1. Mata Kuliah
Teori, Model, dan Keputusan dalam Teknologi
Pendidikan
Dosen Pengampuh : Prof Dr. Diana Nomida M., M. Pd.
Dr. Khaeruddin
HASBULLAH - ZULRAHMAT
2. A. Pendahuluan
Keberhasilan seorang anak di masa depan
ditentukan oleh bagaimana perkembangan
seluruh aspek individu anak, yaitu
perkembangan fisik, intelektual, emosi, dan
spiritual yang berkembang secara optimal
Perkembangan kognitif dianggap sebagai
penentu kecerdasan intelektual anak, yakni
bagaimana mengelola atau mengatur
kemampuan kognitif tersebut dalam
merespon situasi atau permasalahan
3. Aspek kognitif tidak dapat berjalan sendiri
secara terpisah tetapi perlu dikendalikan
atau diatur. Oleh karena itu, seseorang
harus memiliki kesadaran tentang
kemampuan berpikirnya sendiri serta
mampu untuk mengaturnya. Para ahli
mengatakan kemampuan ini disebut
dengan metakognitif.
4. B. Pengertian Metakognitif
Flavell & Brown (1985)
Metakognisi adalah pengetahuan (knowledge) dan
regulasi (regulation) pada suatu aktivitas kognitif
seseorang dalam proses belajarnya.
Moore (2004) menyatakan bahwa: Metakognisi
mengacu pada pemahaman seseorang tentang
pengetahuannya, sehingga pemahaman yang
mendalam tentang pengetahuannya akan
mencerminkan penggunaannya yang efektif
atau uraian yang jelas tentang pengetahuan
yang dipermasalahkan
5. Metakognitif adalah suatu kesadaran
tentang kognitif kita sendiri, bagaimana
kognitif kita bekerja serta bagaimana
mengaturnya. Kemampuan ini sangat
penting terutama untuk keperluan efisiensi
penggunaan kognitif kita dalam
menyelesaikan masalah. Secara ringkas
metakognitif dapat diistilahkan sebagai
“thinking about thingking”.
6. C. Perkembangan Metakognitif Anak
Secara umum, kemampuan metakognitif mulai
berkembang pada usia sekitar 5 hingga 7 tahun
(Woolfolk, 2004).
Perkembangan intelektual dibangun dalam suatu
kurun waktu dalam rangkaian yang tersusun dari
tahapan-tahapan yang saling terkait atau
berhubungan
Perkembangan ini merupakan proses fundamental
dimana elemen pembelajaran sebagai fungsi dari
perkembangan secara keseluruhan. Sehingga,
perkembangan intelektual seseorang menentukan
apa yang bisa dipelajarinya
7. Pada taraf berfikir formal, seorang anak mampu
bernalar secara ilmiah, membuat dan menguji
hipotesis, merefleksikan suatu akibat melalui
pemahaman dengan baik.
Pada masa ini, mereka mulai mengembangkan
penalaran dan logika untuk memecahkan berbagai
masalah (Wadsworth, 1984).
Taraf berfikir operasional formal pada hakikatnya
merupakan metakognisi, karena operasional formal
melibatkan berfikir tentang proposisi, hipotesis dan
membayangkan semua objek kognitif yang mungkin
(Flavell, 1985).
8. D. Peran Metakognisi Dalam Pembelajaran
1. Keberhasilan Belajar: (Taccasu Project, 2008).
Seharusnya belajar dilakukan aktivitas-aktivitas
Mengembangkan suatu rencana kegiatan belajar.
Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya
berkenaan dengan kegiatan belajar.
Menyusun suatu program belajar untuk konsep,
keterampilan, dan ide-ide yang baru.
Mengidentifkasi dan menggunakan
pengalamannya sehari-hari sebagai sumber
belajar.
9. Memanfaatkan teknologi modern sebagai
sumber belajar.
Memimpin dan berperan serta dalam
diskusi dan pemecahan masalah
kelompok.
Belajar dari dan mengambil manfaat
pengalaman orang-orang tertentu yang
telah berhasil dalam bidang tertentu.
Memahami faktor-faktor pendukung
keberhasilan belajarnya.
10. b. Metakognisi dalam Pembelajaran
Strategi yang dapat dilakukan dalam
mengembangkan metakognisi melalui kegiatan
belajar dan pembelajaran adalah sebagai
berikut:
1. Membantu peserta didik dalam
mengembangkan strategi belajar.
2. Membimbing pembelajar dalam
mengembangkan kebiasaan peserta didik
yang baik. (Taccasu Project, 2008).
11. E. Kesimpulan
Perkembangan kognitif anak salah satu
fokus penting selain perkembangan fisik,
mereka perlu ditingkatkan kemampuan
kognitifnya ketaraf yang lebih tinggi yakni
kemampuan metakognitif.
Strategi metakognitif dalam pembelajaran
meliputi tiga tahap yaitu : merancang apa
yang dipelajari; memantau perkembangan
diri dalam belajar; dan menilai apa yang
dipelajari.
12. Strategi metakognitif dapat digunakan
untuk setiap pembelajaran apapun. Guru
bisa mengarahkan siswa secara sadar
mengontrol proses berpikir mereka.
Untuk meningkatkan kemampuan
metakognitif siswa, guru dapat merancang
pembelajaran secara infuse/tambahan
dalam proses pembelajaran.