1) Polemik antara Sunni dan Syi'ah muncul terkait klaim Syi'ah bahwa Ali seharusnya menjadi khalifah setelah Nabi Muhammad, bukan Abu Bakar.
2) Kitab-kitab sejarah seperti karya At-Thabari dan Ibnu Katsir tidak menemukan bukti bahwa beberapa sahabat tidak membaiat Abu Bakar sebagaimana diklaim Syi'ah.
3) Kisah Tsaqifah menunjukkan bahwa Abu
1. Polemik Sunni dengan Syi’ah
POLEMIK
Pick the]
ANTARA SUNNI DENGAN SYI’AH
[date
Alih Bahasa : Idrus Abidin.
Sumber : idrusabidin.blogspot.com
Adapun tentang riwayat yang didalamnya ada tambahan bahwa Umar mengatakan
kepada Ali, "Selamat bagi Anda wahai Ali bin Abi Thalib, Anda menjadi tuan semua
orang mukmin dan mukminah", penggalan hadits ini tidak shahih karena Ali bin Zaid
bin Jad'an meriwayatkannya sendirian. Sedang dia, menurut ahli hadits seorang yang
lemah (dhaif ).1 Setelah kita tahu hal itu, ketahuilah bahwa Abu Bakar dan Umarlah
yang benar. Orang-orang Rafidhah tidak punya hujjah dalam hadits tersebut. Al-
hamdulillah…..
KLAIM SYI’AH TENTANG KEKHALIFAAN ALI PASCA WAFATNYA
RASULULLAH DAN JAWABAN AHLU SUNNAH TEHADAPNYA
At-Tijani (Syi’ah) mengklaim, "Adapun klaim bahwa ijma' menetapkan pemilihan
Abu Bakar pada hari Tsaqifah kemudian disusul dengan membaitnya di mesjid, klaim
ini sama sekali tanpa dalil. Bagaimana mungkin ijma' itu bisa terjadi, padahal
beberapa orang dari kalangan sahabat tidak ikut membaiat, seperti Ali, Abbas dan
semua bani Hasyim. Disamping itu orang-orang seperti Usamah bin Zaid, Zubair,
Salman Al-Farisi, Abu Dzar Al-Ghifari, Miqdad bin Aswad, Ammar bin Yasir,
Hudzaifah bin Al-Yamani, Khuzaimah bin Tsabit, Abu Buraidah Al-Aslami, Bara'
bin Azib, Utbah bin Ka'ab, Sahl bin Hanif, Saad bin Ubadah, Qais bin Saad, Abu
Ayyub Al-Anshari, Jabir bin Abdullah, Khalid bin Said dan banyak lagi selain
mereka, semuanya tidak berbaiat. Lalu mana ijma' yang dimaksud itu, wahi hamba
Allah….?! Padahal Ali saja yang tidak berbaiat sudah cukup membuat ijma' tersebut
tidak sah. Kareana dialah calon satu-satunya yang diorbitkan Rasulullah Saw menjadi
khalifah. Itu kalau kita tidak mengakui adanya nash langsung yang mencalonkan
beliau.2 Setelah itu At-Tijani menisbatkan penukilan orang-orang yang tidak berbaiat
tersebut kepada kitab seperti, At-Thabari, Tarikh Ibnu Atsir, Tarikh Khulafa, Tarikh
Khamis, Al-Istiab dan semua literatur yang membahas pembaitan Abu Bakar. Ia
tidak menulis jilid buku dan halaman dari kitab-kitab tersebut yang ia nukil.
1
Lihat Taqrib At-Tahzib jilid 1 No. 4750 Hal. 694. Tahzib Al-Kamal Fii Asmaa Ar-Rijaal jilid 21 No.
4070 hal 494. al-Jurjani berkomentari tentang dia dalam kitabnya Asy-Syarh Fii AhwAli Ar-Rijal hal.
194 bahwa Ali bin Zaid lemah hadisnya, kurang fokus dan hadisnya tidak bisa dijadikan hujjah. Lihat
pula Silsilah As-Shahihah jilid 4 hal. 344.
2
Tsumma Ihtadaitu hal. 136.
1
2. Polemik Sunni dengan Syi’ah
Jawaban saya (Ahlussunnah) :
Pick the]
[date
1) Pertama: Demi Allah yang menciptakan langit dan bumi, seandainya
kebohongan bisa berbicara, pasti ia berlepas diri dari pembohong ini. Semoga
Allah memberikan keburukan kepadanya dan membalas perbuatannya yang
setimpal. Jika kita merujuk kembali kepada kitab-kitab tersebut, kita tidak
menemukan klaim bahwa mereka tidak membaiat Abu Bakar as-Shiddiq.
Kitab pertama yang dimaksud adalah Tarikh Thabari jilid 2 dengan judul
"Peristiwa Tsaqifah". At-Thabari menulis beberapa riwayat, diantaranya ada
yang shahih dan ada pula yang lemah (dhaif). Ia menulis hadits Ibnu Abbas
yang dikeluarkan oleh imam Bukhari. Hadits ini sangat panjang, diantara
sebagian isinya mengatakan bahwa Ibnu Khattab berkhutbah diatas mimbar
untuk menjawab orang-orang yang mengatakan, "Jika Amirul Mukminin
wafat maka saya membaiat fulan." Pada hadits tersebut, At-Thabari menulis
kisah Tsaqifah. Umar berkata, "Diantara informasi yang kami dapatkan ketika
Rasulullah Saw wafat bahwa Ali dan Zubair bersama orang-orang yang
sependapat dengannya tidak berbaiat bersama kami. Mereka berada di rumah
Fatimah. Orang-orang Anshar ikut tidak berbaiat. Orang-orang Muhajirin
berkumpul bersama Abu Bakar. Saya mengatakan kepada Abu Bakar, "Mari
kita bergabung bersama teman-teman kita dari kalangan Anshar. Kamipun
berangkat memimpin mereka, lalu kami bertemu dengan dua orang shaleh
yang pernah ikut dalam perang Badar. Mereka berdua berkata, "Hendak
kemana kalian, wahai orang-orang Muhajirin?" Kami jawab, "Kami mau
bergabung dengan sahabat-sahabat kami dari kalangan orang-orang Anshar.
Mereka berkata lagi, "Kembalilah kalian dan selesaikanlah permasalahan
kalian." Kami menjawab, "Demi Allah, kami akan mendatangi mereka."
Umar berkata, "Lalu kami mendatangi mereka dan ternyata mereka sedang
berkumpul di Tsaqifah bin Saidah." Umar melanjutkan, "Ternyata diantara
mereka ada orang yang berselimut." Saya bertanya, "Siapa ini?" Mereka
menjawab, "Saad bin Ubadah." Saya berkata, "Kenapa dia?" Mereka
menjawab, "Sakit demam." Tiba-tiba seseorang diantara mereka berdiri dan
memuji Allah swt lalu mengatakan, "Amma ba'du, kami adalah orang-orang
Anshar dan pejuang-pejuang Islam, sedang kalian wahai orang-orang Quraisy
adalah kerabat Rasulullah Saw, telah bergabung bersama kami beberapa
kelompok dari kaum kalian." Umar berkata, "Setelah saya melihat mereka
mencoba mencela asal-usul kami dan merebut kekhalifaan, saya lalu
menyiapkan perkataan yang akan saya katakan di depan Abu Bakar dan saya
merasa lebih tahu darinya dalam batas-batas tertentu. Abu Bakar lebih tenang
dan lebih bijak dibanding saya. Ketika saya hendak berbicara, ia mengatakan,
"Tahan", maka saya tidak enak kalau melanggarnya." Ia lalu berdiri memuji
Allah Swt dan membesarkan-Nya. Dia tidak meninggalkan dalam
pembicaraannya apapun yang pernah saya siapkan seandainya saya yang
berbicara. Bahkan ia lebih bagus dariku." Ia berkata, "Amma ba'du, wahai
1
3. Polemik Sunni dengan Syi’ah
kaum Anshar! kalian tidak mengatakan satu keutamaanpun kecuali kalian
Pick the]
berhak menyandangnya. Orang-orang Arab tidak mengenal keutamaan itu
[date
selain dari orang-orang Quraisy., merekalah orang paling baik dari segi posisi
maupun nasab. Sekarang saya ridha jika kalian memilih salah seorang dari
kedua orang ini. Baiatlah siapapun yang kalian kehendaki." Abu Bakarpun
mengangkat tanganku dan tangan Abu Ubaidah bin Jarrah. Umar berkata,
"Demi Allah, saya tidak pernah membenci kata-katanya kecuali apa yang baru
saja ia katakan. Jika saya diminta maju kedepan, lalu leherku ditebas -selama
itu tidak membuatku berbuat dosa- itu lebih aku sukai daripada menjadi
pemimpin sebuah kelompok yang mana Abu Bakar salah satu diantaranya."
Setelah Abu Bakar selesai dari pembicaraannya, tiba-tiba seseorang dari
kalangan Anshar berdiri dan berkata, "Ada pemimpin dari kami dan ada pula
dari kalian, wahai orang Quraisy. Kemudian terjadi kegaduhan disertai dengan
munculnya teriakan-teriakan. Setelah kegaduhan mulai meredah, saya
mengatakan kepada Abu Bakar, "Angkat tanganmu, wahai Abu Bakar!." Ia
lalu mengangkatnya. Saya segera membaiatnya. Setelah itu, orang-orang
Anshar ikut membaiatnya….3.
At-Thabari kemudian mengangkat sebuah atsar dari Walid bin Jami' Az-
Zuhri, ia berkata, "Amr bin Harits berkata kepada Saad bin Zaid, "Apakah
Anda menyaksikan wafatnya Rasulullah saw?" Saad menjawab, "Betul." Amr
bertanya lagi, "Kapan Abu Bakar dibaiat? Ia menjawab, "Ketika Rasulullah
wafat, mereka tidak suka kalau ada hari yang terlewati sedang mereka tidak
berada di bawah naungan jama'ah. Amr melanjutkan pertanyaannya, "Apa ada
seseorang yang tidak setuju?." Ia jawab, "Tidak, orang-orang Muhajirin
berbondong-bondong membaiatnya tanpa ada yang mengomandoinya 4.
Kemudian At-Tabari menulis riwayat Habib bin Abi Tsabit, ia berkata,
"Ali sedang berada dirumahnya, ketika didatangi dan di informasikan tentang
pembaitan Abu Bakar, maka ia pun segera keluar dengan baju tanpa sarung
karena tergesa-gesa. Ia khawatir terlambat berbaiat. Kemudian ia duduk
bersama Abu Bakar dan mengutus seseorang untuk mengambil pakainnya.
Kemudian ia datang dengan baju tersebut lalu Ali memakainya dan duduk
bersama Abu Bakar.5"
At-Thabari kemudian menulis hadits yang dikeluarkan oleh imam
Bukhari6 yang saya terangkan pada pembahasan warisan Fatimah dari
pembaitan Ali terhadap Abu Bakar setelah Fatimah wafat.7 Pada bagian akhir,
3
Shahih Bukhari jilid 6 kitab : Al-Muharibin, no. 6442. Lihat At-Tabari jilid 2 hal. 234-235.
4
At-TaBari jilid 2 hal. 236 Thn. 11 H.
5
Ibid.
6
Lihat halaman ……..
7
Tetapi At-TaBari menambahkan ( …..seseorang mengatakan : bukankah Ali membaiatnya setealah
lewat 6 bulan ? ia menjawab : tidak, dan tidak seorangpun dari bani hasyim hingga Ali membaiatnya.)
Al-Baihaqi mendhaifkan hadis ini karena az-zuhri tidak emnjelaskan sanadnya dan riwayat yang
bersambumg dari abu said lebih sah. Adapun yang lain, mereka mengggabung hadis tersebut bahwa
Ali membaiat Abu Bakar yang kedua kAlinya sebagai penegasan dari baiat pertama karena peristiwa
1
4. Polemik Sunni dengan Syi’ah
At-Thabari menulis riwayat Anas bin Malik 8 tentang pembaiatan Abu Bakar
Pick the]
secara umum setelah pembaiatan Tsaqifah. Setelah itu, At-Thabari tidak lagi
[date
menulis sesuatu apapun.
Adapun kitab Tarikh Ibnu Atsir,9 tidak ditemukan sedikitpun apa yang
dikatakan At-Tijani tentang ketidak-ikutan sahabat-sahabat tersebut dalam
membaiat Abu Bakar. Pada bab "Peristiwa Tsaqifah dan kekhalifaan Abu
Bakar r.a." beliau menulis kisah Tsaqifah dan riwayat tentang pembaiatan Ali
bin Abi Thalib terhadap Abu Bakar pada awal pembaiatan, saat Ali
mendengarkan hal itu.
Ibnu Atsir kemudian mengatakan, "Yang benar adalah bahwa Abu
Bakar tidak dibaiat oleh Ali kecuali setelah berlalu enam bulan. Kemudian ia
menulis hadis Ibnu Abbas tentang kekhalifaan Umar bin Khattab dan naiknya
keatas mimbar serta masalah pembaiatan yang telah kita singgung
sebelumnya. Kemudian ia mengangkat riwayat Abu Umrah al-Anshari tentang
berkumpulmya orang-orang di Tsaqifah. Singkatnya, sampai orang-orang
berbaiat kepada Abu Bakar. Ia mempertegas pembaiatan Ali dan bani Hasyim
terhadap Abu Bakar setelah wafatnya Fatimah. Sebelumnya saya sudah
jelaskan tentang lemahnya riwayat ini dan pertentangannya dengan riwayat
yang shahih. Inilah yang ditulis oleh Ibnu Atsir dalam kitabnya, dan tidak
ditemukan sama sekali apa yang dikalaim oleh At-Tijani !!
Adapun kitab Tarikh Khulafaa yang dinisbatkan kepada Ibnu Qutaibah,
sebaiknya kita tidak usah melacaknya. Karena keraguan kita tentang penulis
yang sebenarnya, ini yang pertama, sedang yang kedua, kitab-kitab yang bisa
dijadikan rujukan telah kita nukil isinya. Ketiga, At-Tijani tidak menulis
yang terjadi akibat masalah warisan sebagaimana sebelumnya. Atas pertimbangan ini, perkataan az-
zuhri dipahami bahwa Ali tidak membaiatnya pada hari itu karena ingin bersama beliau dan selalu
berada didekatnya. Kareana jauhnya Abu Bakar bisa menyebabkan orang-orang yang tidak memahami
inti persoalan memahami bahwa itu terjadi karena Ali tidak ridha dengan kekhAlifaan Abu Bakar.
Karena itulah ada ulama yang memutlakkan perkataan itu. Dengan pertimbangan itulah, Ali Bari
berbaiat setelah wafatnya Fatimah agar menghilangkan syubhat ini. ( Al-Fath jilid 6 hal. 566 ) kedua
riwayat tersebut bisa juga digabungkan dengan mengatakan bahwa Ali berbaiat dua kAli . baiat
pertama ketika awal-awal khilafah Abu Bakar dan baiat kedua setelah 6 bulan berlalu didepan banyak
orang. Saya telah mendapatkan riwayat yang semua perawinya terpercaya yang memperkuat hal ini.
Abdullah bin ahmad bin hambal menulis dalam kitab " As-Sunnah " dari abu nadrah ia berkata :
ketika orang-orang berkumpul untuk membaiat Abu Bakar r.a. beliau berkata : kenapa saya tidak
melihar Ali ? ia berkata : maka beberapa orang dari Anshar mendatangi Ali dan menghadapkannya
kepada beliau. Abu Bakar berkata kepadanya : wahai Ali, anak paman Rasulullah saw ? Ali
menjawab : tidak ada keraguan lagiwahai khalifah Rasulullah saw. angkat tangan anda, lalu ia
mengangkatnya dan dibaiat oleh Ali. Kemudian Abu Bakar mengatakan : kenapa saya tidak melihat
zubair ? maka beberapa orang Anshar menemui zubair dan iapun datang. Abu Bakar mengatakan
kepadanya : wahai zubair, anak tante Rasulullah saw ? zubair menjawab : tidak ada keraguan
lagiwahai khalifah Rasulullah. Angkat tangan anda , maka Abu Bakar mengangkat tangannya dan
dibaiat oleh zubair. ( Kitab As-Sunnah jilid 2 No. 1292. ahli tahqiq mengatakan : perawinya shahih ).
8
Shahih Bukhari jilid 6 Kitab : Al-Ahkam No. 6794.
9
Tarikh Ibnu Atsir dari hal. 189-195 Th. 11 H.
1
5. Polemik Sunni dengan Syi’ah
halaman, hingga kita bisa merujuknya. Adapun Tarikh Khumais, saya sama
Pick the]
sekali tidak bisa mendapatkannya. Saya kurang tahu, apakah itu salah satu
[date
referensi orang-orang Rafidhah. Adapun kitab Al-Istiaab Fii Ma'rifati al-
Ashab karangan Ibnu Abdil Bar, beliau menulis dalil-dalil tentang kekhalifaan
Abu Bakar lebih banyak dibanding dengan penulis lainya.10 Ia mengangkat
riwayat An-Nazzal bin Sabrah dari Ali ia berkata, "Sebaik-baik orang dalam
umat ini setelah Nabinya, adalah Abu Bakar kemudian Umar.
Muhammad bin Hanafiyah, Abdul Khair, dan Abu Juhaifah
meriwayatkan pula hadits tersebut dari Ali. Ali r.a. pernah berkata,
"Rasulullah adalah orang paling utama, kemudian Abu Bakar, lalu Umar.
Setelah itu fitnah menimpa kami, Allah swt lalu mengampuni orang-orang
yang dikehendakinya dari fitnah itu." Abdul Khair berkata, "Saya pernah
mendengar Ali mengatakan, "Semoga Allah Swt merahmati Abu Bakar, dia
adalah orang pertama yang menyatukan dua panji." Dan kami meriwayatkan
dari Abdullah bin Ja'far bin Abi Thalib dari beberapa jalur bahwa ia berkata,
"Kami mengangkat Abu Bakar sebagai pemimpin kami, dia adalah sebaik-
baik khalifah. Ia sangat menyayangi kami dan sangat lemah-lembut kepada
kami." Masruq Barkata, "Mencintai Abu Bakar dan Umar adalah bagian dari
sunnah." Abdul Bar juga menulis hadits Rasulullah Saw ketika meminta Abu
Bakar untuk mengimami mereka. Ibnu Abdil Bar juga menulis hadits
Huzaifah, ia mengatakan, "Rasululah Saw bersabda, "Setelah aku tiada kelak,
ikutilah Abu Bakar dan Umar, dan carilah hidayah layaknya 'Ammar serta
pegang teguhlah janji Ibnu Ummi Abdi. Kemudian Ibnu Abdil Bar berkata,
"Abu Bakar dibaiat sebagai khalifah pada hari Rasululah Saw wafat, itu
terjadi di Tsaqifah bani Saidah. Kemudian ia dibaiat secara umum pada hari
selasa setelah hari pembaiatan pertama. Saad bin Ubadah, sekelompok orang-
orang Khazraj, dan sekelompok orang Quraisy tidak berbaiat pada hari itu.
Kemudian mereka baru berbaiat setelah itu, kecuali saad. Ada pendapat yang
mengatakan bahwa tidak ada seorangpun dari suku Quraisy yang tidak
berbaiat. Ada juga yang mengatakan bahwa ada beberapa orang yang tidak
berbaiat dari suku Quraisy yaitu: Ali, Zubair, Thalhah, Khalid bin Said bin
Ash, kemudian mereka membaiatnya setelah itu. Bahkan ada pendapat
mengatakan bahwa Ali tidak membaiat Abu Bakar kecuali setelah wafatnya
Fatimah. Setelah itu, ia tetap patuh pada Abu Bakar, menghormati dan
mengutamakannya. Ibnu Abdil Bar juga menulis riwayat Abdullah bin
Mas'ud, "Orang-orang Anshar akhirnya tersadar untuk membaiat Abu Bakar
pada hari Tsaqifah bani Saidah karena perkataan Umar bin Khattab yang
berbunyi, "Saya tanya kalian dengan nama Allah Swt, apakah kalian tahu
bahwa Rasulullah Saw pernah meminta Abu Bakar mengimami kita?" Mereka
menjawab, "Betul." Umar berkata lagi, "Siapa diantara kalian yang bisa
10
Riwayat tersebut ada yang dhaif dan bathil. Saya menulisnya agar pembaca sekAlian bisa
mengetahui kebohongan At-Tijani.
1
6. Polemik Sunni dengan Syi’ah
menghilangkan posisi Abu Bakar yang telah ditetapkan oleh Rasulullah
Pick the]
Saw?" Mereka menjawab, "Tidak seorangpun diantara kami yang bisa berbuat
[date
demikian. Kami memohon ampun kepada Allah."
Hasan Basri meriwayatkan dari Qais bin Ubadah, ia berkata, "Ali bin
Abi Thalib berkata kepadaku, "Rasulullah Saw menderita sakit beberapa hari
lamanya. Ia menyuruh kami shalat berjamaah dengan mengatakan, "Mintalah
kepada Abu Bakar untuk mengimami kalian." Setelah Rasulullah Saw wafat,
saya perhatikan ternyata shalat adalah bendera Islam dan tiang agama. Maka
kami rela urusan dunia kami diurus oleh Abu Bakar sebagaimana Rasululah
Saw telah ridha kepada beliau sebelumnya. Kami pun membaiat Abu
Bakar.11" Inilah yang ditulis Ibnu Abdil Bar dalam kitabnya.
Saya katakan kepada siapapun yang mencari kebenaran, "Setelah
kebenaran, tiada lagi tersiasa kecuali kesesatan." Inilah literatur yang
disebutkan oleh At-Tijani untuk mempertegas ketidak ikutan beberapa sahabat
dalam pembaiatan Abu Bakar. Buku-buku yang sebenarnya menghimpun
tentang pembaiatan orang-orang muslim terhadap Abu Bakar di Tsaqifah
maupun pada pembaiatan umum dari semua kalangan muslim. At-Tijani tidak
berhenti disitu, ia menulis pada catatan kaki kitabnya setelah menyebutkan
literatur yang –katanya- ia nukil, dan semua orang-orang yang membahas
pembaiatan Abu Bakar. Saya katakan, "Tidak ada buku yang membahas
tentang pembaiatan tersebut kecuali mempertegas keabsahan pembaiatan Abu
Bakar dari semua sahabat. Ditambah lagi baiatnya Ali dan bani Hasyim.
Bahkan literatur Rafidhah Itsnaa' Asyariah pun mempertegas hal itu juga.
2) Kedua: Jika dikatakan bahwa beberapa orang sahabat tersebut tidak membaiat
Abu Bakar menjadi khalifah, maka itu tidak membatalkan baiat sahabat
lainnya. Karena masalah pengangkatan khalifah tidal membutuhkan
kesepakatan semua orang, tetapi cukup dengan kesepakatan pembesar-
pembesar sahabat dan mayoritas lain yang mendukung tegaknya khilafah.
Inilah yang disepakati ulama. Imam Nawawi mengatakan, "Adapun masalah
baiat, ulama telah sepakat bahwa keabsahannya tidak tergantung kepada
baiatnya semua orang dan semua kalangan pemerintahan. Tetapi cukup
kesepakatan para ulama, para pemimpin dan pembesar-pembesar lainnya.12"
Al-Maziri berkata, "Alasan Ali dengan keterlambatannya membaiat Abu
Bakar adalah bahwa dalam masalah membaiat seorang khalifah, pendapat
para Ahlul Halli wal Aqdi sudah cukup dan tidak harus dengan semua orang.
Tidak semua penduduk diharuskan datang untuk membaiat khalifah., tetapi
cukup ketaatan mereka dengan tidak bersebrangan atau memberontak
kepadanya. Inilah yang terjadi pada Ali. Ia hanya terlambat berbaiat kepada
11
Lihat kembAli riwayat sebelumnya dalam kitab Al-Istiaab Fii Ma'rifati Al-Ashaab karangan Ibnu
Abdil Bar jilid 3 dari hal. 970-977. Tahqiq : Ali Muhammad Al-Bajawi. Cetakan : Dar Al-Jil Bairut.
12
Syarah Muslim juz 12 hal. 112-113.
1
7. Polemik Sunni dengan Syi’ah
Abu Bakar sebagaimana telah dijelaskan sebelimnya.13" Syaikhul Islam Ibnu
Pick the]
Taimiah berkata, "Dalam masalah pengangkatan khalifah yang dibutuhkan
[date
hanyalah kesepakatan pemimpin dan mayoritas lain yang punya peran dalam
pemilihan tersebut. Yang mana maslahat kekhilafaan bisa terpenuhi
dengannya.14"
Bahkan Ali sendiri, sebagaimana yang ditulis oleh Syarif Ridha dalam
kitabnya Al-Hujjah Lil Imamiyyah "Nahju Al-Balagah" mengatan, "Demi
Allah, seandainya khilafah tidak bisa tegak tanpa dukungan semua orang
maka khilafah pasti tidak akan tegak. Tetapi orang-orang yang hadir mewakili
yang orang-orang yang berhalanagan. Tidak ada jalan bagi yang hadir untuk
mundur dan yang tidak hadir untuk memilih.15 Pembaca budiman. Lihat
kebenaran yang nyata begitupun kebohongan yang dijejalkan oleh At-Tijani!
Ulama sepakat tentang hal itu karena kalau kehadiran seseorang atau dua
orang atau sekelompok orang menjadi penghalang bagi tegaknya khilafah
maka kesepakatan tentang itu tidak akan pernah terwujud. Hal itu karena
seseorang terkadang tidak hadir karena ada sesuatu dalam dirinya atau alasan
lain yang tidak bisa diterima. Kalau masalahnya demikian, lalu bagaimana
kita bisa sepakat dengan seorang khalifah?!. Disini harus ditegaskan pula
bahwa kesepakatan mayoritas umat akan kekhalifaan Abu Bakar lebih besar
dibanding ketika mereka membaiat Ali sebagai khalifah. Malahan kurang
lebih sepertiga umat Islam tidak membaiat Ali, bahkan ada yang
memeranginya. Sepertiga lainnya tidak ikut berperang bersamanya. Diantara
mereka pula ada yang tidak membaiatnya, dan diantara orang yang tidak
membaiatnya ada yang memberontak kepada beliau sebagaimana ada yang
tidak memeranginya. Seandainya masalah kekhalifahan tidak sah jika tidak
didukung oleh beberapa kalangan maka kekhalifahan Ali lebih tidak sah lagi.
Jika dikatakan, "Mayoritas umat Islam tidak memeranginya atau para
pemimpin mayoritas umat dan lainnya membaiatnya, maka Abu Bakar lebih-
lebih lagi.16
Jika At-Tijani mengklaim bahwa nash-nash yang mendukung kekhalifahan
Ali adalah sangat jelas, maka saya jawab bahwa dalil-dalil tersebut telah saya
jelaskan bahwa ia tidak bisa dijadikan hujjah, belum lagi hadits-hadits yang
menjelaskan tentang kekhalifahan Abu Bakar yang sangat kuat dan tak
terbantahkan.17 Dengan demikian, sudah jelas bagi kita akan lemahnya hujjah
At-Tijani yang berbunyi "Dengan tidak berbaiatnya Ali saja kepada Abu
Bakar sudah cukup membuat kesepakatan bahwa kekhalifaan Abu Bakar tidak
sah." Semoga Allah merahmati para ahli ijma kepada khilafah Abu Bakar.?!
13
Al-Fath juz 7 hal. 565 kitab: Peperangan.
14
Al-Minhaj juz 8 hal. 336.
15
Nahju Al-Balagah juz 2 hal. 368 cetakan Dar Alfain.
16
Al-Minhaj juz 8 hal. 338-339.
17
Lihat hal.
1
8. Polemik Sunni dengan Syi’ah
Pick the]
KLAIM SYI’AH TENTANG KEKHALIFAAN ALI PASCA
[date
WAFATNYA RASULULLAH DAN JAWABAN AHLU SUNNAH
TEHADAPNYA
At-Tijani melanjutkan perkataannya dengan menulis, "Pembaiatan Abu Bakar
sebagai khalifah tidaklah berdasarkan hasil musyawarah, tetapi itu terjadi manakala
orang-orang lagi sibuk, khususnya para pemimpin mereka sebagaimana yang
dikatakan oleh ulama, karena ketika itu mereka disibukkan oleh pengurusan jenazah
Rasulullah dan penguburannya. Penduduk Madinah dikejutkan oleh kematian
Rasulullah dan kemudian dipaksakan untuk untuk berbaiat. Mereka diancam dengan
pembakaran rumah Fathimah jika orang-orang tidak berbaiat dan tidak mau keluar
dari rumah tersebut. Lalu bagaimana mungkin kita bisa mengatakan bahwa baiat
tersebut berdasarkan hasil musyawarah dan ijma.18"
Dengan memohon taufik dari Allah Swt saya katakana :
1) Jika kekhalifahan Abu Bakar terjadi tanpa musyawarah dan dalam kondisi
orang-orang muslim sedang kebingungan (berkabung), lalu bagaimana At-
Tijani bisa memadukan perkataannya ini dengan sebelumnya bahwa sebagian
sahabat tidak memberikan baiat kepada Abu Bakar ?! apakah orang-orang
muslim adalah kelompok kecil itu?! Hingga ia katakan bahwa itu terjadi tanpa
musyawarah. Padahal kami sudah menjelaskan dari literatur At-Tijani sendiri
bahwa itu terjadi sesuai dengan musyawarah kaum Muslimin. Dan Abu Bakar
dibaiat di Tsaqifah dan pada pembaiatan umum oleh umat !
2) Ia mengatakan bahwa penduduk Madinah dikejutkan dengan wafatnya
Rasulullah Saw, setelah itu mereka dipaksa untuk berbaiat. Subhanallah….
Siapa yang memaksa penduduk Madinah berbaiat?! Apakah Abu Bakar dan
Umar?! lalu bagaimana keduanya memaksa mereka?! Apakah malaikat
membantu mereka berdua?1 Atau keduanya dibantu oleh bagian keamanan
nasional atau pasukan pertahanan? atau keamanan revolusi ??!
Ali bin Abi Thalib didukung dengan dalil-dalil yang jelas untuk menjadi
khalifah. Ahlul halli wal Aqdi dan penduduk Madinah tidak bisa
menghalangi Abu Bakar menjadi khalifah, padahal beliau hanya didukung
oleh segelintir penduduk. Bahkan beliau bisa menjadi khalifah walaupun
ditentang oleh mayoritas umat Islam?
Demi Allah, jika kebodohan adalah seekor kucing pasti saya letakkan anjing
didekatnya !! Kotoran apalagi yang dihasilkan oleh tinta pena orang cerdas
ini! Ia tidak didukung oleh dalil-dalil yang masuk akal apalagi dalil yang
berasal dari Al-Qur'an dan sunnah. Jadi, pembaiatan sahabat terhadap
kekhalifaan Abu Bakar tidak bisa dipungkiri. Ahli syair mengatakan,
18
Tsumma Ihtadaitu hal. 136.
1
9. Polemik Sunni dengan Syi’ah
Apakah ada sesuatu yang masuk akal jika siang masih membutuhkan bukti ?1
Pick the]
Bahkan orang-orang Syiah Itsna Asyariah mendukung realitas ini dan tidak
[date
bisa membantahnya. Imam Syiah Itsna Asyariah Hasan bin Musa An-
Nuwaihti mempertegas hal ini dalam kitabnya "Firaaq As-Syi'ah" dengan
mengatakan, "Sebagian besar penduduk Madinah mendukung Abu Bakar
sebagai khalifah. Mereka sepakat dengan Umar tentang hal itu dan ridha
dengan mereka berdua."19 Ibrahim Ats-Tsaqafi, salah seorang Imam Syi'ah
Itsna Asyariah memaparkan perkataan Ali bin Abi Thalib r.a. dalam beberapa
suratnya kepada sahabat-sahabatnya, "Maka orang-orang berkumpul
mendukung Abu Bakar dan berkerumun untuk membaiatnya. 20" Kemudian
pentahqiq kitab tersebut menjelaskan arti orang berkumpul yaitu,
Terkumpulnya sesuatu dari semua arah -sebagaimana terkumpulnya tanah-
terhadap Abu Bakar. Ia mengatakan, "Al-majlisi berkata, "Berkumpul
berarti bersegera."21 Adapun Ibnu Mutahhir Al-Huli ia juga tidak bisa
menolak realitas ini. Ia kemudian mengigau dengan berkata, "Mayoritas umat
membaiatnya agar mereka bisa mendapatkan harta.22 setelah itu datang orang
yang mengaku telah mendapatkan hidayah (At-Tijani-pent.) menyingkap
sesuatu yang belum pernah dikenal oleh Ahlussunnnah dan Syi'ah Rafidhah
bahwa Abu Bakar dan Umar memaksa umat untuk membaiat Abu Bakar?! Ia
mengungkapkan berbagai hujjah yang katanya membuktikan hidayah tersebut.
Saya harap agar ia berhenti dari perbuatannya tersebut karena saya khawatir
kalau dikagetkan dengan berkumpulnya orang-orang untuk membaiatnya
kepada hidayah !!!.
3) Adapun tentang pembakaran rumah Fatimah, hal itu telah saya jelaskan
sebelumnya.23
4) Ia mengatakan, "Umar bin Khatttab sendiri mengetahui bahwa bai'at tersebut
adalah sesuatu kesalahan yang semoga Allah swt melindungi orang-orang
muslim darinya. Siapapun yang berbuat demikian bunuh sajalah dia, atau ia
mengatakan, "Siapapun yang mendakwahkan pendapat demikian, maka ia
tidak boleh dibaiat lagi begitupun orang-orang yang membaiatnya.24"
Saya berkata, "Riwayat yang dari Umar tidak demikian lafazhnya, baik dalam
kitab Shahih Bukhari maupun dalam literatur hadits lainnya. Hadits tersebut
sangat panjang, diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa Umar berdiri
menyampaikan khutbah di Madinah untuk menjawab pendapat yang
dihembuskan oleh seseorang. Diantara isi khutbahnya ialah, "Saya telah
mendengarkan salah seorang diantara kalian mengatakan, "Demi Allah, jika
Umar telah wafat pasti saya membait fulan." Jangan sekali-kali ada yang
19
Firaq As-Syi'ah karangan An-Nuwaihti hal. 4 cetakan Dar Al-Adwa'
20
Al-Garaat karangan Ats-Tsaqafi hal. 305-306 bab : surat-surat Ali kepada para sahabatnya.
21
Ibid hal. 306
22
Lihat Al-Minhaj juz 2 hal 16.
23
Lihat hal.
24
Tsumma Ihtadaitu hal. 136-137.
1
10. Polemik Sunni dengan Syi’ah
mengatakan bahwa pembaitan Abu Bakar adalah sebuah kejadian tiba-tiba.
Pick the]
Betul, itua dalah kejadian tiba-tiba, tetapi Allah swt melindungi orang-orang
[date
muslim dari fitnahnya. Tidak ada seorangpun yang dipotong lehernya
layaknya Abu Bakar. Barang siapa yang membaiat seseorang tanpa adanya
musyawarah dari orang-orang muslim maka ia tidak bisa dibaiat, demikian
pula orang yang membaiatnya. Hal itu bisa membuatnya terbunuh.25 Arti
perkataan Umar bahwa itu adalah kejadian tiba-tiba adalah kejadian yang
tidak ada persiapan sebelumnya. Demikianlah prosesi pembaiatan Abu Bakar,
tanpa persiapan apa-apa sebelumnya. Tapi Allah swt menjauhkan fitnah dari
kejadian itu.Hal itu diberi alasan oleh beliau dengan mengatakan. "Dan tidak
ada diantara kalian yang di potong lehernya seperti Abu Bakar, maksudnya
tidak ada diantara kalian yang bisa mencapai kedudukan Abu Bakar dan
keutamaannya, karena dali-dalil tentang itu sangat jelas dan kesepakatan
orang-orang untuk membaiatnya tidak ada yang bisa memungkirinya. Al-
khattabi mengatakan, "Orang-orang terdahulu masuk Islam diantara kalian
tidak mampu menempati posisi Abu Bakar. Jadi, jangan seorangpun diantara
kalian yang memimpikan bisa dibaiat layaknya Abu Bakar, awalnya beliau
dibaiat oleh kelompok kecil kemudian mayoritas umat ikut membaiatnya."
Tidak ada perbedaan pendapat tentang hal itu, karena beliau memang pantas
untk menjadi khalifah. Penduduk Madinah tidak lagi harus berfikir dan
memusyawarahkannya. Tapi selain beliau itu tidak bisa dilakukan.26 jelas
Umar mengatakan hal ini karena adanya perkataan bahwa jika Umar telah
wafat pasti saya membaiat fulan. Maksudnya ia menghendaki kejadian lain
terjadi layaknya apa yang terjadi bagi Abu Bakar, padahal itu tidak bisa lagi
terjadi. Bahkan sudah mustahil orang-orang sepakat dengan seseorang untuk
diangkat menjadi khalifah sebagaimana yang pernah terjadi pada Abu Bakar.
Barang siapa yang ingin membaiat seseorang tanpa dukungan mayoritas umat
Islam maka sebenarnya ia terancam pembunuhan. Inilah maksud dari
perkataan Umar " hal itu bisa menyebabkan ia terbunuh " artinya bahwa
siapapun yang berbuat demikian ia dan pembaiatnya terancam hukuman
mati.27
Dari sini, jelaslah maksud Umar dalam masalah ini. Adapun At-Tijani, ia
hanya menukil riwayat ini dari Umar dengan cara terpotong. Ia tidak menukil
latar belakang perkataan itu. Jika latarbelakangnya sudah diketahui maka
batAllah hujjah yang dipedomani At-Tijani. Bahkan hujjah itu menyerang
dirinya sendiri kareana Umar mengatakan hal itu untuk memperjelas
keutamaan Abu Bakar, yaitu kesepakatan mayoritas orang dan dukungannya
terhadap beliau. Inilah sebenarnya yang terjadi. Sejarahpun menjadi saksi atas
kejadia tersebut. Jika ada yang mengira perkataan Umar itu sebagai celaan
bagi Abu Bakar itu hanya karena kedangkalan pemahamannya tiada lain!!
25
Shahih Bukhari kitab: Al-Muharibin No. 6442.
26
Al-Fath juz 12 hal. 155.
27
Ibid.
1
11. Polemik Sunni dengan Syi’ah
Kemudian dengan penuh kebohongan ia mengatakan bahwa Ali mengomentari
Pick the]
kekhalifahan Abu Bakar dengan mengatakan, "Demi Allah, Abu Bakar telah
[date
menyandang jabatan khilafah, ia tidak tahu bahwa saya dan khilafah bagaikan dua sisi
mata uang. Banjir bah menjauh dariku dan burung pun tidak lagi mendekat
kepadaku.28"
Jawaban saya (Ahlusunnah) :
Pertama: Sangat mustahil Ali mengatakan hal ini kepada Abu Bakar atau ia
menyatakan lebih berhak menjadi khalifah dibanding beliau. Jika Ali dan khilafah
bagaikan dua sisi mata uang, maka tidak mungkin ia membaiat Abu Bakar. Ini sudah
kesepakatan Ahlus Sunnah dan Syi'ah.
Kedua: Seandainya benar Ali mengatakan demikian, kita tidak melihat itu
sebagai penghinaan terhadap Abu Bakar. Bahkan kelihatannya itu lebih mengurangi
keutamannya dibandingkan Abu Bakar, karena kami telah jelaskan bahwa ulama
sepakat dengan kekhalifahan Abu Bakar tanpa sedikitpun pemaksaan. Orang Anshar
dan Muhajirin termasuk di dalamnya Bani Hasyim membaiat Abu Bakar tanpa
sedikitpun paksaan, dan ini sama sekali bukan rekayasa Abu Bakar. Adapun klaim
bahwa Ali mengatakan, "Ia dan khilafah bagaikan dua sisi mata uang", disini saya
katakan bahwa tidak mungkin Abu Bakar melangkahi seseorang yang jelas-jelas
berhak sebagai khalifah, berdasarkan dalil-dalil yang sangat nyata. Seandainya
khilafah adalah hak Ali, pasti dialah yang akan dibaiat oleh masyarakat. Bukan Abu
Bakar yang mereka baiat. Jika hal itu sudah jelas, berarti kita sudah yakin bahwa
yang berhak menjadi khalifah adalah Abu Bakar. Adapun dalil-dalil yang dikatakan
sebagai penegas kekhalifaan Ali, sangat lemah dibanding dengan sarang laba-laba. Ia
tidak bisa menandingi hadits-hadits keutamaan Abu Bakar sebagai khalifah.
Ketiga: Sudah sangat jelas berdasarkan berbagai bukti bahwa Ali membaiat Abu
Bakar sebagai khalifah, baik itu pada fase awal pembaiatan maupun setelah berlalu
enam bulan lamanya. Nah, bagaimana mungkin dikatakan bahwa Ali mengatakan
sesuatu yang sering diistilahkan sebagai "Khutbah Syaqsiqiyyah", jika kita mengakui
bahwa Ali berbaiat, padahal perkataan yang disandarkan kepadanya adalah bohong
belaka, maka sungguh jelaslah kebenaran kami. Jika mereka (Ar-Rafidhah)
mengatakan bahwa Ali hanya berbaiat agar tidak dicela, maka kami katakan,
"Mustahil sekali bagi Ali yang telah mengetahui kebenaran berdasarkan dengan dalil-
dAli yang sangat jelaskemudian ia meninggalkan kebenaran hanya karena takut
terhadap seseorang atau ia berpura-pura setuju dengan pembaiatan Abu Bakar. Ini
adalah kemunafikan yang sebenarnya. Kami sangat menjauhkan Ali dari sikap
demikian.
Keempat: Kitab Nahju Al-Balaghah bukanlah hujjah terhadap Ahlu Sunnah,
bahkan ditentang oleh sebuah riwayat dari Imam Bukhari dan Muslim pada kitabnya
masing-masing dari hadits Aisyah29 yang mempertegas pembaiatan Ali terhadap Abu
Bakar dan pengakuannya tentang keutamaan dan haknya sebagai khalifah.
28
Tsumma Ihtadaitu hal. 137.
29
Lihat hal.
1
12. Polemik Sunni dengan Syi’ah
Kelima: Apakah At-Tijani yang merasa mendapat hidayah dan objektif, telah
Pick the]
membaca semua isi kitab Nahju Al-Balaghah atau hanya memilih bagian-bagian
[date
tertentu untuk dinukil didalam kitabnya yang mendukung klaimnya? Jika kita periksa
surat-surat Ali, kita dapati sesuatu yang bertolak belakang dengan nukilan At-Tijani.30
Pada salah satu suratnya kepada Muawiyah yang dijadikan hujjah untuk mempertegas
kekhalifaan Ali dan kepantasannya untuk dibaiat berbunyi, "Bahwa saya telah dibaiat
oleh orang-orang yang telah membaiat Abu Bakar, Umar, dan Utsman, cara mereka
ketika membaiat saya sama ketika mambaiat para khalifah terdahulu. Tidak ada
peluang bagi yang hadir untuk memilih dan yang tidak hadir untuk menolak, tetapi
hasil musyawarah dari Muhajirin dan Anshar. Jika mereka sepakati seseorang
menjadi khalifah, itu akan menjadi keridhaan Allah swt, jika mereka tidak taat kepada
khalifah maka mereka tercela atau telah berbuat bid'ah. Kembalikanlah mereka
kepada ketaatan dan jika mereka enggan, maka perangilah karena mereka telah
mengikuti jalan selain jalan orang-orang mukmin, Allah akan membuat mereka
berpaling karena keterpalingan mereka."31
Maha suci Allah, Bagaimana bisa perkataan Ali "Abu Bakar telah menyandang
khilafah" sejalan dengan perkataanya tadi "bahwa saya telah dibaiat oleh orang-orang
yang membaiat Abu Bakar sebagai perampas khilafah dan pada waktu bersamaan Ali
sendiri mengakui kekhalifaan Abu Bakar, bagaimana bisa bertemu antara perkataan
Ali yang berbunyi bahwa Abu Bakar tidak tahu kalau saya dengan khilafah bagaikan
ulekan dengan alat tumbuknya." Dengan perkataanya, "Tidak ada peluang bagi yang
hadir untuk memilih dan yang tidak hadir untuk menolak." Belum lagi perkataanya,
"Tetapi hasil musyawarah antara Muhajirin dan Anshar, jika mereka sepakati
seseorang untuk menjadi khalifah, itu akan menjadi keridhaan Allah, jika mereka
tidak taat kepada khalifah maka mereka tercela atau berbuat bid'ah, kembalikan
mereka kepada ketaatan, jika mereka enggan maka perangilah karena mereka telah
mengikuti selain jalan orang-orang mukmin!!!"
Saya katakan kepada orang-orang berakal apakah ada pertentangan lebih jelek
daripada ini?! Bukankah itu bukti paling nyata bahwa kitab Nahju Al-Balaghah bukan
semuanya milik Ali bin Abi Thalib, tetapi sebagian besar darinya adalah perkataan
yang disandarkan kepadanya. Ali memberi nasehat tanpa adanya pertentangan,
bagaimana mungkin pertentangan hebat ini bisa terjadi? Dari sin kita tahu bahwa
penulis kebohongan ini yang disandarkan kepada Ali dengan penuh kepalsuan dan
kebohongan adalah penulis Nahju Al-Balaghah, Imam Rafidhah Syarif Ridha. Dari
surat Ali kepada Muawiyah tersebut kita dapat mengungkap bahwa pembaiatan Abu
Bakar bukanlah dengan cara palsu, tetapi terangkatnya beliau sebagai khalifah karena
baiat orang-orang Muhajirin dan Anshar lewat jalan musyawarah. Jika Anda sudah
tahu tentang hal tersebut pembaca budiman, itulah kebenaran yang harus Anda yakini
agar Anda selamat!.
30
Seperti perkataannya ( ….biarkanlah aku dan carilah selain aku )
31
Nahju Al-Balagah hal. 530.
1
13. Polemik Sunni dengan Syi’ah
Kemudian ia mengatakan, "Saad bin Ubadah mencela Abu Bakar dan Umar dan
Pick the]
berusaha melengserkannya dari kursi kekhalifaan, seandainya bukan karena sakit
[date
yang dideritanya pasti ia mencegah meraka berdua dan memeranginya hingga akhir
omong kosong tersebut.32
Jawaban saya:
Pertama: Seandainya riwayat ini benar, ia hanya merusak keredibilitas Saad dan sama
sekali tidak mengangkat pamornya. Tapi perkatan dan perbuatan yang demikian
nampaknya jauh dari para sahabat Rasulullah Saw. seperti Saad bin Ubadah,
pembesar kaum Anshar.
Kedua: Menukil dari kitab "Tarikh al-Khulafaa" yang disandarkan kepada Ibnu
Qutaibah tidak menjamin keabsahan riwayat tersebut.
Ketiga: Saya tidak menjelaskan kepalsuan riawayat ini dengan dalil-dalil dan
hujah dari as-Sunnah, tetapi saya hanya mengangkat kembali hujjah yang kalian
pedomani, yaitu surat Ali kepada Muawiyah dalam referensi utama kalian "Nahju Al-
Balgah." Ali mengatakan bahwa Abu Bakar dibaiat oleh orang-orang Muhajirin dan
Anshar lewat keputusan musyawarah. Ia juga mengatakan, "Jika mereka tidak taat
kepada khalifah, maka mereka tercela atau berbuat bid'ah. Kembalikan mereka
kepada ketaatan." jika kita mengakui bahwa pengakuan At-Tijani tentang Saad maka
pujian apa atau hujjah apa yang diperoleh Saad dengan mencela Abu Bakar dan
Umar? padahal ia telah dibaiat oleh orang-orang Muhajirin dan Anshar. Apakah
perbuatan Saad ini menbatalkan hasil keputusan musyawarah mereka?! Apakah jika
ia memberontak terhadap mereka berarti ia benar?!. Atau ia harus dikembalikan
kepada ketaatan atau harus diperangi karena ia keluar dari jamaah kaum Muslimin?!!!
Saya berkata kepada At-Tijani, "Jika Anda menolak itu, berarti Anda menolak kitab
terpenting yang Anda jadikan referensi untuk menyerang lawan-lawan Anda. Hal itu
sangat menguntungkan kami Ahlus Sunnah karena kalian mempertegas bahwa
referensi kalian ini hanyalah kumpulan kebohongan terhadap Ali dan segenap
keluarganya. Jika Anda katakan bahwa perkataan Ali itu benar, maka ada dua hal
yang mutlak bagi Anda, yaitu apakah Anda mengakui bahwa perkataan dan perbuatan
Saad tersebut bertentangan dengan kebenaran dan hasil musyawarah mayoritas umat
Islam?. Dengan ini, Anda telah menolak sendiri pendapat Anda tentang ketidak
absahan kekhalifaan Abu Bakar r.a. atau Anda mengakui bahwa apa yang
diriwayatkan dari Saad hanyalah kebohongan dan kebatilan. Pengakuan ini adalah
bukti nyata bahwa apa yang diriwayatkan dalam kitab Tarikh Khulafa adalah batil
dan tidak bisa di jadikan hujjah, baik dari segi sanad maupun matan. Hal itu juga
mengharuskan Anda menolak riwayat-riwayat yang disandarkan kepada Fatimah r.a
dengan penuh kebohongan tentang Abu Bakar dan Umar. Saya kira ini adalah
keharusan yang mutlak dan tidak disengaja dari At-Tijani bahwa kitab Tarikh al-
Khulafaa, Al-Imamah atau As-Siyasah disandarkan kepada Ibnu Qutaibah. Setelah
itu, saya katakan kepada At-Tijani, "Perkataan yang mana Anda pilih wahai orang
32
Tsumma Ihtadaitu hal 137.
1
14. Polemik Sunni dengan Syi’ah
yang mengaku objektif ?!. Setelah saya menjawab hujjah-hujjah At-Tijani tentang
Pick the]
Abu Bakar, saya menegaskan:
[date
Jika kita sudah tahu bahwa perkataan Umar bin Khattab "Pembaitan Abu Bakar
adalah suatu kejadiaan tiba-tiba" adalah merupakan pujian dan bukan sama sekali
penghinaan bagi beliau.
Jika kita sudah tahu bahwa Ali mengakui bahwa Abu bakar dibaiat oleh kaum
Muhajirin dan Anshar melalui musyawarah maka Allah Swt telah meridhainya.
Apabila pembaitan Abu Bakar sebagai khalifah benar sesuai dengan hasil
musyawarah dan ijma', maka kita tahu bahwa perkataan yang di sandarkan kepada
Saad bin Ubadah adalah batil.
Jika kita sudah tahu bahwa baiat tersebut berasal dari kehendak para sahabat,
diantaranya Ali dan Bani Hasyim, yang mana hal itu sesuai dengan kesepakatan para
sejarawan seperti At-Thabari, Ibnu atsir, Al-Istiaab dan semua yang mengangkat
masalah pembaitan Abu Bakar, diantaranya kitab Nahju al-Balagah kita ketahui
bahwa dalil-dalil sangat jelas mendukung keabsahan kekhalifahan Abu Bakar.
Sekarang saya sudah bisa menjawab pertanyaan At-Tijani, Apa bukti dari keabsahan
kekhalifaan Abu Bakar? saya jawab bahwa hujjahnya sangat jelas bagi kami kalangan
Ahlu Sunnah wal Jama'ah dan sangat tegas bagi Ahli fitnah dan pembual?!
KELIMA: Klaimnya bahwa wali lebih utama diikuti daripada Abu Bakar
berikut jawabannya.
At-Tijani mengatakan pada sub judul "Ali lebih utama untuk diikuti" di antara
sebab yang berperan dalam keputusanku meninggalkan jalur pendahuluku adalah
perbandingan antara Ali dan Abu Bakar dari segi dalil-dalil naqli dan aqli. Saya
sudah sebutkan pada bagian terdahulu bahwa saya berpedoman pada ijma' yang
disepakati oleh Ahlu Sunnah dan Syi'ah. Saya sudah menelusuri literatur kedua belah
fihak tapi saya tidak menemukan ijma' kecuali kepada Ali bin Abi Thalib. Ahlu
Sunnah dan Syi'ah sepakat tentang kekhalifahannya sebagaimana yang terdapat
dalam berbagai nash-nash yang ditegaskan oleh literatur kedua belah pihak sedang
dipihak lain tidak ada yang mengakui kekhalifaan Abu Bakar kecuali sebagian kecil
dari kaum Muslimin. Sebelumnya kami sudah jelaskan perkataan Umar tentang
pembaitan Abu Bakar33.
Jawaban saya (Ahlusunnah) :
Pertama: Kelihatannya At-Tijani telah dikuasai oleh kebohongan! Seandainya Ahlu
Sunnah sepakat dengan Syi'ah tentang kekhalifahan Ali sebagaimana menurut At-
Tijani ada dalam nash-nash, lalu mengapa ia memenuhi lembaran-lembaran ini demi
33
Tsumma Ihtadait, hal: 140-141
1
15. Polemik Sunni dengan Syi’ah
membuktikan kekhalifaan Ali?! dan apa perbedaan kedua kelompok ini jika mereka
Pick the]
sepakat tentang kekhalifahan Ali?! Bagaimana bisa terjadi ijma' terhadap
[date
kekhalifahan Ali padahal sejarah membuktikan bahwa ijma' hanya terjadi pada
khalifah Abu Bakar. Bahkan tidak ditemukan adanya ijma' tentang kekhalifahan Ali,
baik dari literatur Ahlu Sunnah maupun dari literatur Syi'ah Rafidhah34, dengan
berbagai pertentangan, kebohongan dan khurafat yang meliputi agama Rafidhah ini.
Saya katakan kepada At-Tijani, "Jika Anda memiliki satupun literatur Ahlu Sunnah
yang sepakat dengan kekhalifaan Ali bin Abi Thalib, saya harap Anda
menunjukkannya kepada kami. Jika Anda tidak bisa, ketahuilah bahwa Anda adalah
pembohong ulung."
Kedua: Kemudian ia mengatakan, "Dipihak lain, tidak ada yang mengakui
kekhalifahan Abu Bakar kecuali sebagian kecil dari kaum Muslimin." Saya katakan,
"Walupun demikian, Abu Bakar menjadi khalifah pertama dan didukung oleh orang-
orang muslim dengan penuh keridhaan dan ketaatan. Adapun tentang perkataan Umar
mengenai pembaitan Abu Bakar, itu telah kami bahas sebelumnya." Ia kemudian
mengatakan, "Banyak keutaamaan-keutamaan dan perilaku terpuji yang disebutkan
oleh orang Syi'ah terhadap Ali bin Abi Thalib yang mempunyai sanad, benar-benar
keberadaannya dan terdapat pula dalam literatur-literatur Ahlu Sunnah yang mereka
pedomani. Begitupun dari berbagai jalur yang tidak bisa diragukan lagi."35
Saya katakan :
Pertama: Insya Allah, kita akan melihat hujah yang dipakai oleh orang-orang
Rafidhah, sanad-sandnya dan tingkat keshahihannya agar kita mengetahui riwayat
yang shahih dan yang palsu.
Kedua: Bahwa hadits-hadits tersebut diriwayatkan dari berbagai jalur yang tidak
bisa lagi diragukan. Ini sangat mengherankan, karena yang dimaksud At-Tijani
adalah bahwa hadits-hadis tersebut mutawatir.36 Apakah semua hadits yang
diriwayatkan tentang Ali sampai kepada tingkat mutawatir? Kita lihat nanti!! saya
mengatakan demikian karena walaupun saya bersumpah didepan Ka'bah bahwa At-
Tijani mengatakan sesuatu yang ia tidak mengerti dan dia tidak memahami sedikitpun
tentang dasar-dasar ilmu hadits pasti saya tidak melanggar sumpah !!.
Ia melanjutkan perkataanya, "Hadits-hadits" tentang keutamaan Ali telah
diriwayatkan oleh sebagian besar sahabat hingga Ahmad bin Hambal berkata,
"Kalangan shahabat tidak meriwayatkan keutamaan-keutamaan layaknya apa yang
mereka riwayatkan tentang Ali bin Abi Thalib." Al-Qadhi Ismail, An-Nasa'i dan Abi
Ali Al-Anshari mengatakan, "Tidak ada hadits dengan sanad yang baik yang
menerangkan tentang keutamaan sahabat layaknya keutamaan Ali.37
Jawaban saya :
34
Lihat apa yang telah kami sebutkan dalam masalah keutamaan Abu Bakar dalam kitab-kitab Ar-
Rafidhah dan lewat statemen-statemen para Imam Itsna 'Asyariah
35
Tsumma Ihtadait
36
Hadits Mutawatir adalah hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang yang mustahil bagi
mereka untuk berbohong.
37
Tsuma Ihtadait, hal: 141
1
16. Polemik Sunni dengan Syi’ah
Pertama: Yang dimaksudkan bukanlah banyaknya hadits-hadits tentang keutamaan
Pick the]
Ali, tetapi yang dimaksud adalah banyaknya perawi-perawinya. Artinya adalah
[date
bahwa perawi-perawi hadits banyak meriwayatkan keutamaan Ali, baik yang shahih
maupun yang palsu, hingga satu hadis saja mempunyai banyak sanad seperti hadits:
ُ َ ْ َ ٌُ ِ َ َ ُ َ ْ َ ُ ْ ُ ْ َ
من كنت موله فعلي موله
"Siapa yang menjadikan aku tuannya (pemimpinnya) maka Ali juga adalah
tuannya (pemimpinnya)."
Hadits ini banyak sekali jalurnya padahal haditsnya cuma satu. Ini terjadi karena
wafatnya Ali termasuk belakangan dan banyaknya kejadian-kejadian serta fitnah yang
terjadi pada zamannya. Begitupula banyaknya tuduhan-tuduhan yang dialaminya.
Olehnya itu, Ibnu Hajar berkata, "Tidak ada hadits dengan kwalitas sanad yang baik
yang menerangkan keutamaan sahabat layaknya keutamaan Ali." Kelihatannya yang
menyebabkan demikian adalah beliau termasuk sahabat yang wafatnya belakangan
dan terjadinya pertentangan-pertentangan yang terjadi pada zamannya hingga ada
yang keluar dari jamaah." Itulah yang menyebabkan tersebarnya keutamaan-
keutamaan beliau dibanding dengan keutamaan shahabat lainnya sebagai wujud
penolakan terhadap orang-orang yang berbeda dengan beliau.38
Kedua: Sebagai tambahan pembahasan sebelumnya, bahwa tidak semua hadits-
hadits yang diriwayatkan tentang keutamaan Ali adalah shahih. Az-Zahabi berkata
dalam kitab Talkhis Al-Maudhuaat, "Tidak ada hadits yang diriwayatkan tentang
keutamaan sahabat yang menandingi banyaknya hadits-hadits tentang keutamaan Ali,
yang mana ia tebagi dalam tiga kategori: Shahih dan hasan serta dha'if, yang terakhir
ini sangat banyak. Bagian lain adalah hadis maudhu' ( palsu ) dan itu sangat banyak,
bahkan sebagian termasuk menyesatkan dan zindiq."39 Jadi tidak semua hadits yang
diriwayatkan tentang keutamaan Ali itu shahih, tetapi pembohong-pembohong itulah
yang banyak memalsukan hadits-hadits tentang keutamaan Ali. Hal ini diperkuat oleh
Imamiyyah, sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abi al-Hadid yang beraliran Syi'ah,
"Asal mula kebohongan dalam hadits-hadits tentang keutamaan sahabat adalah orang-
orang Syi'ah, merekalah yang pada awalnya yang membuat hadits yang berbeda-beda
tentang keutamaan Ali. Yang menyebabkan mereka berbuat demikan adalah
kebencian terhadap lawan-lawan mereka."40 Al-Kabsy mengakui hal tersebut ketika
menulis dalam bukunya "Rijal Al-Kasyi" dari Abu Maskan, dari orang-orang yang
meriwayatkan darinya, dari sahabat-sahabat kami yang dari Abu Abdullah a.s. ia
berkata, "Saya mendengarnya berkata, "Allah Swt melaknat Mughirah bin Zaid. Ia
pernah membuat kebohongan atas nama ayahku. Allah membuatnya merasakan
panasnya besi.41 Ia juga menulis hadits dari Yunus, ia berkata, "Saya berangkat ke
Irak lalu kutemukan disana sekelompot sahabat Abu Ja'far a.s. dan saya juga temukan
38
Fathul Bari, juz 7, hal: 89.
39
Lihat: catatan kaki kitab: As-Shawaiq Al-Muharrifah, hal: 186
40
Syarh Nahjul balaghah, Ibnul Abi Al-Hadid, juz 3, hal:17, cetakan Darul Fikir
41
Rijalul Kasyi, hal: 195
1
17. Polemik Sunni dengan Syi’ah
sahabat Abu Abdullah yang begitu banyak. Lalu saya dengar hadits-hadits dari
Pick the]
mereka dan mengambil kitab-kitabnya. Setelah itu saya tunjukkkan kepada Ali Abul
[date
Hasan ar-Ridha a.s, ternyata ia menolak banyak hadits yang terdapat didalamnya
yang berasal dari Abu Abdullah a.s. lalu ia mengatakan kepadaku, "Abu Khattab
berbohong atas nama Abu Abdullah a.s., Allah swt melaknat Abu Khattab demikian
pula sahabat-sahabatnya. Mereka menyisihkan dan memasukkan hadits-hadits
tersebut dalam kitab sahabat-sahabat Abu Abdullah hingga hari ini."42 Apakah masih
ada yang ragu setelah penjelasan ini?! bahwa banyak sekali hadits-hadits tentang
keutamaan Ali adalah kebohongan dari orang-orang yang merasa sekelompok dengan
beliau! dan literatur yang kalian jadikan rujukan, justeru kami pakai untuk
menyerang kalian.
Ketiga: At-Tijani berusaha membuat pembaca menjadi bingung dengan
mengangkat perkataan imam Ahmad bahwa beliau melihat Ali lebih utama dibanding
Abu Bakar dan Umar. Padahal sebenarnya imam Ahmad berpendapat bahwa orang
yang paling utama setelah Rasulullah Saw adalah Abu Bakar dan Umar. Abdullah bin
Ahmad bin Hambal berkata, "Saya dengar ayahku berkata, "Adapun masalah siapa
yang lebih utama, maka saya katakan, "Abu Bakar kemudian Umar, lalu Usman
kemudian Ali."43 Ia juga berkata, "Saya pernah bertanya kepada ayahku tentang
keutamaan antara Abu Bakar, Umar, usman dan Ali r.a.?" Ia lalu menjawab, "Abu
Bakar kemudian Umar, kemudian usman lalu Ali, khalifah keempat dari khulafa ar-
rasyidin." Saya berkata kepada ayahku, "Ada sekolompok orang yang mengatakan
bahwa Abu Bakar bukanlah khalifah? Ia menjawab, "Itu adalah perkataan buruk."44
Dalam kitab Masa'il Ibnu Hani' ia berkata, "Saya dengar Abu Abdullah mengatakan
tentang keutamaan, "Abu Bakar kemudian Umar kemudian usman. Kalau ada yang
mengatakan setelah itu Ali maka saya tidak membentaknya." Kemudian anaknya
bertanya kepadanya tentang kekhlifahan, "Saya bertanya kepada ayahku tentang
kekhalifaan?" Ia menjawab, "Abu Bakar kemudian Umar, kemudian usman lalu
Ali."45 inilah pendapat imam Ahmad tentang keutamaan dan kekhalifahan.
At-Tijani melanjutkan, "Adapun tentang Abu Bakar, saya juga sudah
menelusuri dalam literatur kedua belah pihak tapi saya tidak menemukan dalam
literatur Ahlu Sunnah yang mengakui keutamaannya yang bisa menandingi atau
menyamai keutamaan imam Ali."46
Jawaban saya: "Penelusuran At-Tijani tidak bisa dijadikan pegangan karena saya
yakin sepenuhnya bahwa dia tidak objektif. Walaupun ia mengklaim dirinya objektif.
Belum lagi ia tidak bisa membedakan antara hadits Mutawatir dan hadits maudhu
(palsu ) !! Saya juga mengerti kenapa ia beberapa kali menolak pendapanya sendiri.
42
Ibid
43
As-Sunnah, Imam Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, juz 2,no. 1347, hal: 573
44
Ibid, juz 2, no. 1349, hal: 574
45
Masail Ibnu Hani, juz 2, hal: 169,. Lihat: Al-Masail Wa Ar-Rasail yang diriwatkan oleh imam
Ahmad, yang dikumpulkan oleh Abdul Ilah Al-Ahmadi, juz 1, hal: 385
46
Tsumma Ihatadait, hal: 141
1
18. Polemik Sunni dengan Syi’ah
Pick the]
[date
Padahal baru saja ia menulis "Syi'ah dan Sunni sepakat atas kekhalifahan Ali
r.a. sebagaimana dalam literatur kedua golongan tersebut." Sekarang perhatikan!
Bukankah tidak ada yang mengakui kekhalifahan Abu Bakar kecuali kelompok
tertentu dari kalangan umat Islam. Coba lihat pembaca sekalian! kemudian
perhatikan perkataan dia selanjutnya: "Adapun mengenai Abu Bakar, saya telah
menelusuri litertur kedua kelompok, tapi saya tidak menemukan dalam literatur Ahlu
Sunnah yang menjelaskan keutamaan Abu Bakar dan penghormatan Ahlu Sunnah
Wal Jama'ah terhadap kekhalifahan Abu Bakar yang bisa menandingi kekhalifaan
Ali."
Saya katakan kepada At-Tijani, "Kelompok manakah yang Anda pilih? Apakah
Ahlu Sunnah yang telah sepakat atas kekhalifahan Ali atau Ahlu Sunnah yang
mengakui kemuliaan Abu Bakar!?" Oleh karenanya, saya menasehati Anda, mudah-
mudahan Anda mempertimbangkan dengan bijak, ketika anda mencetak buku ini
selanjutnya, hendaklah mengoreksi spesialisasi Anda dengan menulis di sampul
depan "Tsumma ihtadaitu" karangan DR. Muhammad At-Tijani Al-Samawi, doktor
dibidang ilmu semrawut."
Kemudian ia berkata, "Walaupun Abu Bakar adalah khalifah pertama dan ia
memiliki peran besar yang tidak asing lagi bagi kita, walaupun Daulah Umayyah
memberikan paket khusus dan sogokan terhadap siapa saja yang meriwayatkan
keutamaan Abu Bakar, Umar, dan Utsman, bahkan kalaupun Daulah sengaja
mengarang-ngarang keutamaan dan kelebihan bagi Abu Bakar yang menghiasi
lembaran-lembaran literatur, akan tetapi semua itu tidak dapat mengimbangi
keutamaan Ali sedikit pun.47
Komentar saya: "Mudah-mudahan laknat Allah menimpa para pendusta!
Bagaimana pembual ini mengetahui bahwa Daulah Umayyah memberikan paket
khusus dan sogokan terhadap orang-orang yang meriwayatkan keutamaan Abu Bakar,
Umar, dan Usman. Mengapa dia tidak menisbatkan kebohongannya kepada At-
Thabari dan Al-Kamil dan literatur sejarah agar ia bisa mempertegas kebenaran
ocehannya atau ia hanya menampakkan kedengkian dan kezholimannya terhadap
pembesar sahabat dengan membuat kebohongan yang tidak bisa diterima oleh anak
kecil, apalagi orang dewasa. Apa dia tidak tahu bahwa periwayat hadits keutamaan
Ali adalah sahabat juga? perkataan ini adalah tuduhan terhadap pembesar sahabat
yang meriwayatkan hadits bahwa mereka meriwayatkan hadits palsu dari Rasulullah
saw. Apakah Al-Qur'an yang kita warisi dari para sahabat juga penuh kebohongan?
semoga Allah melaknat Ar-Rafidah dan koleganya atas tuduhan mereka terhadap para
sahabat yang telah menemani Rasulullah saw. Celaan apa lagi yang lebih hebat dari
celaan mereka terhadap Rasulullah SAW?! Menurut mereka, sahabat nabi adalah
orang-orang zhalim, perampok, munafiq, pengecut, pembohong, suka sogokan dan
47
Tsumma Ihtadaitu, hal. 142-143.
1
19. Polemik Sunni dengan Syi’ah
mengadakan kebohongan terhadap Rasululllah SAW demi mendapatkan harta dan
Pick the]
sogokan !!.
[date
Semoga Allah merahmati Imam Malik ketika ia mengatakan, "Mereka
melemparkan tuduhan terhadap para sahabat Rasulullah SAW dengan maksud agar
dianggap bahwa Rasulullah SAW adalah orang hina dan sahabatnya adalah orang
hina pula, jika seandainya Muhammad adalah orang baik, pastilah sahabatnya orang
baik pula.48
Hendaklah pencari kebenaran melihat tuduhan Ar-Rafidah tersebut agar mereka
tahu siapa sebenarnya mereka dan yakin bahwa meraka hanyalah perpanjangan
tangan Abdullah bin saba', orang Yahudi yang selalu ingin menghancurkan Islam dan
kaum Muslimin. Kebohonganpun dilakukan demi menunjukkan kecintaan mereka
terhadap Ahlul Bait yang mulia, padahal Ahlul Bait berlepas tangan dari mereka
sebagaimana Srigala sama sekali tidak menyentuh darah nabi Yusuf.
Selanjutnya orang muharahan ini berkata, "Apalagi jika anda meneliti hadits
keutamaan Abu Bakar, maka Anda menemukan ketidak sesuaian dengan apa yang
tertulis dalam lembaran sejarah, yaitu bahwa perbuatannya bertolak belakang dengan
keutamaan tersebut. Bahkan akal sehat dan agamapun sulit menerimanya. 49
Lihatlah pembaca budiman, orang yang tidak waras dan tidak memahami masalah
ini hendak memperselisihkan hal mendasar dalam Islam yang telah kokoh. Ia hendak
membedah hadis keutamaan Abu Bakar, padahal ia tidak menelusuri sanad atau
matannya. Lalu dengan apa ia bisa membedah hadis tersebut?!. Apa dengan akalnya
atau katakanlah dengan segala waktunya dan objektifitasnya. Lalu ia meneliti hadis
keutamaan Abu Bakar, padahal hadits tersebut tidak hanya satu. Saya kemudian
bertanya-tanya, "Apa ia menanamnya diatas tanah yang subur agar ia bisa melihat
apakah tumbuh atau tidak, agar ia lihat seberapa jauh tingkat keshahihannya, atau
mungkin ia hendak mencelupnya dengan kebohongan lalu ia menghiasinya dengan
permainan Dajjal. Lalu ia tinggal menunggu hasilnya."
Ia berkata, "Telah dijelaskan pada hadits yang berbunyi: "Jika seandainya keimanan
Abu Bakar ditimbang dengan keimanan semua umatku, niscaya keimanan Abu Bakar
masih lebih berat ." Jika seandainya Rasulullah saw mengetahui posisi Abu Bakar
yang sedemikian itu, maka tidak mungkin Rasulullah saw mengangkat Usamah bin
Zaid menjadi panglima pasukan yang Abu Bakar salah diantaranya, dan tidaklah
Rasulullah saw menolak untuk menjadi saksi atasnya sebagaimana Rasulullah saw
menjadi saksi terhadap syuhada Uhud. Belaiu berkata kepadanya, "Saya tidak tahu
apa yang akan terjadi setelah aku tiada nanti", hinggga Abu Bakarpun menangis.50
Jawaban saya, "Pandangan ini telah saya jawab di beberapa tempat di buku ini.
Jadi silahkan Anda periksa kembali." Sayapun menjelaskan bahwa dia sebenarnya
tidak menjelaskan hadits-hadits tersebut sebagaimana ia katakana disini, akan tetapi
48
Al-Fatawa Al-Iraqiyyah, karangan Ibnu Taimiyyah, hal.157.
49
Tsumma Ihtadaitu, hal. 143.
50
Ibid.
1
20. Polemik Sunni dengan Syi’ah
ia malah menghalalkan dan mengharamkan. Apalagi ia beberapa kali merubah nash
Pick the]
hadits ini. Disini ia menulis: "..dan beliau (Rasulullah) mengatakan kepadanya, "saya
[date
tidak tahu apa yang akan terjadi setelah aku tiada!" Padahal Rasulullah saw
mengatakan saya tidak tahu apa yang akan kalian lakukan setelah aku tiada." dengan
redaksi yang menujukkan "kalian" tapi saya katakan, "Kedengkian mengalahkan
objektifitas.'
Ia menambahkan, "Dan tidak pula Rasulullah saw mengutus Ali bin Abi Thalib di
belakangnya untuk mengambil surah At-Taubah dari Abu Bakar dan Rasulullah saw
melarang ia untuk menyampaikannya."51
Saya katakan, "ini adalah kebohongan yang nyata! Karena Rasulullah saw tidak
melarang Abu Bakar untuk menyampaikan surah At-Taubah, Sebagaimana
pandangan At-Tijani dan tidak disebutkan dalam hadits dengan redaksi yang
demikian. Padahal sudah diketahui secara pasti bahwa Rasulullah saw menjadikan
Abu Bakar sebagai pemimpin kelompok yang akan menunaikan haji pada tahun
kesembilan hijriyah." At-Tabari tidak meriwayatkan hadits ini, begitupun Ishak
dalam musnadnya, An-Nasa'i dan Ad-Darimi juga tidak meriwayatkan dari keduanya,
Ibnu Khusaimah dan Ibnu Hibban tidak mensahihkannya. Dari Ibnu Juraij, Abdullah
bin Usman bin Qasim bercerita kepadaku, dari Zubair dari Jubair bahwa Rasulullah
saw ketika pulang dari umrah Jiranah mengutus Abu Bakar bersama rombongan
untuk berhaji, maka kami berangkat bersamanya. Ketika kami dekat dengan Al-Araj
dan waktu subuh hampir tiba, tiba-tiba terdengar langkah kaki unta Nabi saw.
Ternyata Ali yang mengendarainya. Abu Bakar lalu berkata kepadanya, 'Anda diutus
sebagai pemimpin atau sekedar utusan saja?" Ia menjawab, "Rasulullah saw
mengutusku untuk menyampaikan surah At-Taubah kepada penduduk Mekkah, maka
kami tiba di Mekkah. Ketika sehari sebelum hari Tarwiyah, Abu Bakar berkhutbah di
depan penduduk. Setelah selesai, Ali lalu membacakan surah At-Taubah sampai
habis. Begitupula ketika hari Nahar dan Nafar.52
Abu Bakar ketika itu mengumumkan, "orang-orang musyrik tidak dibolehkan lagi
menunaikan haji tahun depan dan tidak boleh lagi tawaf sambil telanjang." Bahkan
Abu Bakarpun meminta kepada sahabat-sahabatnya untuk mengumumkan hal yang
sama. Hadits ini diperkuat lagi dengan riwayat Imam Bukhari dari Abu Hurairah ia
berkata, "Abu Bakar mengutus saya pada musim haji tersebut bersama para sahabat-
sahabat yang lain untuk mengumumkan hal tersebut pada hari an-Nahr di Mina
bahwa orang-orang musyrik tidak diperkenankan lagi menunaikan haji tahun depan
dan tidak boleh lagi thawaf sambil telanjang." Humaid berkata, "Lalu Rasulullah saw
membonceng Ali bin Abi Thalib dan memintanya membaca surah At-Taubah." Abu
Huraiah melanjutkan, "Ia pun mengumumkan hal tersebut kepada penduduk Mina
pada hari An-nahar sambil membacakan surah At-Taubah dan tidak boleh lagi orang
musyrik haji tahun depan dan tawaf sambil telanjang."53
51
Ibid.
52
Fathul Bari, jilid 8, hal. 171.
53
Shahih Bukhari, jilid 4, bab : Tafsir No. 4738.
1
21. Polemik Sunni dengan Syi’ah
Komentar saya, "Rasulullah saw membonceng Ali hanya karena hal ini tidak
Pick the]
boleh disampaikan oleh selain Rasulullah saw atau salah seorang dari keluarganya."
[date
Sebagaimana riwayat At-Tabrani dari Abu rafi' ia mengatakan, "Tidak boleh ada
yang menyampaikan kecuAli kamu atau salah seorang dari keluargamu.54 Jadi
Rasulullah saw mengutus Ali hanya karena hal tersebut dan sama sekali bukan
melarang Abu Bakar menyampaikannya. Padahal Abu Bakarlah yang diminta oleh
Rasulullah saw memimpin rombongan tersebut dan Ali salah seorang anggota
rombongan.
Adapun perkataan At-Tijani : tentu Rasulullah saw tidak mengatakan pada hari
penyerahan bendera perang badar : bendera ini akan kuserahkan besok kepada orang
yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dan iapun dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, ia
banyak menyerang musuh dan tidak pengecut dalam perang. Hatinya penuh dengan
keimanan. Lalu Rasulullah saw menyerahkan bendera itu kepada Ali bukan kepada
Abu Bakar.55 Kemudian ia menisbatkan periwayatannya ke Shahih Muslim
Saya menjawab : hadis ini tidak saya temukan dalan Shahih Muslim dengan
redaksi yang demikian, tapi yang ada dalam Shohih Muslim adalah hadis riwayat Abu
Hurairah bahwa Rasulullah saw berkata pada hari haibar : akan aku serahkan bendera
ini kepada orang yang mencintai Allah dan rasul-Nya dan Allah akanmembukakan
sebuah negeri dengan perantaraannya. Umar bin khattab berkata : saya tidak pernah
menginginkan kepemimpinan kecuali hari itu. ia melanjutkan : lalu saya berlomba
untuk mendapatkan bendera itu dengan harpan agar aku yang dipercayakan . lanjut
Umar : lalu Rasulullah saw memanggil Ali bin Abi Tholib dan menyerahkan bendera
itu kepadanya sambil bersabda : majulah dan jangan menoleh hingga Allah
membukakan khaibar untukmu. Umar melanjutkan : maka Ali maju tanpa menoleh
dan berteriak : ya Rasulullah saw , dengan apa aku memerangi mereka ? Rasulullah
saw menjawab : perangilah mereka hingga mengucapkan la ilaha iallallahu
muhammadun Rasulullah saw. Jika mereka menerima itu maka darah dan hartanya
haram kalian sentuh kecuali dengan cara yang benar dan Allahlah yang akan
menghisab mereka.56
Hadits ini menjelaskan keutamaan Ali bin Abi Tholib r.a tetapi tidak sedikitpun
mengurangi keutamaan Abu Bakar. Benderapun tidak berada dalam genggaman Abu
Bakar hingga ia harus menyerahkan kepada Ali. Tidak masuk akal jika Abu Bakar
dikhususkan dengan suatu keutamaan tanpa menyertakan sahabat yang lain dan
memonopoli semua keistimewaan, sementara sahabat yang lain tidak memeiliki
keistimewaan apapun. Bahkan seandainya kemuliaan itu diberikan kepada seseorang
selain Abu Bakar maka hal itu menjadi penghinaan terhadap dirinya. Padahal sabda
nabi berbunyi " saya akan serahkan bendera ini kepada orang yang Allah akan
membuka suatu negeri dengan tangannya, ia mencintai Allah dan rasul-Nya "
Tidak ada keraguan bahwa ini merupakan keutamaan Ali, tetapi orang berakal
tidak mengatakan bahwa itu khusus untuk Ali, atau dengan kata lain : karena ia
54
Fathul bari, jilid 8, hal. 169.
55
Tsumma Ihtadaitu, hal. 143.
56
Shahih Muslim beserta Syarahnya, bab : Keutamaan sahabat. No. 2405.
1
22. Polemik Sunni dengan Syi’ah
mencintai Allah dan rasul-Nya maka sahabat yang lain tidak mencintai Allah dan
Pick the]
rasul-Nya. Bahkan jelas sekali Rasulullah saw menetapkan keutamaan kepada
[date
Abdullah bin Himar padahal ia pernah berbuat dosa dengan meminum khomar
beberapa kali. Lalu tiba-tiba seseorang berkata : laknatlah ia ya Allah. Sering sekali ia
berbuat demikian. Rasulullah saw langsung menimpali : jangan kalian melaknatnya.
Demi Allah, ia mencintai Allah dan rasul-Nya.57
Apa orang waras mengatakan bahwa keutamaan ini khusus untuknya ? padahal
sudah masyhur bahwa sahabat nabi begitu banyak. Tentu tidak bisa diterima jika
semua persoalan, pujian dan keutamaan dikhususkan kepada seorang sahabat saja
.akan tetapi semua sahabat adalah orang terdekat Rasulullah saw. Masing-masing
punya tempat disisi Rasulullah saw .Tidak ada keraguan bahwa orang-orang yang
Allah akui sebagai sahabat Rasulullah saw semuanya mencintai Allah dan rasul-Nya .
Olehnya itu berhujjah dengan hadis ini demi mengunggulkan Ali atas Abu Bakar
adalah batil. Sayapun tidak lupa mengingatkan At-Tijani bahwa perawi hadis ini
adalah seorang sahabat yang mulia. Abu hurairah yang anda tuduh seagai pemalsu
hadis tentang keutamaan Abu Bakar dan termasuk sahabat yang memiliki rasa
dendam terhadap Ali. Bagaimana anda memadukam periwayat hadis keutamaan Ali
( Abu huraira ) dengan tuduhan anda terhadap dirinya akan kebohongan dan
kedengkian kepada Imam Ali?!
Adapun pekataannya : seandainya Allah mengetahui keimanan Abu Bakar yang
demikian dan melampaui keimanan para sahabat lainnya, tentulah Rasulullah saw
tidak mengingatkan akan terhapusnya pahalanya jika mengeraskan suaranya lebih
dari Rasulullah saw.58
Saya jawab : ayat ini turun untuk menjelaskan kepada para sahabat dan semua
orang muslim tentang adab-adab bersama Rasulullah saw dan tatacara memuliakan
beliau . ayat inipun umum maknanya sampai ada yang mengkhususkannya .
bagaimana mungkim seorang At-Tijani mengklaim bahwa Allah mengancam Abu
Bakar dengan terhapusnya pahalanya. Padahal sangat jelas bahwa seba turunnya ayat
ini banyak, diantaranya adalah bahwa Abu Bakar dan Umar saling bersitegang
tentang suatu, masalah hingga ayat ini turun dan diawali dengan ( wahai orang-orang
beriman…) dari sini kita tahu bahwa turunnya ayat ini dengan tujuan mendidik para
sahabat tentang masalah ini, agar mereka tampil sebagai orang-orang yang terbaik
dalam menemani Rasulullah saw. Ayat ini sama sekali tidak dikhususkan untuk Abu
Bakar . pada riwayat muslim dijelaskan bahwa ayat ini turun untuk Tsabit bin Qais.
Anas bin Malik berkata : ketika ayat ini turun Tsabit bin Qais duduk dan berkata :
saya termasuk ahli neraka. Dan ia berusaha menghindari nabi. Lalu Rasulullah saw
bertanya kepada Saad bin Muaz : wahai Abu amr, apa yang terjadi pada Tsabit ? apa
ia mengeluhkan sesuatu ? Saad menjawab : saya bertetangga dengannya tapi saya
tidak tau kalau dia ada masalah. Ia berkata : maka saad menemuinya dan
menyampaikan perkataan Rasulullah saw. Maka stsabit berkata : ayat ini turun dan
57
Shaih Bukhari, bab : Hudud, Sub bab : apa yang tidak dibolehkan terhadap orang yang melaknat
peminum khamer. No. 6398.
58
Tsumma Ihtadaitu, hal. 143.
1
23. Polemik Sunni dengan Syi’ah
kaliantahu bahwa suara sayalah pAling tinggi disisi Rasulullah saw, olehnya itu saya
Pick the]
adalah ahli neraka. Saadpun menyampaikan hal itu kepada rasulillahsaw lalu beliau
[date
bersabda : dia ahli sorga.59
Lalu bagaimana dengan Abu Bakar yang Rasulullah saw telah mengimpormasikan
berkali-kali sebagai ahli sorga. Apalagi dialah yangpertama menerima ajakan dan
tarbiyah ilahiyyah ini. Al-Hakim dan Ibnu Mardawaih telah meriwayatkan hadis
secara bersambung sandnya dari jalur Ibnu Syihab dari Abu Bakar ia berkata : ketika
surah Al-Hujurat ayat 2 turun, Abu Bakar mengatakan : ya Rasulullah saw, saya
bersumpah untuk berbicara denganmu layaknya saudaraku yang paling dekat.60
Singkat kata, bahwa Abu Bakar assidiq bukanlah orang yang bersih dari kesalahan
tetapi ia juga kadang benar dan kadang pula salah. Ia ditegur karena kesalahannya,
.Al-Qur'anlah yang mentarbiahnya dan Rasulullah sebagai murabbinya. Hal ini
adalah sanjungan untuknya dan bukanlah berupa celaan. Demikianlah seharusnya kita
memahaminya.
Ia kemudian mengulangi hal yang telah dijawab sebelumnya dengan
mengatakan : dia tentu tidak membakar Al-fujaah As-salmi.61 saya katakan : Demi
Allah mengherangkan sekali kelakuan orang-orang cebol itu yang berhujjah dengan
sesuatu yang justru menyerang pendapatnya sendiri .karena penyiksaan dengan api
yang dilakukan oleh Ali lebih hebat daripada Abu Bakar. Dan telah jelas didalam
hadits shahih bahwa Ali mengumpulkan orang-orang zindiq dari kelompok ekstrim
syiah dan membakar mereka dengan api . ketika Ibnu abbas mendengar kejadian itu
ia berkata : jika saya adalah Ali pasti saya tidak membakar mereka dengan api karena
Rasulullah saw melarang menyiksa seseorang dengan api ekan tetapi saya akan
menebas leher mereka sebagaimana sabda nabi:
من بدل دينه فاقتلوه
" Siapa yang murtad maka bunuhlah"
ketika mendengar komentar Ibnu abbas tersebut, ia berkata : celakalah Ibnu al-
fadl, betapa ia dalam malapetaka. Ali telah membakar sekolompok orang dengan api.
Jika saja perbuatan Abu Bakar tersebut sesuatu yang tercela maka perbuatan Ali lebih
tercela lagi. Jika perbuatan Ali menurut ulama sesuatu yang tidak perlu dicela,
apalagi perbuatan Abu Bakar.62
Adapun perkataan At-Tijani bahwa Abu Bakar pada hari tsaqifah menyerahkan
keputusan kepada dua orang,Umar atau Abu Ubaidah.63
Saya katakan : masalah ini telah dijawab oleh Ibnu hajar dalam kitabnya fathul
bari dengan menjelaskan : perkataan ini bermasalah karena beliau tahu dialah pAling
berhak menjadi khalifah. Pengangkatannya sebagai Imam sholat adalah bukti paling
kuat. Abu Bakar mengatakan demikian karena malu untuk mengjukan diri dengan
berkata : saya setuju untuk menjadi pemimpin kalian. Apalagi beliau tahu bahwa
59
Shahih Muslim dengan syarahnya, bab : Iman No. 119 jilid 2.
60
Fathul Bari, jilid 8 hal. 456.
61
Tsumma Ihtadaitu, hal. 143.
62
Al-Minhaj, jilid 5, hal : 495-496.
63
Tsumma Ihtadaitu, hal. 143.
1
24. Polemik Sunni dengan Syi’ah
Umar dan Abu ubadah pasti tidak menerima pencalonan itu, bahkan Umar sudah
Pick the]
menyatakan penolakannya dalam hadis tadi, lebih-lebih Abu ubadah, karena
[date
keutamaannya dibawah Umar menurut ijma' ulama. Cukuplah bagi Abu Bakar ketika
ia menjatuhkan pilihan bagi dirinya tanpa ada yang menolak sedikitpun. Itu
menunjukkan bahwa dialah paling berhak menjadi khilafah. Kini jelaslah bahwa
perkatan Abu Bakar tadi tidaklah menunjukkan ia berlepas tangan dari pencalonan
khilafah tersebut.64
Ditempat lain, At-Tijani juga menulis : orang-orang syi'ah berpegang teguh
dengan perkataan Abu Bakar ( aku rela kalianmemilih salah seorang dari kedua oang
ini ) bahwa Abu Bakar tidak meyakini kekhalifaannya dan haknya sebagai khalifah.
Jawaan tentang masalah ini bisa dilihat dari beberapa segi :
Pertama : bahwa hal tersebut menunjukkan betapa tawadhunya Abu Bakar.
Kedua : hal itu terjadi karena Abu Bakar melihat bahwa sahabat lain bisa menjadi
khalifah walaupun pembesar sahabat masih ada. Atau jika kekhalifaan itu adalah hak
Abu Bakar,berarti beliau berhak untuk menyerahkan kepada yang lain.
Ketiga : beliau ykin bahwa kedua sahabatnya itu tidak mungkin ada yang mau
menerima hal itu. Dengan ini beliau meu menunjukkan bahwa seandainya dia tidak
ada, maka keduanyalah yang berhak menjadi khalifah. Karena itulah, ketika Abu
Bakar wafat, ia menyerahkan kekhalifaan kepada Umar, karena Abu ubaidah
disibikkan oleh jihad di negeri syam. Perkataan Umar yang berbunyi :( lebih baik aku
tampil kedepan kemudian leherku ditebas dengan pedang daripada mendahului Abu
Bakar.) Menunjukkan benarnya kemungkinan tersebut.65
Kemudian At-Tijani melanjutkan : orang yang memiliki keimanan demikian atau
bahkan keimanannya melibihi iman seluruh umat islam tidak mungkin menyesal pada
akhir hayatnya akan sikapnya terhadap fatimah, keputusannya membakar alfujah
assalmi dan pengangkatannya sebagai khalifah. Juga ia tidak akan menyesal
dilahirkan sebagai manusia, bahkan ia berharap untuk menjadi sehelai rambut atau
segumpalan kotoran unta saja. Apa mungkin keimanan orang seperti ini mengimbangi
semua keimanan seluruh orang islam apalagi menlebihinya.66
Saya yakin telah menjawab denan tuntas masalah ini sebelumnya. Masalah yang
sangat menggelikan adalah seringnya At-Tijani mengulang perkataannya, seolah-olah
ia sendiri kurang yakin dengan tulisannya, atau ia mengira sidang pembaca kurang
pemahaman hingga ia mengulang-ulan suatu permasalahan agar mereka
memahaminya.
Ia kemudian melanjutkan : jika kita melihat hadis yang berbunyi :
لو كنت متخذا خليل لتخذت أبا بكر خليل
Jika seandainya aku mengambil teman, pastilah aku memilih Abu Bakar"
Maka sama saja dengan sebelumnya. Dimana Abu Bakar ketika di mekah diadakan
hari persaudaraan sebelum hijarah ? begitupun hari persaudaraan yang diadakan di
64
Fathul Bari, jilid 7 hal. 38-39. Bab : keutamaan sahabat.
65
Ibid, jilid 12, hal. 162 Bab : Hudud.
66
Tsumma Ihtadaitu, hal. 143-144.
1
25. Polemik Sunni dengan Syi’ah
madinah setelah hijrah. padahal Rasulullah saw menjadikan Ali bin abi tholib sebagai
Pick the]
teman pada kedua hari itu, bahkan ia mengatakan kepadanya :
[date
انت اخي في الدنيا والخرة
"engkaulah sahabatku di dunia dan di ahirat"
dan Rasulullah saw mengacuhkan Abu bkar dan tidak menjadikannya saudara di
akhirat kela sebagaiman tidak dijadikannya teman didunia ini. Saya tidak mau
berpanjang lebar dalam masalah ini, cukuplah dua contoh tadi yang barasal dari
literature Ahlu Sunnah Wal Jama'ah. Adapun orang-oarang syi ah, mereka sama
sekali tidak mengenal hadis tersebut karena mereka memiliki bukti kongkrit bahwa
hadis-hadis tersebut ditulis setelah Abu Bakar wafat.67
Pertama : jika kita menrima klaim At-Tijani bahwa : Abu Bakar tidak ada ketika
kedua hari persaudaraan tersebut diadakan dan ketika rsulullah menjadikan Ali
sebagai saudara. Apa mungkin hal tersebut membatalkan hadis nabi tentang
keutamaan Abu Bakar ? atau haruskah Rasulullah saw menyebutkan semua
keutamaan tersebut kepada seoarang sahabat seperti Abu Bakar tanpa yang lain,
hingga ketika Rasulullah saw menyebutkan sebuah hadis keutamaan seseorang seperti
Ali maka batallah hadis-hadis keutamaan Abu Bakar ?!.
Kedua : hadis shohih dikenal dengan dengan dua segi, yaitu sanad dan
matannya. Adapun hadis rasululllah saw yang menjadikan Abu Bakar sebagai
saudara, tidak bisa ditolak dari segi matan karena Abu Bakar telah menemani
Rasulullah saw sejak awal kerasulannya hinga beliau wafat. Bahkan Rasulullah saw
tidak bisa mendapatkan teman duduk layaknya Abu Bakar.68 Jadi Abu Bakar berhak
dengan kedudukan istimewa ini. Adapun dari segi sanad, keshahihannya tidak
diragukan lagi karena dirawayatkan oleh sekelompok sahabat dalam kumpulan hadis-
hadis shahih dengan sanad yang bersambung, terpercaya, jauh dari cacat dan berbagai
pertentangan.
Ketiga : adapun tentang hari persuaraan itu ternyata hanyalah kebohongan.
Hadis yang dijadikan At-Tijani sebagai sandaran " engkau sahabatku didunia dan di
akhrat " adalah hadis palsu, diriwayatkan oleh Imam at-tirmidzi, Ibnu adi dan al-
hakim, semuanya dari jalur hakim bin jubair dari jami bin umair. Padahal hakim bin
jubair lemah dan jami bin umair pendusta.. Ibnu hibban mengatakan : ia seoarang
rafidoh dan pemalsu hadis. Ibnu numair berkata : dia adalah pembohong besar.69 Ibnu
taimiyyah mengatakan bahwa hadis-hadis tentang persaudaraan Ali semuanya palsu.70
67
Tsumma Ihtadaitu, hal. 144.
68
Ini adalh penggalan dari hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas tenang perkataan Ali bin Abi
Thalib, ……saya sering dengar Rasulullah saw bersabda :
.ذهبت أتا وأبوبكروعمر, ودخلت أنا وأبوبكروعمر, خرجت أنا وأبوبكر وعمر
)saya pergi bersama Abu Bakar dan Umar, saya masuk bersama Abu Bakar dan Umar, saya keluar
bersama Abu Bakar dan Umar ) dan hadis Aisyah : tidak seharipun kecuAli Rasulullah saw
menjenguk kami tiap pagi maupun sore. Shaih Bukhari, kitab : keutamaan sahabat. No. 3692.
69
Mizan Al-I'tidal. Karangan Az-Zahabi. Jilid 1, hal. 421 No. 1552.
70
Al-Minhaj jilid 7 hal. 361. lihat pula silsilah hadis maudhu karangan Al-Albani hal. 355-356.
1
26. Polemik Sunni dengan Syi’ah
Bagaimana mungkin At-Tijani melemahkan hadis Abu Bakar yang shahih
Pick the]
dengan menggunakan hadis palsu?!
[date
Kemudian ia menulis : adapun orang-orang syi ah, mereka tidak meyakini hadis-
hadi tersebut sama sekAli, karena mereka bukti nyata bahwa penulisannya dimulai
setelah zaman Abu Bakar.71
Perkataan ini sudah jelas karena tidak mungkin bagi pembual bisa meyakini
kebenaran, sebagaimana pepatah berbunyi : kotoran unta menunjukkan adanya onta
tersebut. Adapun klaim bahwa hadis tersebut ditulis setelah zaman Abu Bakar dan di
jadikan sebagai bukti nyata bagi orang-orang rafidah, disini saya sangat berharap
agar mereka bisa membuktikan dengan jelas klaim tersebut agar kami percaya
sepenuhnya
Ia kemudian mengklaim bahwa Abu Bakar adalah orang bodoh dengan
mengatakan : pada kesempatan ini, sejarah telah menginformasikan kepada kita
bahwa Imam Ali adalah orang paling pintar dikalangan sahabat. Bahkan mereka
semua bertanya kepada Ali tentang persoalan besar yang mereka hadapi. Kitapun
tidak menemukan bahwa Ali pernah bertanya kepada salah seorang diantara mereka,
bahkan Abu Bakar sendiri mengatakan : Allah swt tidak membiarkan aku
menghadapi masalah besar kecuali Ali selalu bersamaku.72
Saya menjawab : ini adalah kebohongan yang nyata, apa ada hadis shahih yang
membuktikan hal itu ?. Ahlu Sunnah Wal Jama'ah sepakat bahwa sahabat pAling
pintar adalah Abu Bakar kemudian Umar. Bahkan ijma ulama tentang hal ini terambil
dari kalangan para sahabat. Tidak ada keterangan sama sekAli bahwa Abu Bakar
mendapatkan ilmu dari Ali, tapi yang sudah jelas bahwa Alilah yang pernah bertanya
kepada Abu Bakar, sebagaimana hadis asma binti al hakam al-fazari ia berkata : saya
pernah mendengar Ali pernah berkata : saya beranjak dewasa ketika saya mendengar
hadis dari Rasulullah saw, lalu Allah memberikan manfaat kepadaku dengan hadis
itu. Jika ada seseoang menyampaikan hadis kepadaku, saya minta ia bersumpah agar
aku bisa menerima hadisnya. Ali berkata : Abu Bakar memberitahuku – dan betapa
jujur Abu Bakar- ia berkata : saya mendengar Rasulullah saw bersabda :
ما من عبد يذنب ذنبا ثيحسن الطهور ثم يقور فيصلي
: ركعتين ثم يستغفر ا غفر ا له ثم قرأ هذه الية
.........والذين إذا فعلوا فاحشة
Tiada seorang hamba yang berbuat dosa lalu ia berwudhu dengan baik kemudian
melaksanakan shalat dua rakaat kemudian ia minta ampun kepada allah swt niscaya
allah akal mengampuninya. Kemudian Abu Bakar membaca ayat : dan orang-orang
yang apabila berbuat dosa………73
71
Tsumma Ihtadaitu, hal. 144.
72
Tsumma Ihtadaitu, hal.145-146.
73
Sunan Abi Daud Bab : bagian dari bab witir, No.1521. lihat juga shahih Abu daud No, 1346.
1