Teks tersebut merangkum aktivitas harian seorang mahasiswi bernama Wilsa Ilhami. Ia mengikuti latihan tari untuk acara kampus, belajar untuk ujian, dan mengunjungi rumah hantu bersama teman-temannya. Teks tersebut juga menggambarkan perjalanan pulangnya setelah menunggu kakaknya yang terlambat karena antrian panjang di pom bensin.
1. Wilsa Ilhami (11 – 010 ) Sastra Indonesia
RUTINITAS
Rabu pagi, pukul 08.00 WIB, aku pergi ke kampus I untuk Latihan Tari yaitu “Tari
Persembahan”. Tari itu diadakan untuk acara “Bunkasai” yang dilaksanakan oleh Jurusan Sastra
Jepang. Pelaksanaannya akan dilangsungkan pada hari Kamis, jadi kami tampil sebagai
pembuka acara.
Sebelum memulai latihan tari, kami melihat para dosen dan para mahasiswa berkeliaran
tidak karuan. Aku sedang duduk dengan anggota tari lainnya pada kebingungan. Tiba-tiba
datang seorang mahasiswa mendekati kami, seraya berkata bahwa salah satu dosen kita yaitu
Buk Des meninggal.
Mendengar khabar itu, kami semua terkejut. Karena sebelumnya kami menganggap itu
sesuatu yang tidak penting, nyatanya berita yang paling mengejutkan. Tidak berapa lama, anak
Jurusan saja berkumpul di taman dekat kami duduk, mata mereka merah dan membengkak,
tetapi hanya anak yang perempuan saja dan temanku yang bernama Sherli dan Kak Yeni
menangis tersedu-sedu, sepertinya ibu itu Dosen yang mereka senangi di saat menggali ilmu.
Beberapa waktu kemudian, salah satu anggota tari yaitu Kak Dini pergi ke rumah Ibu
Des, sehingga membuat kami menunggu terlalu lama. Sebab pada awalnya latihan di mulai
pada pukul 08.00 WIB, waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB, padahal kak Dini
sebelumnya juga terlambat. Menunggu merupakan sesuatu hal yang membosankan.
Sekitar pukul 11.00 WIB, baru Kak Dini memperlihatkan batang hidungnya, salah satu
dari kami langsung pergi ke ruang Tata Usaha untuk mengambil kunci OB, dan kami semua
langsung menuju ruang OB. Kami latihan tari selama satu jam setengah, setelah itu kami pergi
menuju warung belakang dekat perpustakaan untuk makan. Siap makan dan memastikan perut
ini benar-benar bisa dibawa jalan dengan enteng. Kamipun kembali menuju ruang OB, untuk
melanjutkan latihan, latihan yang kedua ini berjalan sampai jam setengah tiga sore, dan setelah
itu kami pulang ke rumah masing-masing. Aku keluar dari kampus berjalan menuju simpang dan
aku naik angkot.
WILSA ILHAMI
SASTRA INDONESIA
NPM : 11 - 010
2. Wilsa Ilhami (11 – 010 ) Sastra Indonesia
Pada hari berikutnya merupakan Acara Peresmian Bunkasai. Aku datang ke kampus
pukul 07.00 WIB, karena aku dan anggota tari lainnya harus cepat-sepat selesai dandan. Kami
tampil Tari Persembahan pada pukul 08.00 WIB, sebab orang yang akan di dandani terlalu
banyak. Sedangkan yang mendandani hanya dua orang.
Hatiku terasa dek-dekan. Aku merasa sangat nervous sekali, karena baru kali ini aku
mengikuti Tari Persembahan. Sebelum masuk ke ruang Hi dan Ha, di perjalanan menuju ruang
itu, orang sangat rame. Aku membulatkan hati untuk melawan rasa malu dan nervous. Tidak
berapa lama, acara Pembukaan Bunkasai resmi dibuka oleh seorang Host. Ia langsung
menyebut akan langsung ditampilkan Tari Persembahan. Kami semua langsung berjalan menuju
pentas dengan tenang.
Di pentas, banyak dosen dan ada juga tamu dari Jepang duduk pada bagian depan. Aku
terus mencoba untuk tetap tenang. Berselang waktu kami memulai untuk menari. Kami tampil
hanya sekitar 10 menit. Setelah itu kami keluar dari ruangan itu. Setiba diluar ada anak-anak
SMA ingin berfoto bersama kami, yang mengambil gambar adalah seorang guru dari anak-anak
SMA tersebut.
Selesai berfoto-foto, aku dan anggota tari pergi menuju ruang OB. Kami mengganti
pakaian. Setelah itu aku dan temanku Pepi, Fitri dan Patina, pergi ke Istana Hantu. Tempat itu
merupakan tempat yang paling banyak dikunjungi. Kami ingin memasukinya, dan kamipun pergi
mengambil tiket seharga Rp. 7.000,- karena kami dari Kampus sendiri, maka harganya di korting
dua ribu.
Sebelum masuk aku menitipkan tas kepada temanku. Untuk masuk, aku berdiri pada
bagian belakang. Aku takut dan tidak berani untuk didepan. Ruangan itu sangat gelap, Pintu
langsung ditutup dan tidak boleh dibuka lagi. Kami berteriak Histeri di dalamnya, karena tidak
tahu jalan. Aku memegang pinggang Fitri dengan kencang. Aku tidak mau terlepas apalagi
ketinggalan. Disebuah ruangan yang kami diberi lampu hijau dan kuning yang tidak terang itu,
aku melihat dan sambil merunduk, ada pocong yang sedang berdiri dipojokan. Aku langsung
berteriak tak karuan. Peganganku semakin kencang ke pinggang Fitri. Sebelum memasuki
ruangan itu, Aku, Parina dan Fitri mencoba untuk tenang. Langkah demi langkah kami ayunkan
untuk masuk. Diruangan itu pocong yang kami lihat tadi langsung mendekati, aku langsung
3. Wilsa Ilhami (11 – 010 ) Sastra Indonesia
meloncat dan berteriak, sehingga membuat kami salah masuk ruangan. Ruangan itu di penuhi
oleh kuntilanak yang sedang menggendong bayi. Tak lama kemudian, datang Suster Ngesot dan
Kuntilanak satu lagi. Kuntilanak ini ingin bersalaman dengan kami. Melihat itu aku langsung
berteriak sekencang-kencangnya. Kamipun terkepung dan tidak tahu jalan keluar, karena selang
gelapnya. Tiba-tiba datang pocong dari belakang kami dan berkata “Ikuti Saya Kak…………!!. Ia
berkata seperti itu untuk menunjukan jalan keluar, kamipun mengikutinya, ternyata ada suster
ngesot yang sudah menunggu di dekat pintu jalan keluar. Kami berteriak sambil lari. Akhirnya
bisa keluar juga. Hatiku mulai terasa lega. Dan kami menulis kesan terhadap Rumah Hantu
tersebut.
Setelah kewalahan, kami duduk di medan nan bapaneh untuk menenangkan diri. Ketika
duduk panitiapun memberitahukan ada lomba memindahkan kacang memakai sumpit dari satu
mangkok ke mangkok satu lagi. Aku tidak mengikuti lomba itu, karena masih merasa gemetar.
Sebagian dari para mahasiswa dan pengunjung lainnya mendekati. Permainan itu lumayan
banyak diminati, salah satu senior kami bernama Galih tertarik dengan lomba itu. Kami
khususnya Sindo, memberi semangat dan dukungan dengan memberikan tepukan serentak,
sangat disayangkan Kak Galih tidak memenangkan lomba itu.
Hari Jum’at pukul 10.00 WIB aku kembali datang ke kampus I untuk kuliah tambahan
dengan Buk Nel. Kami belajar sebanyak dua SKS, sehingga kami keluar pukul 11.45 WIB. Selesai
itu aku di ajak oleh Fitri ke ruangan Miss Santi untuk wawancara.
Pukul 12.15 WIB aku pergi ke kantin dekat perpustakaan. Waktu terus berjalan akupun
bergegas menuju Mesjid dekat Kampus. Aku kesana untuk menghadiri acara Responsi yang
merupakan cabang dari ilmu agama dan diadakan satu minggu sekali. Setelah Responsi aku
langsung pulang ke kost, aku membersihkan kamar. Terfokus dengan kerjaan, tiba-tiba
terdengar suara dari Magicom “Klik”, yang menandakan nasi sudah matang, aku segera
menghentikan pekerjaan dan berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci tangan. Aku
mengambil piring dan mengambil dua sendok nasi, karena nasinya masih panas, aku ambil air
dan meminumnya, baru setelah itu aku makan.
Hari sudah menunjukkan pukul 16.15 WIB, akupun takut ketinggalan , dan tidak mau
membuatnya menunggu. Aku berjalan sambil tergesa-gesa, dan melintasi jalan dengan hati-
4. Wilsa Ilhami (11 – 010 ) Sastra Indonesia
hati, sampai diseberang, aku tidak melihat kakakku, tetapi tidak apa-apa aku menunggu
daripada ditunggu. Sambil menunggu aku duduk di kursi yang disediakan. Lumayan lama
menunggu….!
Beberapa menit kemudian baru kakakku datang, ia bilang terlambat karena di Pom
Bensin antrian terlalu panjang. Ketika ia berkata seperti itu, aku langsung naik ke atas motor
dan melewati perjalan dengan hati yang tenang.