perlu harus melakukan rujukan ke Rumah sakit yang memiliki fasilitas operasi dan tranfusi darah.
  • 24. DAFTAR PUSTAKA Bobak dkk. 1995. Keperawatan maternitas. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC Cunningham, F Gary at all. 2001. William obstetric 21th edition. United States of America : the mcGraw hill companies JNPKKR-POGI. 2005. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. YBPSP. Hal 174-183 JNPKKR-MNH. Depkes RI. 2008. Asuhan persalinan Normal. Jakarta Pusdiknakes. 2003. Konse p asuhan Kebidanan. WHO-JPHIEGO. Jakarta R Sweet, Betty. 1997. Mayes Midwifery A Textbook for Midwives Twelf Edition. UK:Balliere Tindal Saifudin, A.B. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. YBPSP. Hal M-25 — M-32 Varney, Helen. 1997. Varney’s Midwifey. Massachussets : Jones and bartlett Publishers Winkjosastro, hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – SP Gasong MS, Hartono E, Moerniaeni N. Penatalaksanaan Perdarahan Antepartum. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNHAS; 1997. 3-8. Pritchard JA, MacDonald PC, Gant NF. Williams Obstetrics, 20th ed. R Hariadi, R Prajitno Prabowo, Soedarto, penerjemah. Obstetri Williams. Edisi 20. Surabaya: Airlangga University Press, 2001; 456-70. Brudenell, Michael. 1996. Diabetes pada Kehamilan. Jakarta : EGC Gray, Huon H [et.al..]. 2009. Kardiologi. Jakarta : Penerbit Erlangga Moechtar R. Pedarahan Antepartum. Dalam: Synopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis dan Obstetri Patologis, Edisi II. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998; 279