SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 21
Wahyu Yun Santoso
 Sejak masa Hindia Belanda sudah banyak sekali

“pencurian” thdp barang purbakala
 Tercatat thn 1896 Raja Chulalongkorn II datang ke Jawa
&pulang memboyong 5 arca Buddha, 2 arca Singa, arca
raksasa dan beberapa ornamen atas surat ijin dr Residen
Kedu tgl 17 Juli 1896
 Wabah demam barang kuno di Eropa dgn munculnya
aliran Romantik di akhir abad ke-18 mjd alasan
pendukung maraknya pencurian ini.
 Pada tahun 1900 diadakan seminar di Dresden, Belanda
 menghasilkan kesepakatan bahwa orang tak berhak
mengubah atau menambah satu bangunan kuno dengan
gaya dan corak tak sejaman.
 Tahun 1901, pemerintah Hindia Belanda membentuk








komisi yg menangani masalah peninggalan purbakala,
Comissie in Netherlansch Indie voor Oudheidkundige
Onder zoek op Java en Madura. Dipimpin oleh Dr. J.L.A.
Brandes yang bertugas menangani kepurbakalaan di
Indonesia
Badan tersebut diganti pada tahun 1913 dengan
berdirinya Oudheidkundige Dienst in Nedelandsch –
Indie sebagai badan tetap di bidang kepurbakalaan.
Pada tahun 1913 ini pula dibuat Monumenten
Ordonnantie No. 19 (Undang-Undang tentang
Monumen) sebagai cikal bakal Undang-Undang yang
mengatur kepurbakalaan di Indonesia.
Selanjutnya diubah dengan Monumenten
Ordonnantie No. 21 Tahun 1924.
Pada tahun 1924 didirikan pula sebuah badan yang
bernama Oudheidkundige Vereeniging Madjapahit yang
berkedudukan di Trowulan yang bergerak khusus dalam
lapangan penelitian terhadap ibukota Majapahit
 1953: oleh Jawatan Purbakala kmd berubah menjadi Dinas









Purbakala dan Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional
(LPPN).
1975: LPPN pecah 2  Pusat Penelitian Purbakala dan
Peninggalan Nasional (PusP3N) dan Direktorat Sejarah dan
Purbakala (DSP).
1980: kembali diubah menjadi Pusat Penelitian Arkeologi
Nasional (Puslitarkenas) dan Direktorat Perlindungan dan
Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala (Ditlinbinjarah).
Sekarang: ada tiga pengelola  Direktorat Peninggalan
Purbakala, Direktorat Peninggalan Bawah Air, dan Pusat
Penelitian Arkeologi.
Sementara di daerah terdapat Unit Pelaksana Teknis yang
bernama Balai Arkeologi (Balar) yang berjumlah 10 buah dan
Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) berjumlah 8
buah serta Balai Konservasi Borobudur
Dasar hukum: UU No. 11 Tahun 2010 ttg Cagar Budaya
 Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat
kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan
Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar
Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau
di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena
memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui
proses penetapan.
 Benda Cagar Budaya adalah benda alam dan/atau
benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak
bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagianbagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan
erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan
manusia.
 berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;
 mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima

puluh) tahun;
 memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan; dan
 memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian
bangsa.
Satuan ruang geografis dapat ditetapkan sebagai Kawasan
Cagar Budaya apabila:
 mengandung 2 (dua) Situs Cagar Budaya atau lebih yang
letaknya berdekatan;
 berupa lanskap budaya hasil bentukan manusia berusia
paling sedikit 50 (lima puluh) tahun;
 memiliki pola yang memperlihatkan fungsi ruang pada
masa lalu berusia paling sedikit 50 (lima puluh) tahun;
 memperlihatkan pengaruh manusia masa lalu pada proses
pemanfaatan ruang berskala luas;
 memperlihatkan bukti pembentukan lanskap budaya; dan
 memiliki lapisan tanah terbenam yang mengandung bukti
kegiatan manusia atau endapan fosil.
 Lokasi yang mengandung Benda Cagar Budaya,

Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar
Budaya; dan menyimpan informasi kegiatan manusia
pada masa lalu.

Catatan: Benda, bangunan, struktur, lokasi, atau satuan ruang geografis
yang atas dasar penelitian memiliki arti khusus bagi masyarakat atau
bangsa Indonesia, ttp tdk peuhi kriteria Cagar Budaya dapat diusulkan.







Kepemilikan (psl 12) dan penguasaan oleh setiap
orang diperbolehkan, asalkan jumlah sudah cukup
berlebih dan memperhatikan fungsi sosial.
Kepemilikan dan penguasaan dapat melalui
pewarisan, hibah, tukar-menukar, hadiah,
pembelian, dan/atau putusan atau penetapan
pengadilan, kecuali yang dikuasai oleh Negara.
Kecuali tidak ada ahli waris  akan dikuasai oleh
negara.
Masyarakat hukum adat dapat memiliki dan
menguasai kawasan cagar budaya tersendiri.
1. Semua benda cagar budaya dikuasai oleh Negara.
2. Penguasaan BCB meliputi BCB yang terdpt di
wilayah hukum Republik Indonesia.
3. Pengembalian benda cagar budaya yg pd saat
berlakunya UU ini berada di luar wilayah hukum
Republik Indonesia, dlm rangka penguasaan oleh
Negara, dilaksanakan Pemerintah sesuai dgn
konvensi internasional.









WNA atau BHA tidak dapat memiliki dan/atau
menguasai Cagar Budaya, yang tinggal dan menetap
di wilayah NKRI.
Kompensasi utk yg melindungi atau merawat CB
lebih konkrit  Insentif berupa pengurangan pajak
bumi dan bangunan dan/atau pajak penghasilan
dapat diberikan oleh Pemerintah atau Pemerintah
Daerah kepada ybs.
Kompensasi utk penemu akan diatur lebih lanjut
dgn PP.
Inisiasi sistem register dan pemeringkatan status
BCB
Ancaman sanksi dan denda yang lebih tegas.
 Bupati/wali kota mengeluarkan penetapan status Cagar

Budaya paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah
rekomendasi diterima dari Tim Ahli Cagar Budaya yang
menyatakan benda, bangunan, struktur, lokasi, dan/atau
satuan ruang geografis yang didaftarkan layak sebagai
Cagar Budaya.
 Setelah tercatat dalam Register Nasional Cagar Budaya,
pemilik Cagar Budaya berhak memperoleh jaminan
hukum berupa:
a. surat keterangan status Cagar Budaya; dan
b. surat keterangan kepemilikan berdasarkan bukti
yang sah.
 Penemu benda, bangunan, dan/atau struktur yang telah
ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya, Bangunan
Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya berhak
mendapat Kompensasi.
Berbasis pada World Heritage Trust - UNESCO
 1991 - Taman Nasional Komodo
 1991 - Taman Nasional Ujung Kulon
 1991 - Candi Borobudur
 1991 - Candi Prambanan
 1996 - Situs manusia purba Sangiran
 1999 - Taman Nasional Lorentz
 2004- Hutan hujan tropis Sumatera (Taman Nasional
Sembilang, Taman Nasional Gunung Leuser, Taman
Nasional Kerinci Seblat, dan Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan)
 2012- Lanskap Budaya Provinsi Bali
Utk menjamin visibilitas yang
lebih baik bagi warisan budaya
tak benda dan kesadaran akan
nilai pentingnya
Indonesia:
 Wayang
 Batik Indonesia
 Keris Indonesia
 Angklung
 Tari Saman
 Tas Noken
Adat dan Budaya

Masyarakat adat adalah kelompok masyarakat
yang memiliki asal usul leluhur (secara turun
temurun) di wilayah geografis tertentu, serta
memiliki sistem nilai, ideologi, ekonomi, politik,
sosial budaya, dan wilayah sendiri
Konggres Masyarakat Adat Nusantara, 1 Maret 1999
Warisan masyarakat adat berupa:
 bahasa, kesenian, musik, tari-tarian, lagu dan upacara
 pertanian dan pengetahuan dan praktek-praktek
ekologi dan teknis
 spritual, lokasi-lokasi sakral dan peninggalanpeninggalan nenek moyang
 dokumentasi dari semua yang tercantum di atas
 "Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan

masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip-prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang diatur dalam Undang-Undang".
 Pasal ini, walaupun untuk pelaksanaannya masing
memerlukan UU, menempatkan komunitas-komunitas
masyarakat adat dalam posisi yang kuat dan penting dalam
kehidupan berbangsa-bernegara di Indonesia.
 "Penguasaan hutan oleh negara tetap memperhatikan

hak masyarakat hukum adat, sepanjang kenyataannya
masih ada dan diakui keberadaannya, serta tidak
bertentangan dengan kepentingan nasional" (Pasal 4
ayat 3).
 Permasalahan  Kata ‘kenyataannya masih ada’ dapat
diartikan mengharuskan keberadaan masyarakat adat
dibuktikan dahulu sebelum haknya dapat diakui !!
 Terikat dan patuh pada satu hukum adat tertentu
 Ada Lembaga Adat
 Ada peradilan adat yang dipatuhi
 Ada wilayah hukum adat yang jelas batasnya
 Masih mengadakan pemungutan hasil hutan di wilayah

hutan sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari
 Hukum Adat bisa berupa aturan lisan yang diingat






sepanjang generasi
Struktur lembaga Informal dipatuhi dan menjadi bagian
dari kehidupan menyeluruh masyarakat adat
Sifatnya sanksi yang tidak tertulis tetapi sudah menjadi
bagian perjanjian di dalam masyarakat adat
Batas dipahami oleh masyarakat biasanya menggunakan
batas alam
Konsep yang dimiliki masyarakat adat adalah
pengelolaan. Hutan menjadi "Bank", yang akan diambil
bila dibutuhkan

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SurabayaRencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SurabayaPenataan Ruang
 
ANALISIS ASPEK FISIK DAN NON FISIK PERUMAHAN ZARINDAH PERMAI KABUPATEN GOWA
ANALISIS ASPEK FISIK DAN NON FISIK PERUMAHAN ZARINDAH PERMAI KABUPATEN GOWAANALISIS ASPEK FISIK DAN NON FISIK PERUMAHAN ZARINDAH PERMAI KABUPATEN GOWA
ANALISIS ASPEK FISIK DAN NON FISIK PERUMAHAN ZARINDAH PERMAI KABUPATEN GOWAchris_william
 
teknik survei perancangan tapak unpab
teknik survei perancangan tapak unpabteknik survei perancangan tapak unpab
teknik survei perancangan tapak unpabBenny Iskandar
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BandungRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BandungPenataan Ruang
 
Pranata Pembangunan Pertemuan 1
Pranata Pembangunan Pertemuan 1Pranata Pembangunan Pertemuan 1
Pranata Pembangunan Pertemuan 1Nurul Angreliany
 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR (STUPA) 5
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR (STUPA) 5STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR (STUPA) 5
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR (STUPA) 5Agus Hendrowibowo
 
9 pendekatan-pendekatan dalam urban design
9 pendekatan-pendekatan dalam urban design9 pendekatan-pendekatan dalam urban design
9 pendekatan-pendekatan dalam urban designRahmat Prihadi
 
Visual survey dalam Urban Design
Visual survey dalam Urban DesignVisual survey dalam Urban Design
Visual survey dalam Urban DesignAgus Dwi Wicaksono
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota BatuRencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota BatuPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten MalangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten MalangPenataan Ruang
 
Rencana Atap dan Detail Kuda Kuda
Rencana Atap dan Detail Kuda Kuda Rencana Atap dan Detail Kuda Kuda
Rencana Atap dan Detail Kuda Kuda Rian Irvandi
 
Pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan
Pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkunganPedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan
Pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkunganinfosanitasi
 
Bab iv rancang kota konsep perancangan
Bab iv rancang kota konsep perancanganBab iv rancang kota konsep perancangan
Bab iv rancang kota konsep perancanganLatifah Tio
 
Teknik Bangunan Bentang Lebar
Teknik Bangunan Bentang LebarTeknik Bangunan Bentang Lebar
Teknik Bangunan Bentang LebarBarley Prima
 
perancangan-hotel-bintang-4
perancangan-hotel-bintang-4perancangan-hotel-bintang-4
perancangan-hotel-bintang-4Subandri Oo
 
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007Yogan Daru Prabowo
 

La actualidad más candente (20)

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SurabayaRencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya
 
ANALISIS ASPEK FISIK DAN NON FISIK PERUMAHAN ZARINDAH PERMAI KABUPATEN GOWA
ANALISIS ASPEK FISIK DAN NON FISIK PERUMAHAN ZARINDAH PERMAI KABUPATEN GOWAANALISIS ASPEK FISIK DAN NON FISIK PERUMAHAN ZARINDAH PERMAI KABUPATEN GOWA
ANALISIS ASPEK FISIK DAN NON FISIK PERUMAHAN ZARINDAH PERMAI KABUPATEN GOWA
 
Tapak 2
Tapak 2Tapak 2
Tapak 2
 
Rancang kota yang baik
Rancang kota yang baikRancang kota yang baik
Rancang kota yang baik
 
teknik survei perancangan tapak unpab
teknik survei perancangan tapak unpabteknik survei perancangan tapak unpab
teknik survei perancangan tapak unpab
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BandungRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung
 
Pranata Pembangunan Pertemuan 1
Pranata Pembangunan Pertemuan 1Pranata Pembangunan Pertemuan 1
Pranata Pembangunan Pertemuan 1
 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR (STUPA) 5
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR (STUPA) 5STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR (STUPA) 5
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR (STUPA) 5
 
9 pendekatan-pendekatan dalam urban design
9 pendekatan-pendekatan dalam urban design9 pendekatan-pendekatan dalam urban design
9 pendekatan-pendekatan dalam urban design
 
Visual survey dalam Urban Design
Visual survey dalam Urban DesignVisual survey dalam Urban Design
Visual survey dalam Urban Design
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota BatuRencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten MalangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang
 
Rencana Atap dan Detail Kuda Kuda
Rencana Atap dan Detail Kuda Kuda Rencana Atap dan Detail Kuda Kuda
Rencana Atap dan Detail Kuda Kuda
 
Pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan
Pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkunganPedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan
Pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan
 
Teori figure ground
Teori figure groundTeori figure ground
Teori figure ground
 
Bab iv rancang kota konsep perancangan
Bab iv rancang kota konsep perancanganBab iv rancang kota konsep perancangan
Bab iv rancang kota konsep perancangan
 
Teknik Bangunan Bentang Lebar
Teknik Bangunan Bentang LebarTeknik Bangunan Bentang Lebar
Teknik Bangunan Bentang Lebar
 
perancangan-hotel-bintang-4
perancangan-hotel-bintang-4perancangan-hotel-bintang-4
perancangan-hotel-bintang-4
 
Arsitektur islam
Arsitektur islam Arsitektur islam
Arsitektur islam
 
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007
 

Similar a I. konservasi cagar budaya 0813

UU No. 11 th 2010 ttg Cagar budaya
UU No. 11 th 2010 ttg Cagar budayaUU No. 11 th 2010 ttg Cagar budaya
UU No. 11 th 2010 ttg Cagar budayaSei Enim
 
UU No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya
UU No. 11 tahun 2010 tentang Cagar BudayaUU No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya
UU No. 11 tahun 2010 tentang Cagar BudayaPenataan Ruang
 
2. BAB I.pdf
2. BAB I.pdf2. BAB I.pdf
2. BAB I.pdfAdon14
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYAPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYAiniPurwokerto
 
Karya Tulis Pemanfaatan Tempat Bersejarah untuk Lokasi Pariwisata sebagai Pen...
Karya Tulis Pemanfaatan Tempat Bersejarah untuk Lokasi Pariwisata sebagai Pen...Karya Tulis Pemanfaatan Tempat Bersejarah untuk Lokasi Pariwisata sebagai Pen...
Karya Tulis Pemanfaatan Tempat Bersejarah untuk Lokasi Pariwisata sebagai Pen...bagask_25
 
Haki Expresi budaya tradisional.pptx
Haki Expresi budaya tradisional.pptxHaki Expresi budaya tradisional.pptx
Haki Expresi budaya tradisional.pptxWidyaWulandari30
 
3 Budaya_Lokal- - www.kherysuryawan.id.pdf
3 Budaya_Lokal- - www.kherysuryawan.id.pdf3 Budaya_Lokal- - www.kherysuryawan.id.pdf
3 Budaya_Lokal- - www.kherysuryawan.id.pdfGurtiMartia1
 
Museum pemasyarakatan indonesia
Museum pemasyarakatan indonesiaMuseum pemasyarakatan indonesia
Museum pemasyarakatan indonesiaTurino Djunaidi
 
Uji Publik RUU Cagar Budaya (Sept - Okt 2010)
Uji Publik RUU Cagar Budaya (Sept - Okt  2010)Uji Publik RUU Cagar Budaya (Sept - Okt  2010)
Uji Publik RUU Cagar Budaya (Sept - Okt 2010)Elanto Wijoyono
 
Manusia dan Kebudayaan Indonesia
Manusia dan Kebudayaan IndonesiaManusia dan Kebudayaan Indonesia
Manusia dan Kebudayaan IndonesiaNurul Jannah
 
2. Mengembalikan Kuasa Mukim atas Pengelolaan SDA di Aceh
2. Mengembalikan Kuasa Mukim atas Pengelolaan SDA di Aceh2. Mengembalikan Kuasa Mukim atas Pengelolaan SDA di Aceh
2. Mengembalikan Kuasa Mukim atas Pengelolaan SDA di AcehAgus Halim
 
Tradisi sejarah masyarakat indonesia sebelum mengenal tulisan dan
Tradisi sejarah masyarakat indonesia sebelum mengenal tulisan danTradisi sejarah masyarakat indonesia sebelum mengenal tulisan dan
Tradisi sejarah masyarakat indonesia sebelum mengenal tulisan danmaranathatesa
 
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di IndonesiaMira Sari
 
Hasil Kebudayaan Praaksara Tingkat Lanjut
Hasil Kebudayaan Praaksara Tingkat LanjutHasil Kebudayaan Praaksara Tingkat Lanjut
Hasil Kebudayaan Praaksara Tingkat LanjutChristina Dwi Rahayu
 
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah
Naskah Akademik Rancangan Peraturan DaerahNaskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daeraherikasiluq
 
Memahami wawasan kebangsaan dan integritas bangsa
Memahami wawasan kebangsaan dan integritas bangsa Memahami wawasan kebangsaan dan integritas bangsa
Memahami wawasan kebangsaan dan integritas bangsa Supardi Pasgu
 

Similar a I. konservasi cagar budaya 0813 (20)

UU No. 11 th 2010 ttg Cagar budaya
UU No. 11 th 2010 ttg Cagar budayaUU No. 11 th 2010 ttg Cagar budaya
UU No. 11 th 2010 ttg Cagar budaya
 
UU No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya
UU No. 11 tahun 2010 tentang Cagar BudayaUU No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya
UU No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya
 
PERDA-10-2019-CAGAR BUDAYA.pdf
PERDA-10-2019-CAGAR BUDAYA.pdfPERDA-10-2019-CAGAR BUDAYA.pdf
PERDA-10-2019-CAGAR BUDAYA.pdf
 
2. BAB I.pdf
2. BAB I.pdf2. BAB I.pdf
2. BAB I.pdf
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYAPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA
 
Karya Tulis Pemanfaatan Tempat Bersejarah untuk Lokasi Pariwisata sebagai Pen...
Karya Tulis Pemanfaatan Tempat Bersejarah untuk Lokasi Pariwisata sebagai Pen...Karya Tulis Pemanfaatan Tempat Bersejarah untuk Lokasi Pariwisata sebagai Pen...
Karya Tulis Pemanfaatan Tempat Bersejarah untuk Lokasi Pariwisata sebagai Pen...
 
Haki Expresi budaya tradisional.pptx
Haki Expresi budaya tradisional.pptxHaki Expresi budaya tradisional.pptx
Haki Expresi budaya tradisional.pptx
 
3 Budaya_Lokal- - www.kherysuryawan.id.pdf
3 Budaya_Lokal- - www.kherysuryawan.id.pdf3 Budaya_Lokal- - www.kherysuryawan.id.pdf
3 Budaya_Lokal- - www.kherysuryawan.id.pdf
 
Museum pemasyarakatan indonesia
Museum pemasyarakatan indonesiaMuseum pemasyarakatan indonesia
Museum pemasyarakatan indonesia
 
Uji Publik RUU Cagar Budaya (Sept - Okt 2010)
Uji Publik RUU Cagar Budaya (Sept - Okt  2010)Uji Publik RUU Cagar Budaya (Sept - Okt  2010)
Uji Publik RUU Cagar Budaya (Sept - Okt 2010)
 
Manusia dan Kebudayaan Indonesia
Manusia dan Kebudayaan IndonesiaManusia dan Kebudayaan Indonesia
Manusia dan Kebudayaan Indonesia
 
2. Mengembalikan Kuasa Mukim atas Pengelolaan SDA di Aceh
2. Mengembalikan Kuasa Mukim atas Pengelolaan SDA di Aceh2. Mengembalikan Kuasa Mukim atas Pengelolaan SDA di Aceh
2. Mengembalikan Kuasa Mukim atas Pengelolaan SDA di Aceh
 
Tradisi sejarah masyarakat indonesia sebelum mengenal tulisan dan
Tradisi sejarah masyarakat indonesia sebelum mengenal tulisan danTradisi sejarah masyarakat indonesia sebelum mengenal tulisan dan
Tradisi sejarah masyarakat indonesia sebelum mengenal tulisan dan
 
Artikel1
Artikel1Artikel1
Artikel1
 
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia
 
Hasil Kebudayaan Praaksara Tingkat Lanjut
Hasil Kebudayaan Praaksara Tingkat LanjutHasil Kebudayaan Praaksara Tingkat Lanjut
Hasil Kebudayaan Praaksara Tingkat Lanjut
 
KEBUDAYAAN
KEBUDAYAAN KEBUDAYAAN
KEBUDAYAAN
 
PPT TERINTEGRASI.pdf
PPT TERINTEGRASI.pdfPPT TERINTEGRASI.pdf
PPT TERINTEGRASI.pdf
 
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah
Naskah Akademik Rancangan Peraturan DaerahNaskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah
 
Memahami wawasan kebangsaan dan integritas bangsa
Memahami wawasan kebangsaan dan integritas bangsa Memahami wawasan kebangsaan dan integritas bangsa
Memahami wawasan kebangsaan dan integritas bangsa
 

Más de Wahyu Yuns

Materi MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta Kerja
Materi MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta KerjaMateri MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta Kerja
Materi MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta KerjaWahyu Yuns
 
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDALPerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDALWahyu Yuns
 
Buku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistem
Buku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistemBuku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistem
Buku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistemWahyu Yuns
 
PermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindung
PermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindungPermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindung
PermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindungWahyu Yuns
 
Rpkps hukum lingkungan spsil wys
Rpkps hukum lingkungan spsil wysRpkps hukum lingkungan spsil wys
Rpkps hukum lingkungan spsil wysWahyu Yuns
 
Lis klmpk hl e 18
Lis klmpk hl e 18Lis klmpk hl e 18
Lis klmpk hl e 18Wahyu Yuns
 
Role play 1904
Role play 1904Role play 1904
Role play 1904Wahyu Yuns
 
John knox report hre 2018
John knox report hre 2018John knox report hre 2018
John knox report hre 2018Wahyu Yuns
 
Rpkpm hk lingkungan
Rpkpm hk lingkunganRpkpm hk lingkungan
Rpkpm hk lingkunganWahyu Yuns
 
Artikel JPSL- Preventive Expenditure
Artikel JPSL- Preventive ExpenditureArtikel JPSL- Preventive Expenditure
Artikel JPSL- Preventive ExpenditureWahyu Yuns
 
Pp 46 tahun 2016 ttg klhs
Pp 46 tahun 2016 ttg klhsPp 46 tahun 2016 ttg klhs
Pp 46 tahun 2016 ttg klhsWahyu Yuns
 
Introduction Indonesian Environmental Law
Introduction Indonesian Environmental LawIntroduction Indonesian Environmental Law
Introduction Indonesian Environmental LawWahyu Yuns
 
Ekoling6. sistem managemen lingkungan
Ekoling6. sistem managemen lingkunganEkoling6. sistem managemen lingkungan
Ekoling6. sistem managemen lingkunganWahyu Yuns
 
Ekoling5. chap. ekolabelling
Ekoling5. chap. ekolabellingEkoling5. chap. ekolabelling
Ekoling5. chap. ekolabellingWahyu Yuns
 
Ekoling4. pedoman csr klh
Ekoling4. pedoman csr klhEkoling4. pedoman csr klh
Ekoling4. pedoman csr klhWahyu Yuns
 
Ekoling3. valuasi ekonomi sda-klh
Ekoling3. valuasi ekonomi sda-klhEkoling3. valuasi ekonomi sda-klh
Ekoling3. valuasi ekonomi sda-klhWahyu Yuns
 
critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013
 critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013 critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013
critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013Wahyu Yuns
 
introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013
introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013
introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013Wahyu Yuns
 
Pengelolaan lingkungan bandar udara
Pengelolaan lingkungan bandar udaraPengelolaan lingkungan bandar udara
Pengelolaan lingkungan bandar udaraWahyu Yuns
 
Peraturan ttg penilaian amdal 1113
Peraturan ttg penilaian amdal 1113Peraturan ttg penilaian amdal 1113
Peraturan ttg penilaian amdal 1113Wahyu Yuns
 

Más de Wahyu Yuns (20)

Materi MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta Kerja
Materi MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta KerjaMateri MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta Kerja
Materi MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta Kerja
 
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDALPerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
 
Buku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistem
Buku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistemBuku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistem
Buku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistem
 
PermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindung
PermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindungPermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindung
PermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindung
 
Rpkps hukum lingkungan spsil wys
Rpkps hukum lingkungan spsil wysRpkps hukum lingkungan spsil wys
Rpkps hukum lingkungan spsil wys
 
Lis klmpk hl e 18
Lis klmpk hl e 18Lis klmpk hl e 18
Lis klmpk hl e 18
 
Role play 1904
Role play 1904Role play 1904
Role play 1904
 
John knox report hre 2018
John knox report hre 2018John knox report hre 2018
John knox report hre 2018
 
Rpkpm hk lingkungan
Rpkpm hk lingkunganRpkpm hk lingkungan
Rpkpm hk lingkungan
 
Artikel JPSL- Preventive Expenditure
Artikel JPSL- Preventive ExpenditureArtikel JPSL- Preventive Expenditure
Artikel JPSL- Preventive Expenditure
 
Pp 46 tahun 2016 ttg klhs
Pp 46 tahun 2016 ttg klhsPp 46 tahun 2016 ttg klhs
Pp 46 tahun 2016 ttg klhs
 
Introduction Indonesian Environmental Law
Introduction Indonesian Environmental LawIntroduction Indonesian Environmental Law
Introduction Indonesian Environmental Law
 
Ekoling6. sistem managemen lingkungan
Ekoling6. sistem managemen lingkunganEkoling6. sistem managemen lingkungan
Ekoling6. sistem managemen lingkungan
 
Ekoling5. chap. ekolabelling
Ekoling5. chap. ekolabellingEkoling5. chap. ekolabelling
Ekoling5. chap. ekolabelling
 
Ekoling4. pedoman csr klh
Ekoling4. pedoman csr klhEkoling4. pedoman csr klh
Ekoling4. pedoman csr klh
 
Ekoling3. valuasi ekonomi sda-klh
Ekoling3. valuasi ekonomi sda-klhEkoling3. valuasi ekonomi sda-klh
Ekoling3. valuasi ekonomi sda-klh
 
critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013
 critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013 critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013
critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013
 
introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013
introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013
introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013
 
Pengelolaan lingkungan bandar udara
Pengelolaan lingkungan bandar udaraPengelolaan lingkungan bandar udara
Pengelolaan lingkungan bandar udara
 
Peraturan ttg penilaian amdal 1113
Peraturan ttg penilaian amdal 1113Peraturan ttg penilaian amdal 1113
Peraturan ttg penilaian amdal 1113
 

I. konservasi cagar budaya 0813

  • 2.  Sejak masa Hindia Belanda sudah banyak sekali “pencurian” thdp barang purbakala  Tercatat thn 1896 Raja Chulalongkorn II datang ke Jawa &pulang memboyong 5 arca Buddha, 2 arca Singa, arca raksasa dan beberapa ornamen atas surat ijin dr Residen Kedu tgl 17 Juli 1896  Wabah demam barang kuno di Eropa dgn munculnya aliran Romantik di akhir abad ke-18 mjd alasan pendukung maraknya pencurian ini.  Pada tahun 1900 diadakan seminar di Dresden, Belanda  menghasilkan kesepakatan bahwa orang tak berhak mengubah atau menambah satu bangunan kuno dengan gaya dan corak tak sejaman.
  • 3.  Tahun 1901, pemerintah Hindia Belanda membentuk      komisi yg menangani masalah peninggalan purbakala, Comissie in Netherlansch Indie voor Oudheidkundige Onder zoek op Java en Madura. Dipimpin oleh Dr. J.L.A. Brandes yang bertugas menangani kepurbakalaan di Indonesia Badan tersebut diganti pada tahun 1913 dengan berdirinya Oudheidkundige Dienst in Nedelandsch – Indie sebagai badan tetap di bidang kepurbakalaan. Pada tahun 1913 ini pula dibuat Monumenten Ordonnantie No. 19 (Undang-Undang tentang Monumen) sebagai cikal bakal Undang-Undang yang mengatur kepurbakalaan di Indonesia. Selanjutnya diubah dengan Monumenten Ordonnantie No. 21 Tahun 1924. Pada tahun 1924 didirikan pula sebuah badan yang bernama Oudheidkundige Vereeniging Madjapahit yang berkedudukan di Trowulan yang bergerak khusus dalam lapangan penelitian terhadap ibukota Majapahit
  • 4.  1953: oleh Jawatan Purbakala kmd berubah menjadi Dinas     Purbakala dan Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional (LPPN). 1975: LPPN pecah 2  Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional (PusP3N) dan Direktorat Sejarah dan Purbakala (DSP). 1980: kembali diubah menjadi Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslitarkenas) dan Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala (Ditlinbinjarah). Sekarang: ada tiga pengelola  Direktorat Peninggalan Purbakala, Direktorat Peninggalan Bawah Air, dan Pusat Penelitian Arkeologi. Sementara di daerah terdapat Unit Pelaksana Teknis yang bernama Balai Arkeologi (Balar) yang berjumlah 10 buah dan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) berjumlah 8 buah serta Balai Konservasi Borobudur
  • 5. Dasar hukum: UU No. 11 Tahun 2010 ttg Cagar Budaya  Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.  Benda Cagar Budaya adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagianbagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia.
  • 6.  berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;  mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun;  memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan; dan  memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.
  • 7. Satuan ruang geografis dapat ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya apabila:  mengandung 2 (dua) Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan;  berupa lanskap budaya hasil bentukan manusia berusia paling sedikit 50 (lima puluh) tahun;  memiliki pola yang memperlihatkan fungsi ruang pada masa lalu berusia paling sedikit 50 (lima puluh) tahun;  memperlihatkan pengaruh manusia masa lalu pada proses pemanfaatan ruang berskala luas;  memperlihatkan bukti pembentukan lanskap budaya; dan  memiliki lapisan tanah terbenam yang mengandung bukti kegiatan manusia atau endapan fosil.
  • 8.  Lokasi yang mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya; dan menyimpan informasi kegiatan manusia pada masa lalu. Catatan: Benda, bangunan, struktur, lokasi, atau satuan ruang geografis yang atas dasar penelitian memiliki arti khusus bagi masyarakat atau bangsa Indonesia, ttp tdk peuhi kriteria Cagar Budaya dapat diusulkan.
  • 9.     Kepemilikan (psl 12) dan penguasaan oleh setiap orang diperbolehkan, asalkan jumlah sudah cukup berlebih dan memperhatikan fungsi sosial. Kepemilikan dan penguasaan dapat melalui pewarisan, hibah, tukar-menukar, hadiah, pembelian, dan/atau putusan atau penetapan pengadilan, kecuali yang dikuasai oleh Negara. Kecuali tidak ada ahli waris  akan dikuasai oleh negara. Masyarakat hukum adat dapat memiliki dan menguasai kawasan cagar budaya tersendiri.
  • 10. 1. Semua benda cagar budaya dikuasai oleh Negara. 2. Penguasaan BCB meliputi BCB yang terdpt di wilayah hukum Republik Indonesia. 3. Pengembalian benda cagar budaya yg pd saat berlakunya UU ini berada di luar wilayah hukum Republik Indonesia, dlm rangka penguasaan oleh Negara, dilaksanakan Pemerintah sesuai dgn konvensi internasional.
  • 11.      WNA atau BHA tidak dapat memiliki dan/atau menguasai Cagar Budaya, yang tinggal dan menetap di wilayah NKRI. Kompensasi utk yg melindungi atau merawat CB lebih konkrit  Insentif berupa pengurangan pajak bumi dan bangunan dan/atau pajak penghasilan dapat diberikan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah kepada ybs. Kompensasi utk penemu akan diatur lebih lanjut dgn PP. Inisiasi sistem register dan pemeringkatan status BCB Ancaman sanksi dan denda yang lebih tegas.
  • 12.  Bupati/wali kota mengeluarkan penetapan status Cagar Budaya paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah rekomendasi diterima dari Tim Ahli Cagar Budaya yang menyatakan benda, bangunan, struktur, lokasi, dan/atau satuan ruang geografis yang didaftarkan layak sebagai Cagar Budaya.  Setelah tercatat dalam Register Nasional Cagar Budaya, pemilik Cagar Budaya berhak memperoleh jaminan hukum berupa: a. surat keterangan status Cagar Budaya; dan b. surat keterangan kepemilikan berdasarkan bukti yang sah.  Penemu benda, bangunan, dan/atau struktur yang telah ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya berhak mendapat Kompensasi.
  • 13. Berbasis pada World Heritage Trust - UNESCO  1991 - Taman Nasional Komodo  1991 - Taman Nasional Ujung Kulon  1991 - Candi Borobudur  1991 - Candi Prambanan  1996 - Situs manusia purba Sangiran  1999 - Taman Nasional Lorentz  2004- Hutan hujan tropis Sumatera (Taman Nasional Sembilang, Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Kerinci Seblat, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan)  2012- Lanskap Budaya Provinsi Bali
  • 14. Utk menjamin visibilitas yang lebih baik bagi warisan budaya tak benda dan kesadaran akan nilai pentingnya Indonesia:  Wayang  Batik Indonesia  Keris Indonesia  Angklung  Tari Saman  Tas Noken
  • 15.
  • 16. Adat dan Budaya Masyarakat adat adalah kelompok masyarakat yang memiliki asal usul leluhur (secara turun temurun) di wilayah geografis tertentu, serta memiliki sistem nilai, ideologi, ekonomi, politik, sosial budaya, dan wilayah sendiri Konggres Masyarakat Adat Nusantara, 1 Maret 1999
  • 17. Warisan masyarakat adat berupa:  bahasa, kesenian, musik, tari-tarian, lagu dan upacara  pertanian dan pengetahuan dan praktek-praktek ekologi dan teknis  spritual, lokasi-lokasi sakral dan peninggalanpeninggalan nenek moyang  dokumentasi dari semua yang tercantum di atas
  • 18.  "Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip-prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam Undang-Undang".  Pasal ini, walaupun untuk pelaksanaannya masing memerlukan UU, menempatkan komunitas-komunitas masyarakat adat dalam posisi yang kuat dan penting dalam kehidupan berbangsa-bernegara di Indonesia.
  • 19.  "Penguasaan hutan oleh negara tetap memperhatikan hak masyarakat hukum adat, sepanjang kenyataannya masih ada dan diakui keberadaannya, serta tidak bertentangan dengan kepentingan nasional" (Pasal 4 ayat 3).  Permasalahan  Kata ‘kenyataannya masih ada’ dapat diartikan mengharuskan keberadaan masyarakat adat dibuktikan dahulu sebelum haknya dapat diakui !!
  • 20.  Terikat dan patuh pada satu hukum adat tertentu  Ada Lembaga Adat  Ada peradilan adat yang dipatuhi  Ada wilayah hukum adat yang jelas batasnya  Masih mengadakan pemungutan hasil hutan di wilayah hutan sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
  • 21.  Hukum Adat bisa berupa aturan lisan yang diingat     sepanjang generasi Struktur lembaga Informal dipatuhi dan menjadi bagian dari kehidupan menyeluruh masyarakat adat Sifatnya sanksi yang tidak tertulis tetapi sudah menjadi bagian perjanjian di dalam masyarakat adat Batas dipahami oleh masyarakat biasanya menggunakan batas alam Konsep yang dimiliki masyarakat adat adalah pengelolaan. Hutan menjadi "Bank", yang akan diambil bila dibutuhkan