Dokumen tersebut membahas tentang konsep ilaa' menurut Islam, yaitu sumpah suami untuk tidak mencampuri istrinya selama empat bulan. Setelah empat bulan, suami harus memilih antara melanjutkan pernikahan dengan membayar kaffarah atau menthalak istrinya. Dokumen tersebut juga menjelaskan hadis Nabi Muhammad SAW yang pernah meng-ilaa' beberapa istri-Nya.
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Tentang i iaa
1. Tentang IIaa’
Ilaa’ menurut bahasa ialah sumpah. Adapun menurut istilah syara’ ialah suami bersumpah
untuk tidak mencampuri istrinya. Kalau seorang suami bersumpah demikian, ia diberi tempo
selama empat bulan. Setelah usai empat bulan, ia supaya memilih apakah akan
meneruskan pernikahannya dengan membayar kaffarat, atau menthalaq istrinya tersebut.
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
يةنذنؤ ي يَِّْذذيآنؤهللامذيآن ِْذذفيآاؤذتنفيعُِذشذرنةيعؤبْرذاذذبينَِتِْذمِئآينَذذِين نذنؤلنْؤذْيَنِِْذَّلِليَنذمذِحَّة(.226)يينِيع
يَنمِليععنمِيَس يَِّْيآقالَّطعيعلنؤنزع(.227)يعلبقاة
Kepada orang-orang yang meng-ilaa’ istrinya diberi tangguh empat bulan (lamanya).
Kemudian jika mereka kembali (kepada istrinya), maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (226)
Dan jika mereka ber’azam (bertetap hati untuk) thalaq, maka sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui. (227) [QS. Al-Baqarah]
ذِِيآنَذِيِينِ يؤمنذنؤهللايةَيُو ن ذْلْيُذَِّْْيعنَذيعقنؤذانِيننَذيعئ
ِّنذشََّّيعلَِذعي ذذشَفيآََّذايح يِهِْْ
يةَّْةلكنعيِنْيِملمنعي ِيِف شيج يًالاليحَعاحلنعيعلرتنِى .يعرَينْجهي
Dari Sya’biy, dari Masruq dari ‘Aisyah, ia berkata, “Rasulullah SAW pernah bersumpah ilaa’
terhadap sebagian istri-istrinya dan beliau pernah mengharamkan (sesuatu), lalu yang
beliau haramkan itu beliau jadikan halal dengan membayar kaffarat atas sumpahnya”. [HR.
Ibnu Majah dan Tirmidzi]
يِذهنمليعؤذعقذْييال فيقئلطؤْي ََّّتيحؤفْننؤذْياؤتنفيعؤُشذرنةيع ن ضعينذَِيعْمْيامؤيعَِنيعرَِعي َّذَّتيحؤقذالَّطعل
يِوننؤمنليع ِِننشذْفيقئلطؤْ.يعلبخْةى
Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Apabila telah lewat empat bulan, maka ditawaqqufkan hingga
(suami yang bersumpah ilaa’ itu) menthalaqnya, dan thalaq itu tidak jatuh hingga ia (suami
yang bersumpah ilaa’) itu menjatuhkan thalaqnya. [HR. Bukhari]
يؤذفذْننؤذَْيذاذمؤيعؤَذذنيعر يَذرِليع يؤ ْذذمنلؤيع يؤذاذمؤيعذْمْفيذعذِْل ي ِبيعُِذذْعِةي ِيِف ذبنٍيحؤَذذنيرؤبذذ نميعذْمْ
يقئلطؤْين ْيعَّنِيع يهللانرِْين ْيعَّنِْيآُِشذرنةالنعيبنشذري ِونن
ؤ
ملنع.يعمبيِفيآميْةي عال6:287
2. Ahmad bin Hanbal berkata dalam riwayatnya Abu Thalib : ‘Umar, ‘Utsman, Ali dan Ibnu
‘Umar berkata, “Orang yang bersumpah ilaa’ itu ditawaqqufkan sesudah empat bulan, maka
mungkin ia kembali dan mungkin ia menthalaq”. [HR. Ahmad. dalam Nailul Authar 6:287]
Keterangan :
1. Menurut riwayat Muslim, Rasulullah SAW pernah meng-ilaa’ istri-istri beliau (menjauhkan
diri dari istri-istri beliau) selama 1 bulan (29 hari).
2. Perlu diketahui bahwa di jaman jahiliyah suami kadang meng-ilaa’ istrinya sampai 1 atau 2
tahun, bahkan tidak terbatas. Maka Allah Yang Maha Bijaksana mengijinkan (membatasi)
ilaa’ itu hanya 4 bulan.