SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 14
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TRISAKTI
RIBA
OLEH :
KANIA NABILLA (028140022)
NADHIFA RAHMANIA (028140030)
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan
penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri
penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang Riba yang sengaja penulis pilih karena menarik perhatian penulis
untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu DRA IDA BUSNETY MM yang telah
banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya.
Terima kasih.
wssalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah dan persepsi mengenai riba begitu hidupnya di dunia Islam. Oleh karenanya,
terkesan seolah-olah doktrin riba adalah khas Islam. Orang sering lupa bahwa hukum larangan
riba, sebagaimana dikatakan oleh seorang Muslim Amerika, Cyril Glasse, dalam buku
ensiklopedinya, tidak diberlakukan di negeri Islam modern manapun. Sementara itu, kebanyakan
orang tidak mengetahui bahwa di dunia Kristenpun, selama satu milenium, riba adalah barang
terlarang dalam pandangan theologi, cendekiawan maupun menurut undang-undang yang ada.
Di sisi lain, kita dihadapkan pada suatu kenyataan bahwa praktek riba yang merambah ke
berbagai negara ini sulit diberantas, sehingga berbagai penguasa terpaksa dilakukan pengaturan
dan pembatasan terhadap bisnis pembungaan uang. Perdebatan panjang di kalangan ahli fikih
tentang riba belum menemukan titik temu. Sebab mereka masing-masing memiliki alasan yang
kuat. Akhirnya timbul berbagai pendapat yang bermacam-macam tentang bunga dan riba.
Riba bukan cuma persoalan masyarakat Islam, tapi berbagai kalangan di luar Islam pun
memandang serius persoalan riba. Kajian terhadap masalah riba dapat dirunut mundur hingga
lebih dari 2.000 tahun silam. Masalah riba telah menjadi bahasan kalangan Yahudi, Yunani,
demikian juga Romawi. Kalangan Kristen dari masa ke masa juga mempunyai pandangan
tersendiri mengenai riba.
Dalam Islam, memungut riba atau mendapatkan keuntungan berupa riba pinjaman adalah
haram. Ini dipertegas dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 275 : ...padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.... Pandangan ini juga yang mendorong
maraknya perbankan syariah dimana konsep keuntungan bagi penabung didapat dari sistem bagi
hasil bukan dengan bunga seperti pada bank konvensional, karena menurut sebagian pendapat
(termasuk Majelis Ulama Indonesia), bunga bank termasuk ke dalam riba. bagaimana suatu akad
itu dapat dikatakan riba? hal yang mencolok dapat diketahui bahwa bunga bank itu termasuk riba
adalah ditetapkannya akad di awal. jadi ketika kita sudah menabung dengan tingkat suku bunga
tertentu, maka kita akan mengetahui hasilnya dengan pasti. berbeda dengan prinsip bagi hasil
yang hanya memberikan nisbah bagi hasil bagi deposannya. dampaknya akan sangat panjang
pada transaksi selanjutnya. yaitu bila akad ditetapkan di awal/persentase yang didapatkan
penabung sudah diketahui, maka yang menjadi sasaran untuk menutupi jumlah bunga tersebut
adalah para pengusaha yang meminjam modal dan apapun yang terjadi, kerugian pasti akan
ditanggung oleh peminjam. berbeda dengan bagi hasil yang hanya memberikan nisbah tertentu
pada deposannya. maka yang di bagi adalah keuntungan dari yang didapat kemudian dibagi
sesuai dengan nisbah yang disepakati oleh kedua belah pihak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Sejarah Riba
Asal makna “riba” menurut bahasa Arab ialah lebih (bertambah). Dalam pengertian lain,
secara linguistik riba juga berarti tumbuh dan membesar . Sedangkan menurut istilah riba berarti
pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil. Adapun yang maksud disini
menurut istilah syara’ adalah akad yang terjadi dengan penukaran yang tertentu, tidak diketahui
sama atau tidaknya menurut aturan syara’, atau terlambat menerimanya. Riba berarti menetapkan
bunga atau melebihkan jumlah pinjaman saat pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari
jumlah pinjaman pokok, yang dibebankan kepada peminjam.
Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat benang
merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual-
beli maupun pinjam-meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam
Islam. Riba dalam pandangan agama.
Dalam Islam, memungut riba atau mendapatkan keuntungan berupa riba pinjaman adalah
haram. Ini dipertegas dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 275 :“...padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba... .”
Adapun dalil yang terkait dengan perbuatan riba, berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Di antara ayat tentang riba adalah sebagai berikut:
۟‫ا‬ َٰٓ‫و‬َ‫ب‬ِِّ‫ٱلر‬ ۟‫وا‬ُ‫ل‬ُ‫ك‬ْ‫أ‬َ‫ت‬ َ‫َل‬ ۟‫وا‬ُ‫ن‬َ‫ام‬َ‫ء‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ٱل‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬ََٰٓ‫ي‬َ‫ون‬ُ‫ح‬ِ‫ل‬ْ‫ف‬ُ‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َّ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ل‬ َ َّ‫ٱَّلل‬ ۟‫وا‬ُ‫ق‬َّ‫ت‬‫ٱ‬ َ‫و‬ ۖ ًۭ‫ة‬َ‫ف‬َ‫ع‬َ‫ض‬ُّ‫م‬ ‫ا‬ًۭ‫ف‬َ‫ع‬ْ‫ض‬َ‫أ‬
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” QS Ali Imran : 130.
‫ذَّل‬ِ‫ي‬‫ن‬ َ ‫ل‬‫ذ‬ ‫ُكل‬‫ل‬ُ‫ل‬‫ن‬َ ‫ل‬‫ر‬ُ‫ل‬َ ‫و‬ِ‫ا‬ َ ‫ل‬‫ا‬ ‫ُكل‬‫ل‬‫م‬ُ‫ل‬‫ن‬‫ل‬‫ذ‬ ‫ن‬‫ا‬ِ‫ا‬ ‫ك‬‫ل‬‫م‬‫ل‬‫ن‬ ‫ل‬‫ق‬ُ‫ل‬‫ن‬‫ل‬‫ذ‬ ‫ٱ‬ِ‫ي‬‫ن‬ َ ‫ل‬‫ت‬‫ل‬‫خ‬‫ن‬‫ب‬‫طل‬‫ل‬‫ه‬‫ل‬‫ذ‬ ‫ل‬َّ‫ل‬‫خ‬ ‫ن‬‫ن‬ َ ‫َّل‬ِ‫م‬ ‫و‬ ِ‫م‬‫ل‬‫م‬ َ ‫ل‬َِٰ ‫ل‬َ ‫أ‬‫ل‬‫ن‬‫ن‬‫ه‬‫ل‬ََِ ‫ل‬‫ر‬ ‫ل‬ُ‫ل‬ ‫ك‬‫ل‬۟ ‫ك‬‫ل‬‫م‬‫ن‬‫ه‬ِ‫ا‬ ‫ل‬ْ ‫ل‬‫ب‬ َ ‫ل‬‫ث‬‫ل‬ِ‫م‬
‫ل‬‫ر‬ُ‫ل‬َ ‫و‬ِ‫ا‬ َ ‫ثن‬‫ل‬‫ح‬‫ل‬‫ل‬ ‫ل‬َّ‫ل‬ ‫ن‬‫َه‬ ‫ل‬ْ ‫ل‬‫ب‬ َ ‫ل‬‫ق‬‫ن‬‫ا‬‫ل‬‫ح‬ ‫ل‬َّ ‫ل‬‫ر‬ُ‫ل‬َ ‫و‬ِ‫ا‬ َ َّ‫ل‬‫م‬‫ل‬‫ن‬ ‫ج‬‫ل‬‫آ‬‫ل‬َ‫ه‬‫ل‬‫ۥ‬ َ‫و‬ْ‫ل‬َُِِ‫ل‬‫م‬ َّ‫و‬ِ‫م‬ ‫ر‬ِ‫ت‬‫و‬َِ ‫ن‬‫ۦ‬ ‫ٱ‬‫ل‬‫ن‬‫ل‬‫ه‬‫ىه‬‫ل‬‫ن‬ ‫ج‬‫ل‬‫ت‬‫ل‬ُ‫ل‬‫ن‬ ‫ك‬‫ل‬‫م‬ ‫ل‬‫ل‬‫ل‬ُ‫ل‬َ ‫ل‬‫ج‬‫ل‬‫آ‬‫ل‬‫ا‬‫م‬‫ل‬‫ل‬ ‫ل‬َّ ‫ٱ‬‫ل‬ ِ‫ا‬ ِ ‫ن‬‫َه‬ َّ‫ل‬‫م‬‫ل‬َّ
‫ل‬‫ا‬‫ك‬‫ل‬َ ‫ل‬َِٰ‫و‬
‫ل‬‫ل‬ ‫ل‬َّ‫ل‬َ‫ل‬‫ن‬ ‫ل‬‫ص‬‫ل‬ ‫ب‬‫ل‬‫ل‬ ِ‫كۦ‬‫ن‬‫ر‬ َ ‫أ‬‫ل‬ْ ‫ك‬‫ل‬‫ن‬ ِ‫ن‬ ‫لَّكل‬‫د‬ُِ‫َل‬
”Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian
itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka mereka kekal di dalamnya.” QS:2: 275
Dan di antara hadits yang terkait dengan riba adalah :
، ‫ا‬َ‫ب‬ ِِّ‫الر‬ َ‫ل‬ِ‫آك‬ : َ‫م‬‫ه‬‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ ‫ه‬‫اَّلل‬ ‫ى‬‫ه‬‫ل‬َ‫ص‬ ِ ‫ه‬‫اَّلل‬ ُ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ َ‫ن‬َ‫ع‬َ‫ل‬ : َ‫ال‬َ‫ق‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ ‫ه‬‫اَّلل‬ َ‫ي‬ ِ‫ض‬ َ‫ر‬ ٍ‫ر‬ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ج‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬، ُ‫ه‬َ‫ب‬ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ك‬َ‫و‬ ، ُ‫ه‬َ‫ل‬ِ‫وك‬ُ‫م‬َ‫و‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫د‬ِ‫ه‬‫َا‬‫ش‬ َ‫و‬
‫اء‬ َ‫و‬َ‫س‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ : َ‫ال‬َ‫ق‬ َ‫و‬
Dari Jabir r.a Rasulullah SAW telah melaknat (mengutuk) orang yang makan riba, wakilnya,
penulisnya dan dua saksinya. HR. Muslim.
 Pada zaman Yunani sekitar abad VI sebelum Masehi hingga I Masehi, telah terdapat
beberapa jenis bunga. Besarnya bunga tersebut bervariasi bergantung pada kegunaannya.
Secara umum nilai bunga tersebut dikategorikan sebagai pinjaman biasa (6% - 18%),
pinjaman properti (6% - 12%), pinjaman antarkota (7% - 12%), dan pinjaman
perdagangan dan industri (12% - 18%).
 Pada masa Romawi sekitar abad V Sebelum Masehi hingga IV Masehi, terdapat Undang-
undang yang membenarkan penduduknya mengambil bunga selama tingkat bunga
tersebut sesuai dengan “tingkat maksimal yang dibenarkan hukum” (maximum legal
rate). Nilai suku bunga ini berubah-ubah sesuai dengan berubahnya waktu. Meskipun
Undang-undang membenarkan pengambilan bunga, tetapi pengambilannya tidak
dibenarkan dengan cara bunga berbunga (double countable).
 Dalam sejarah Islam, penggunaan uang tabungan yang disimpan masyarakat Yahudi
dengan pengembalian utang yang dilebihkan dari yang diutangkan (Riba atau Usury
Loan) sudah dilakukan sebelum kedatangan Islam. Pada saat itu, perdagangan sangat
membutuhkan modal sehingga menciptakan permintaan akan pinjaman yang memerlukan
pelunasan uang yang diterima lebih besar dari yang diutangkan. Jenis riba yang kedua,
yang dilakukan oleh masyarakat Yahudi adalah transaksi riba. Hal ini dilakukan
pedagang dengan menukarkan barangnya dengan barang yang sama dengan jumlah yang
lebih sedikit.
 Dari sudut pandang kaum Quraisy, riba adalah jalan terbaik untuk mendapatkan
keuntungan yang besar dari tabungan yang mereka miliki, karena debitur pada saat itu
tidak harus berjalan jauh untuk melakukan transaksi yang memakan biaya. Mereka akan
mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari transaksi riba tersebut. Hal ini disebabkan
karena modal yang ada hanya terbatas pada kaum Hijaz yang hidupnya nomaden,
sementara perdagangan meng-akibatkan permintaan modal yang tinggi, sedangkan
keuntungan yang mereka peroleh dari transaksi riba ini sangat besar.
B. Jenis-Jenis Riba
Menurut para ulama, riba ada empat macam :
a. Riba Fadli, yaitu riba dengan sebab tukar menukar benda, barang sejenis (sama) dengan tidak
sama ukuran jumlahnya. Misalnya satu ekor kambing ditukar dengan satu ekor kambing yang
berbeda besarnya satu gram emas ditukar dengan seperempat gram emas dengan kadar yang
sama. Sabda Rasul SAW
‫ه‬‫ال‬ِ‫ا‬ ِ‫ب‬َ‫ه‬‫ه‬‫ذ‬‫اال‬ ْ‫و‬ُ‫ع‬ْ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫ت‬ َ‫ال‬ :ُ‫هللا‬ ‫ى‬‫ه‬‫ل‬َ‫ص‬ ِ‫هللا‬ َ‫ل‬ ْ‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ ‫ه‬‫ن‬َ‫ا‬ ِِّ‫ي‬ ِ‫ْر‬‫د‬ُ‫ج‬ْ‫ال‬ ‫ن‬ ٍ‫د‬ْ‫ي‬ِ‫ع‬َ‫س‬ ‫ى‬ِ‫ب‬‫آ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ال‬َ‫ق‬ َ‫م‬‫ه‬‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬َ‫و‬ ٍ‫ل‬ْ‫ث‬ِ‫م‬ِ‫ب‬ ً‫ال‬ْ‫ث‬ِ‫م‬‫ا‬ ْ‫و‬‫و‬ُُِِّ‫ت‬ َ‫ال‬
ِ‫ب‬ ً‫ال‬ْ‫ث‬ِ‫م‬ ‫ه‬‫ال‬ِ‫ا‬ ِ‫ق‬ ِ‫ر‬َ‫و‬ْ‫ال‬ِ‫ب‬ َ‫ق‬ ِ‫ر‬َ‫و‬ْ‫واال‬ُ‫ع‬ِ‫ب‬َ‫ت‬َ‫ال‬َ‫و‬ ٍ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ا‬َ‫ه‬َ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ْ‫و‬ُ‫ع‬ِ‫ب‬َ‫ت‬َ‫ال‬َ‫و‬ ٍ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬‫ا‬َ‫ه‬َ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬‫ا‬ ْ‫و‬ُ‫ق‬ُِِ‫ت‬ َ‫ال‬َ‫و‬ ٍ‫ل‬ْ‫ث‬ِ‫م‬ٍٍ ِ‫َاج‬‫ن‬ِ‫ب‬‫ا‬ً‫ب‬ِِ‫َا‬َ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫ام‬
)‫عليه‬ ‫متُّق‬
Artinya:
“ Dari Abi Said Al Khudry, sesungguhnya Rasulullah SAW. Telah bersabda, “Janganlah kamu
jual emas dengan emas kecuali dalam timbangan yang sama dan janganlah kamu tambah
sebagian atas sebagiannya dan janganlah kamu jual uang kertas dengan uang kertas kecuali
dalam nilai yang sama, dan jangan kamu tambah sebagian atas sebagiannya, dan janganlah kamu
jual barang yang nyata (riil) dengan yang abstrak (ghaib).” (riwayat Bukhari dan muslim)
Riba Fadli atau riba tersembunyi ini dilarang karena dapat membawa kepada riba nasi’ah (riba
jail) artinya riba yang nyata
b. Riba Qardhi, yaitu riba yang terjadi karena adanya proses utang piutang atau pinjam
meminjam dengan syarat keuntungan (bunga) dari orang yang meminjam atau yang berhutang.
Misalnya, seseorang meminjam uang sebesar sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta) kemudian
diharuskan membayarnya Rp. 1.300.000,- (satu juta Tiga ratus ribu rupiah).
Terhadap bentuk transsaksi seperti ini dapat dikategorikan menjadi riba, seperti sabda Rasulullah
Saw
)‫البيهقى‬ ‫رواه‬ ‫ا‬ً‫ب‬ ِ‫ر‬َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫ف‬ ً‫ة‬َ‫ع‬َُّْ‫ن‬َ‫م‬ ‫ه‬‫ر‬َ‫ج‬ ٍ‫ض‬ ْ‫ر‬َ‫ق‬ ‫لو‬ُ‫ك‬
Artinya
“Semua piutang yang menarik keuntungan termasuk riba.” (Riwayat Baihaqi)
c. Riba Nasi’ah, ialah tambahan yang disyaratkan oleh orang yang mengutangi dari orang yang
berutang sebagai imbalan atas penangguhan (penundaan) pembayaran utangnya. Misalnya si A
meminjam uang Rp. 1.000.000,- kepada si B dengan perjanjian waktu mengembalikannya satu
bulan, setelah jatuh tempo si A belum dapat mengembalikan utangnya. Untuk itu, si A
menyanggupi memberi tambahan pembayaran jika si B mau menunda jangka waktunya. Contoh
lain, si B menawarkan kepada si A untuk membayar utangnya sekarang atau minta ditunda
dengan memberikan tambahan. Mengenai hal ini Rasulullah SAW. Menegaskan bahwa:
ِ‫َس‬‫ن‬ ِ‫ان‬ َ‫و‬َ‫ي‬َ‫ح‬ْ‫ال‬ِ‫ب‬ ِ‫ان‬ َ‫و‬َ‫ي‬َ‫ح‬َ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ‫َهى‬‫ن‬ َ‫م‬‫ه‬‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هلل‬‫ىا‬‫ه‬‫ل‬َ‫ص‬ ‫ه‬‫ي‬ِ‫ب‬‫ه‬‫ن‬‫ال‬ ‫ه‬‫ن‬َ‫ا‬ ٍ‫ب‬ُ‫د‬ْ‫ن‬ُ‫ج‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬ ِ‫ة‬َ‫ر‬َ‫م‬َ‫س‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬‫ال‬ ‫رواه‬ ً‫ة‬َ‫ئ‬ْ‫ي‬‫وصححه‬ ‫خمسة‬
‫الجاروه‬ ‫وابن‬ ‫الترمدى‬)
Artinya:
Dari Samrah bin Jundub, sesungguhnya Nabi Muhammad saw. Telah melarang jual beli hewan
dengan hewan dengan bertenggang waktu.” (Riwayat Imam Lima dan dishahihkan oleh
Turmudzi dan Ibnu Jarud)
d. Riba Yad, yaitu riba dengan berpisah dari tempat akad jual beli sebelum serah terima antara
penjual dan pembeli. Misalnya, seseorang membeli satu kuintal beras. Setelah dibayar, sipenjual
langsung pergi sedangkan berasnya dalam karung belum ditimbang apakah cukup atau tidak.
Jual beli ini belum jelas yang sebenarnya. Sabda Rasulullah SAW.
ْ‫ال‬ َ‫و‬ ِ‫ر‬ْ‫م‬‫ه‬‫ت‬‫ال‬ِ‫ب‬ُ‫ر‬ْ‫م‬‫ه‬‫ت‬‫ال‬ َ‫و‬ ِ‫ر‬ْ‫ي‬ِ‫ع‬‫ه‬ِ‫ال‬ِ‫ب‬ُ‫ر‬ْ‫ي‬ِ‫ع‬‫ه‬ِ‫ال‬ َ‫و‬ ِِّ‫ر‬ُ‫ب‬ْ‫ال‬ِ‫ب‬ ‫و‬‫ر‬ُ‫ب‬ْ‫ال‬ َ‫و‬ِ‫ة‬‫ه‬‫ض‬ُِّْ‫ال‬ِ‫ب‬ ُ‫ة‬‫ه‬‫ض‬ُِّ‫ل‬ ْْْ‫ا‬ َ‫و‬ ٍ‫ب‬َ‫ه‬‫ه‬‫ذ‬‫ال‬ِ‫ب‬ ُ‫َب‬‫ه‬ ‫ه‬‫ذ‬‫ال‬ِ‫م‬ ُِْ‫ل‬ِ‫م‬ْ‫ال‬ِ‫ب‬ ُُْ‫ل‬ِ‫م‬ٍ‫ل‬ْ‫ث‬ِ‫م‬ِ‫ب‬ ً‫ال‬ْ‫ث‬
ُ‫َاف‬‫ن‬ْ‫ص‬َ‫ال‬ْ‫ا‬ ِ‫ه‬ِ‫َذ‬‫ه‬ ْ‫ت‬ََُّ‫ل‬َ‫ت‬ْ‫ج‬َ‫ا‬‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫ا‬َ‫ف‬ٍ‫د‬َ‫ي‬ِ‫ب‬‫ًا‬‫د‬َ‫ي‬ ٍ‫اء‬ َ‫و‬َ‫س‬ِ‫ب‬ً‫ء‬‫ا‬ َ‫و‬َ‫س‬)‫مسلم‬ ‫رواه‬ ٍ‫د‬َ‫ي‬ِ‫ب‬ ‫ًا‬‫د‬َ‫ي‬ َ‫ان‬َ‫ك‬‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫ا‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ئ‬ِ‫ش‬ َ‫ف‬ْ‫ي‬َ‫ك‬‫ا‬ ْ‫و‬ُ‫ع‬ِ‫ب‬َ‫ف‬
Artinya:
“Emas dengan emas, perak dengan perak, beras dengan beras, gandum dengan gandum, kurma
dengan kurma, garam dengan garam, hendaknya serupa dan sama banyaknya, tunai dengan tunai,
apabila berlainan jenisnya boleh kamu menjual sekehendamu asal tunai”. (Riwayat Muslim)
C. Hukum Riba
1. Al-Qur’an
- Allah Swt berfirman, “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu
(sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali
(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya”. (Q.S. Al-Baqarah 2 : 275)
Ibnu Katsir rh berkata, “Allah Swt menyebutkan perihal orang-orang yang memakan riba dan
memakan harta orang lain dengan cara yang batil serta melakukan usaha syubhat. Melalui ayat
ini Allah Swt memberitakan keadaan mereka kelak saat mereka dibangkitkan dari kuburnya,
lalu berdiri menuju tempat dihimpunnya semua makhluk.
Untuk itu Allah Swt berfirman, “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila”.
- Allah Swt berfirman, “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa”. (Q.S. Al-
Baqarah 2 : 276)
- Allah Swt berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika
kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-
Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu
pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”. (Q.S. Al-Baqarah 2 : 278-
279)
- Allah Swt berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda[228]] dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan”. (Q.S. Ali Imran 3 : 130)
2. As-Sunnah
Rasulullah Saw bersabda, “Tinggalkanlah tujuh dosa yang dapat membinasakan”. Sahabat
bertanya, “Apakah itu ya Rasulullah?”. Jawab Nabi, “ (1) Syirik (mempersekutukan Allah),
(2) Berbuat sihir, (3) Membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali yang haq, (4) Makan
harta riba, (5) Makan harta anak yatim, (6) Melarikan diri dari medan perang saat berjihad dan
(7) Menuduh wanita mukminah yang sopan (berkeluarga) dengan tuduhan zina”. (HR
Bukhari)
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud ra bahwa Rasulullah Saw telah melaknat pemakan riba, yang
mewakili, saksinya dan penulisnya”. (HR Abu Dawud)
Rasulullah Saw bersabda, “Satu dirham uang riba yang dimakan seseorang, sedangkan orang
tersebut mengetahuinya, dosa perbuatan tersebut lebih berat daripada dosa enam puluh kali
zina”. (HR Ahmad)
Rasulullah Saw bersabda, “Riba memiliki enam puluh pintu dosa, dosa yang paling ringan
dari riba ialah seperti dosa yang berzina dengan ibunya”. (HR Ibnu Jarir)
Rasulullah Saw melaknat pemakan riba, dua saksinya, dua penulisnya, jika mereka tahu yang
demikian, mereka dilaknat lidah Muhammad Saw pada hari kiamat”. (HR Nasa’i)
“Emas dengan emas sama berat sebanding dan perak dengan perak sama berat & sebanding”.
(HR Ahmad)
3. Ijma’
Seluruh ulama sepakat bahwa riba diharamkan dalam Islam.
D. Alasan Riba Haram Dalam Hukum Islam, Kristen, Hindu, Budha
1. Riba dalam Agama Islam (Al-Quran dan Hadis)
 Riba dalam Al – Quran
Penghraman Riba dilakukan secara bertahap.
Tahap pertama, menolak anggapan bahwa pinjaman riba yang pada zhahirnya seolah-olah
menolong orang yang membutuhkan.
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta
manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridaan Allah, maka (yang berbuat
demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).” (QS. Ar-Ruum [30]:
39)
Tahap kedua, riba digambarkan sebagai suatu yang buruk. Allah mengancam dengan
balasan yang keras kepada orang Yahudi yang memakan riba.
“Maka disebabkan kelaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan
makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka
banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba,
padahal sesungguhnya mereka telah dilarang dari padanya, dan karena mereka memakan
harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang
kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.” (QS. An-Nisaa’ [4]: 160-161)
Tahap ketiga, Allah mengharamkan riba yang berlipat ganda. Sedangkan riba yang tidak
berlipat ganda belum diharamkan. Allah berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda
dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”(Ali Imran
130).
Ayat ini turun pada tahun ke 3 hijriyah. Secara umum ayat ini harus dipahami bahwa kriteria
berlipat-ganda bukanlah merupakan syarat dari terjadinya riba (jikalau bunga berlipat
ganda maka riba tetapi jikalau kecil bukan riba), tetapi ini merupakan sifat umum
dari praktek pembungaan uang pada saat itu.
Tahap terakhir, Allah dengan jelas dan tegas mengharam-kan apa pun jenis tambahan
yang diambil dari pinjaman baik bunga yang kecil maupun besar. Ini adalah ayat terakhir
yang diturunkan menyangkut riba.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang
belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok
hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.”(Al-Baqarah: 278-279)
 Riba dalam Hadis
“Dari Ibnu Mas’ud, bahwa Nabi Saw bersabda: “Riba itu ada 73 tingkatan, yang paling
ringan daripadanya adalah seumpama seseorang menzinai ibunya sendiri.” (Al-Hakim)
“Satu Dirham dari riba yang diambil seseorang, lebih besar dosanya di sisi Allah dari
33 kali berzina dalam agama Islam.” (HR.Thabrany)
"Rasulullah Saw melaknat pemakan riba, orang yang membayarnya, juru tulisnya, dan
saksi-saksinya. Dia bersabda,”Mereka semua sama.” (HR. Muslim)
“Tinggalkanlah tujuh perkara yang membinasakan. Para sahabat bertanya, “Apakah itu
ya Rasul?. Beliau menjawab, syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa orang yang
diharamkan Allah kecuali dengan hak, memakan riba, memakan harta anak yatim,
melarikan diri ketika peperangan berkecamuk, menuduh wanita suci berzina”. (HR..dari
Abu Hurairah).
Dalam hadits lain Nabi barsabda, “Empat golongan yang tidak dimasukkan ke dalam
syurga dan tidak merasakan nikmatnya, yang menjadi hak prerogatif Allah, Pertama,
peminum kahamar, Kedua pemakan riba, Ketiga, pemakan harta anak yatim dan keempat,
durhaka kepada orang tuanya”.(H.R. Hakim).
2. Riba dalam Agama Kristen
Dalam perjanjian baru Injil Lukas ayat 34:
“Jika kamu menghutangi kepada orang yang kamu harapkan imbalannya, maka di mana
sebenarnya kehormatanmu, tetapi berbuatlah kebaikan dan berikanlah pinjaman dengan tidak
mengharapkan kembalinya, karena pahala kamu akan sangat banyak.
Larangan praktek bunga juga dikeluarkan oleh gereja dalam bentuk undang-undang
(Canon):
Council of Elvira (Spanyol tahun 306) mengeluarkan Canon 20 yang melarang para pekerja
gereja mem-praktekkan pengambilan bunga. Barangsiapa yang melanggar, maka pangkatnya
akan diturunkan.
Council of Arles (tahun 314) mengeluarkan Canon 44 yang juga melarang para pekerja gereja
mempraktekkan pengambilan bunga.
First Council of Nicaea (tahun 325) mengeluarkan Canon 17 yang mengancam akan memecat
para pekerja gereja yang mempraktekkan bunga.
Gereja Katolik Roma sejak abad ke-4 melarang pengambilan bunga oleh para kleru.
Larangan ini diperluas bagi kaum awam pada abad ke-5. Pada abad ke-8, Gereja Katolik
menyatakan riba menjadi tindak pidana umum. Gerakan anti-riba terus mendapatkan tempat
selama awal Abad Pertengahan. Puncaknya, pada tahun 1311, Paus Clement V membuat
larangan riba dan menyatakan bahwa semua undang-undang yang mendukung, batal demi
hukum.
Pada tahun 1891, Paus Leo XIII dalam “Rerum Novarum“, riba dikatakan sebagai kerakusan.
Walau sering dikutuk Gereja, praktek ini masih sering terjadi. Bahkan pada tahun 1989, Paus
Yohanes Paulus II dalam Sollicitude Rei Socialis secara eksplisit menuduh praktek riba sebagai
penyebab krisis dunia ketiga.
Namun, pada akhir abad 13 muncul aliran-aliran baru yang berusaha menghilangkan pengaruh
gereja yang mereka anggap kolot, sehingga peminjaman dengan bunga berkembang luas dan
pengharaman bunga dari pihak gereja pun makin kabur. Sejak itu praktek bunga merajalela dan
dianggap sah di Eropa.
Pada masa ini (abad XII-XVI) terjadi perkembangan di bidang perekonomian dan perdagangan.
Uang dan kredit menjadi unsur yang penting dalam masyarakat. Pinjaman untuk memberi modal
kerja kepada para pedagang mulai digulirkan pada awal Abad XII. Pasar uang perlahan-lahan
mulai terbentuk. Proses tersebut mendorong terwujudnya suku bunga pasar secara meluas.
Bunga dibedakan menjadi interest dan usury. Menurut mereka, interest adalah bunga yang
diperbolehkan, sedangkan usury adalah bunga yang berlebihan.
3. Riba dalam Hindu dan Budha
Praktek riba (rente) dalam agama Hindu dan Budha dapat kita temukan dalam naskah kuno
India. Teks - teks Veda India kuno (2.000-1.400 SM) mengkisahkan “lintah darat” (kusidin)
disebutkan sebagai pemberi pinjaman dengan bunga. Atau dalam dalam teks Sutra (700-100 SM)
dan Jataka Buddha (600-400 SM) menggambarkan situasi sentimen yang menghina riba.
Sebagai contoh, Vasishtha, seorang Hindu terkenal pembuat hukum waktu itu, membuat undang-
undang khusus yang melarang kasta yang lebih tinggi dari Brahmana (pendeta) dan Ksatria
(pejuang) menjadi rentenir atau pemberi pinjaman dengan bunga tinggi. Juga, dalam Jataka, riba
disebut sebagai “hypocritical ascetics are accused of practising it”. Pada abad kedua, riba telah
menjadi istilah yang lebih relatif, seperti yang tersirat dalam hukum Manu, “ditetapkan bunga
melampaui tingkat hukum yang berlaku.
E. Dampak Negatif Riba Terhadap Agama, Sosial, Ekonomi
1. Terhadap Agama
akibat buruk, ancaman bahaya, bencana berkepanjangan, sanksi dunia dan Akhirat, dan
sangat merugikan kehidupan individu maupun masyarakat. Riba adalah dosa besar, kejahatan
sadis, dan bencana dahsyat yang diharamkan berdasarkan Kitab Allah, Sunnah Rasulullah,
dan ijma’ (konsensus) umat Islam.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebutkan sebagai salah satu dari tujuh
dosa besar yang membinasakan. Sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim
dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘Anhu. Riba adalah satu-satunya dosa yang paling besar
menurut Allah dan merupakan salah satu perbuatan paling keji yang diharamkan di dalam
seluruh syariat samawi (yang turun dari langit). Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
"Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan
makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka
banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba,
padahal sesungguhnya mereka telah melarang daripadanya, dan karena mereka memakan
harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir
di antara mereka itu siksa yang pedih". (QS. An-Nisa’ 161)
Orang-orang yang mengkonsumsi riba diancam dengan ancaman yang keras di dunia dan
Akhirat. Mereka diancam dengan azab di Neraka dan tempat tinggal yang seburuk-buruknya.
Orang-orang yang menjalankan praktik riba adalah orang-orang yang memerangi Allah dan
Rasulnya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang
belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasulnya akan memerangimu.
Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
menganiaya dan tidak (pula) dianiaya". (QS. Al-Baqarah :278-279)
2. Terhadap Sosial Kemasyarakatan
Riba merupakan pendapatan yang didapat secara tidak adil. Para pengambil riba
menggunakan uangnya untuk memerintahkan orang lain agar berusaha dan mengembalikan,
misalnya 25% lebih tinggi dari jumlah yang dipinjamkannya. Persoalannya, siapa yang bisa
menjamin bahwa usaha yang dijalankan oleh orang itu nantinya mendapat keuntungan lebih
dari 25%? Semua orang, apalagi yang Bergama tahu bahwa siapa pun tidak bisa memastikan
apa yang terjadi besok atau lusa. Siapa pun tahu bahwa berusaha memiliki dua kemungkinan:
berhasil atau gagal. Dengan menetapkan riba, orang sudah memastikan bahwa usaha yang
dikelola pasti untung.
3. Terhadap Ekonomi
Di antara dampak ekonomi riba adalah dampak inflatoir yang diakibatkan oleh bunga sebagai
biaya uang. Hal tersebut disebabkan karena salah satu elemen dari penentuan harga adalah
suku bunga. Semakin tinggi suku bunga, semakin tinggi juga harga yang akan ditetapkan
pada suatu barang.
Dampak lainnya adalah bahwa hutang, dengan rendahnya tingkat penerimaan peminjam dan
tingginya biaya bunga, akan menjadikan peminjam tidak pernah keluar dari ketergantungan,
terlebih lagi bila bunga atas hutang tersebut dibungakan. Contoh paling nyata adalah hutang
negara-negara berkembang kepada negara-negara maju. Meskipun disebut pinjaman lunak,
artinya dengan suku bunga rendah, pada akhirnya negara-negara peng-hutang harus
berhutang lagi untuk membayar bunga dan pokoknya. Sehingga, terjadilah hutang yang
terus-menerus. Ini yang menjelaskan proses terjadinya kemiskinan struktural yang menimpa
lebih dari separuh masyarakat dunia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum Ulama membagi riba itu menjadi dua macam saja, yaitu riba
nasi’ah’dan riba fadil, sedangkan riba yad dan Riba qardi termasuk ke dalam riba
nasi’ah dan ribafadhl. Barang-barang yang berlaku riba padanya ialah emas,perak, dan makanan
yang mengeyangkan atau yang berguna untuk yang mengenyangkan, misalnya garam. Jual beli
barang tersebut, kalau sama jenisnya seperti emas dan dengan emas, gadum dengan gadum,
diperlukan tiga syarat: (1) tunai, (2) serah terima, dan (3) sama timbangannya. Kalau jenisnya
berlianan, tetapi ‘ilat ribanya satu, seperti emas dengan perak, boleh tidak sama tibangannya,
tetapi mesti tunai dan timbang terima. Kalau jenis dan ‘ilat ribanya berlainan seperti perak
dengan beras, boleh dijial bagaimana saja seperti barang-barang yang lain; berarti tidak
diperlukan suatu syarat dari yang tiga itu.
Riba (termasuk bunga bank) adalah termasuk dosa besar. Baik pemberi, penulis dan dua
saksi riba adalah sama dalam dosa dan maksiat denganpemakan riba. Tidak boleh bagi seorang
Muslim mengokohkan transaksi riba. Dianjurkan (bahkan wajib) bagi kaum Muslimin untuk
mendirikan bank Islam sesuai dengan syari’at agama, dan menghindarkan dari segala macam
bentuk/praktek riba.
B. Kritik dan Saran
Demikian makalah ini kami kami sebagai penyusun, menyadari terdapat kekurangan
maupun kekhilafan atau kesalahan, baik dalam penyelesaian maupun pemaparan dari makalah
kami ini.
Dari itu, kami sangat mengharap dari para pembaca atau pendengar sekalian, baik teman-teman
maupun Ibu Dosen sebagai pembimbing dalam mata kuliah ini, untuk turut serta dalam
memberikan kritik yang membangun dan saran yang baik tentunya agar kedepannya nanti kami
akan dan bisa menjadi lebih maju dan baik dari sebelumnya. Amin…ya rabbal ‘alamin !

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Riba Dalam Pandangan Syari'ah Islam
Riba Dalam Pandangan Syari'ah Islam  Riba Dalam Pandangan Syari'ah Islam
Riba Dalam Pandangan Syari'ah Islam
alhazimy
 
Resume buku teori pembungaan uang
Resume buku teori pembungaan uangResume buku teori pembungaan uang
Resume buku teori pembungaan uang
Ervina Cranberry's
 
Riba dalam perspektif islam
Riba dalam perspektif islamRiba dalam perspektif islam
Riba dalam perspektif islam
Maisa Rifa
 
2.1 riba muamalat
2.1 riba muamalat2.1 riba muamalat
2.1 riba muamalat
shahirah44
 

La actualidad más candente (20)

Riba dalam syariat islam
Riba dalam syariat islamRiba dalam syariat islam
Riba dalam syariat islam
 
Fiqh - Muamalah
Fiqh - MuamalahFiqh - Muamalah
Fiqh - Muamalah
 
Riba Dalam Pandangan Syari'ah Islam
Riba Dalam Pandangan Syari'ah Islam  Riba Dalam Pandangan Syari'ah Islam
Riba Dalam Pandangan Syari'ah Islam
 
06.2 HUKUM UTANG & PINJAMAN
06.2 HUKUM UTANG & PINJAMAN06.2 HUKUM UTANG & PINJAMAN
06.2 HUKUM UTANG & PINJAMAN
 
Riba
RibaRiba
Riba
 
Modul iii riba
Modul iii ribaModul iii riba
Modul iii riba
 
Resume buku teori pembungaan uang
Resume buku teori pembungaan uangResume buku teori pembungaan uang
Resume buku teori pembungaan uang
 
Riba dalam perspektif islam
Riba dalam perspektif islamRiba dalam perspektif islam
Riba dalam perspektif islam
 
Ar rahn
Ar rahnAr rahn
Ar rahn
 
Qardh dalam islam
Qardh dalam islamQardh dalam islam
Qardh dalam islam
 
Riba’
Riba’Riba’
Riba’
 
Nota konsep pinjaman dalam islam
Nota konsep pinjaman dalam islamNota konsep pinjaman dalam islam
Nota konsep pinjaman dalam islam
 
Riba dalam al qur'an
Riba dalam al qur'anRiba dalam al qur'an
Riba dalam al qur'an
 
01. membangun bisnis syariah
01. membangun bisnis syariah01. membangun bisnis syariah
01. membangun bisnis syariah
 
Materi Tafsir Ayat Ekonomi Pak Yazid
Materi Tafsir Ayat Ekonomi Pak YazidMateri Tafsir Ayat Ekonomi Pak Yazid
Materi Tafsir Ayat Ekonomi Pak Yazid
 
2.1 riba muamalat
2.1 riba muamalat2.1 riba muamalat
2.1 riba muamalat
 
Riba&Bank
Riba&Bank Riba&Bank
Riba&Bank
 
Hukum Utang (ad-Dain) dan Pinjaman (al-Qardh) .PPT
Hukum Utang (ad-Dain) dan Pinjaman (al-Qardh) .PPTHukum Utang (ad-Dain) dan Pinjaman (al-Qardh) .PPT
Hukum Utang (ad-Dain) dan Pinjaman (al-Qardh) .PPT
 
6. riba
6. riba6. riba
6. riba
 
Islam dalam mengatur transaksi utang piutang dan angsuran (kredit)
Islam dalam mengatur transaksi utang piutang dan angsuran (kredit)Islam dalam mengatur transaksi utang piutang dan angsuran (kredit)
Islam dalam mengatur transaksi utang piutang dan angsuran (kredit)
 

Destacado

Makalah perbedaan riba dengan bunga bank
Makalah perbedaan riba dengan bunga bankMakalah perbedaan riba dengan bunga bank
Makalah perbedaan riba dengan bunga bank
Heny Larasatii
 
Makalah tentang Koperasi
Makalah tentang KoperasiMakalah tentang Koperasi
Makalah tentang Koperasi
Rajabul Gufron
 
MZ24-simple (dragged)
MZ24-simple (dragged)MZ24-simple (dragged)
MZ24-simple (dragged)
AnneBellego
 
TRABAJO DE INFORMATICA EDUCATIVA
TRABAJO DE INFORMATICA EDUCATIVATRABAJO DE INFORMATICA EDUCATIVA
TRABAJO DE INFORMATICA EDUCATIVA
carmdida
 
신기술업무프로세스핵심용어(It비지니스용어집)
신기술업무프로세스핵심용어(It비지니스용어집)신기술업무프로세스핵심용어(It비지니스용어집)
신기술업무프로세스핵심용어(It비지니스용어집)
Jay W. Choi
 
50 sites 21st century skills
50 sites 21st century skills50 sites 21st century skills
50 sites 21st century skills
Brandon Raymo
 
IDNOG3-Jimmy-CloudFlare
IDNOG3-Jimmy-CloudFlareIDNOG3-Jimmy-CloudFlare
IDNOG3-Jimmy-CloudFlare
Jimmy Lim
 
Internship authenticity prof adi milman
Internship authenticity prof adi milmanInternship authenticity prof adi milman
Internship authenticity prof adi milman
leadinghr
 

Destacado (20)

Makalah perbedaan riba dengan bunga bank
Makalah perbedaan riba dengan bunga bankMakalah perbedaan riba dengan bunga bank
Makalah perbedaan riba dengan bunga bank
 
Makalah syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba
Makalah syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba Makalah syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba
Makalah syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba
 
Makalah tentang Koperasi
Makalah tentang KoperasiMakalah tentang Koperasi
Makalah tentang Koperasi
 
Kita Hebat
Kita Hebat Kita Hebat
Kita Hebat
 
MZ24-simple (dragged)
MZ24-simple (dragged)MZ24-simple (dragged)
MZ24-simple (dragged)
 
Measuring the End User
Measuring the End User Measuring the End User
Measuring the End User
 
TRABAJO DE INFORMATICA EDUCATIVA
TRABAJO DE INFORMATICA EDUCATIVATRABAJO DE INFORMATICA EDUCATIVA
TRABAJO DE INFORMATICA EDUCATIVA
 
신기술업무프로세스핵심용어(It비지니스용어집)
신기술업무프로세스핵심용어(It비지니스용어집)신기술업무프로세스핵심용어(It비지니스용어집)
신기술업무프로세스핵심용어(It비지니스용어집)
 
The Library Technology Prototyping Service at Illinois
The Library Technology Prototyping Service at IllinoisThe Library Technology Prototyping Service at Illinois
The Library Technology Prototyping Service at Illinois
 
Tsaap-Notes – An Open Micro-Blogging Tool for Collaborative Notetaking during...
Tsaap-Notes – An Open Micro-Blogging Tool for Collaborative Notetaking during...Tsaap-Notes – An Open Micro-Blogging Tool for Collaborative Notetaking during...
Tsaap-Notes – An Open Micro-Blogging Tool for Collaborative Notetaking during...
 
Anti immigration laws
Anti immigration lawsAnti immigration laws
Anti immigration laws
 
LEXIA MÉXICO PyME
LEXIA MÉXICO PyMELEXIA MÉXICO PyME
LEXIA MÉXICO PyME
 
50 sites 21st century skills
50 sites 21st century skills50 sites 21st century skills
50 sites 21st century skills
 
IDNOG3-Jimmy-CloudFlare
IDNOG3-Jimmy-CloudFlareIDNOG3-Jimmy-CloudFlare
IDNOG3-Jimmy-CloudFlare
 
Dela u2 act5_el_contrato_y_su_contenido
Dela u2 act5_el_contrato_y_su_contenidoDela u2 act5_el_contrato_y_su_contenido
Dela u2 act5_el_contrato_y_su_contenido
 
Openstack install-guide-apt-kilo
Openstack install-guide-apt-kiloOpenstack install-guide-apt-kilo
Openstack install-guide-apt-kilo
 
My book of poems - Batu Klont
My book of poems - Batu KlontMy book of poems - Batu Klont
My book of poems - Batu Klont
 
Membuat aplikasi java web enterprise sederhana
Membuat aplikasi java web enterprise sederhanaMembuat aplikasi java web enterprise sederhana
Membuat aplikasi java web enterprise sederhana
 
Internship authenticity prof adi milman
Internship authenticity prof adi milmanInternship authenticity prof adi milman
Internship authenticity prof adi milman
 
The Year Book PR.ONE
The Year Book PR.ONEThe Year Book PR.ONE
The Year Book PR.ONE
 

Similar a Ekonomi syariah tentang riba

Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)
Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)
Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)
Marhamah Saleh
 
14 RIBA, Besar Dosanya Ngeri Siksanya - Nasihat Ustadz.docx
14 RIBA, Besar Dosanya Ngeri Siksanya - Nasihat Ustadz.docx14 RIBA, Besar Dosanya Ngeri Siksanya - Nasihat Ustadz.docx
14 RIBA, Besar Dosanya Ngeri Siksanya - Nasihat Ustadz.docx
Sayyidah7
 
Riba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasi
Riba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasiRiba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasi
Riba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasi
Setiono Winardi
 
Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2
Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2
Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2
Marhamah Saleh
 
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12
Marhamah Saleh
 

Similar a Ekonomi syariah tentang riba (20)

Riba vs Zakat - Anto Apriyanto
Riba vs Zakat - Anto ApriyantoRiba vs Zakat - Anto Apriyanto
Riba vs Zakat - Anto Apriyanto
 
Makalah feqih kelompok 4
Makalah feqih kelompok 4Makalah feqih kelompok 4
Makalah feqih kelompok 4
 
Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)
Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)
Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)
 
Riba Bank dan Asuransi
Riba Bank dan AsuransiRiba Bank dan Asuransi
Riba Bank dan Asuransi
 
Riba bank dan asuransi
Riba bank dan asuransiRiba bank dan asuransi
Riba bank dan asuransi
 
Kontroversi bunga dan riba (1)
Kontroversi bunga dan riba (1)Kontroversi bunga dan riba (1)
Kontroversi bunga dan riba (1)
 
Kontroversi bunga dan riba (1)
Kontroversi bunga dan riba (1)Kontroversi bunga dan riba (1)
Kontroversi bunga dan riba (1)
 
Saham saham-bank
Saham saham-bankSaham saham-bank
Saham saham-bank
 
14 RIBA, Besar Dosanya Ngeri Siksanya - Nasihat Ustadz.docx
14 RIBA, Besar Dosanya Ngeri Siksanya - Nasihat Ustadz.docx14 RIBA, Besar Dosanya Ngeri Siksanya - Nasihat Ustadz.docx
14 RIBA, Besar Dosanya Ngeri Siksanya - Nasihat Ustadz.docx
 
TEORI RIBA DAN PERMASALAHANNYA DALAM FIQIH MUAMALAH
TEORI RIBA DAN PERMASALAHANNYA DALAM FIQIH MUAMALAHTEORI RIBA DAN PERMASALAHANNYA DALAM FIQIH MUAMALAH
TEORI RIBA DAN PERMASALAHANNYA DALAM FIQIH MUAMALAH
 
Riba
RibaRiba
Riba
 
Presentasi Fiqih Muamalah Agus Salim.pptx
Presentasi Fiqih Muamalah Agus Salim.pptxPresentasi Fiqih Muamalah Agus Salim.pptx
Presentasi Fiqih Muamalah Agus Salim.pptx
 
Riba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasi
Riba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasiRiba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasi
Riba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasi
 
Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2
Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2
Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2
 
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12
 
AYAT_AYAT_TENTANG_RIBA.docx
AYAT_AYAT_TENTANG_RIBA.docxAYAT_AYAT_TENTANG_RIBA.docx
AYAT_AYAT_TENTANG_RIBA.docx
 
Ribaa klmpk 2
Ribaa klmpk 2Ribaa klmpk 2
Ribaa klmpk 2
 
RIBA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
RIBA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAMRIBA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
RIBA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
 
ayat muamalat jual beli
ayat muamalat jual beliayat muamalat jual beli
ayat muamalat jual beli
 
PS4RK_Tafsir_Ayat_Alquran_Tentang_Riba.pdf
PS4RK_Tafsir_Ayat_Alquran_Tentang_Riba.pdfPS4RK_Tafsir_Ayat_Alquran_Tentang_Riba.pdf
PS4RK_Tafsir_Ayat_Alquran_Tentang_Riba.pdf
 

Último

bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah okebsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
galuhmutiara
 
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh CityAbortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
jaanualu31
 
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotecAbortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanianpresentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
HALIABUTRA1
 
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get CytotecAbortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 

Último (18)

METODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptx
METODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptxMETODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptx
METODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptx
 
MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptxMODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
 
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
 
PEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptx
PEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptxPEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptx
PEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptx
 
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.pptPresentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
 
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.pptKarakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
 
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaan
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaanReview Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaan
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaan
 
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdf
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdfSlide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdf
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdf
 
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah okebsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
 
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh CityAbortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
 
kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121
 
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotecAbortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
 
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsung
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsungSaham dan hal-hal yang berhubungan langsung
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsung
 
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanianpresentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
 
MODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptxMODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptx
 
TEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptx
TEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptxTEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptx
TEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptx
 
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get CytotecAbortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
 
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.ppt
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.pptsejarah dan perkembangan akuntansi syariah.ppt
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.ppt
 

Ekonomi syariah tentang riba

  • 1. FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TRISAKTI RIBA OLEH : KANIA NABILLA (028140022) NADHIFA RAHMANIA (028140030)
  • 2. KATA PENGANTAR Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Segala puji bagi Allah yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini memuat tentang Riba yang sengaja penulis pilih karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu DRA IDA BUSNETY MM yang telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih. wssalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Penulis
  • 3. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah dan persepsi mengenai riba begitu hidupnya di dunia Islam. Oleh karenanya, terkesan seolah-olah doktrin riba adalah khas Islam. Orang sering lupa bahwa hukum larangan riba, sebagaimana dikatakan oleh seorang Muslim Amerika, Cyril Glasse, dalam buku ensiklopedinya, tidak diberlakukan di negeri Islam modern manapun. Sementara itu, kebanyakan orang tidak mengetahui bahwa di dunia Kristenpun, selama satu milenium, riba adalah barang terlarang dalam pandangan theologi, cendekiawan maupun menurut undang-undang yang ada. Di sisi lain, kita dihadapkan pada suatu kenyataan bahwa praktek riba yang merambah ke berbagai negara ini sulit diberantas, sehingga berbagai penguasa terpaksa dilakukan pengaturan dan pembatasan terhadap bisnis pembungaan uang. Perdebatan panjang di kalangan ahli fikih tentang riba belum menemukan titik temu. Sebab mereka masing-masing memiliki alasan yang kuat. Akhirnya timbul berbagai pendapat yang bermacam-macam tentang bunga dan riba. Riba bukan cuma persoalan masyarakat Islam, tapi berbagai kalangan di luar Islam pun memandang serius persoalan riba. Kajian terhadap masalah riba dapat dirunut mundur hingga lebih dari 2.000 tahun silam. Masalah riba telah menjadi bahasan kalangan Yahudi, Yunani, demikian juga Romawi. Kalangan Kristen dari masa ke masa juga mempunyai pandangan tersendiri mengenai riba. Dalam Islam, memungut riba atau mendapatkan keuntungan berupa riba pinjaman adalah haram. Ini dipertegas dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 275 : ...padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.... Pandangan ini juga yang mendorong maraknya perbankan syariah dimana konsep keuntungan bagi penabung didapat dari sistem bagi hasil bukan dengan bunga seperti pada bank konvensional, karena menurut sebagian pendapat (termasuk Majelis Ulama Indonesia), bunga bank termasuk ke dalam riba. bagaimana suatu akad itu dapat dikatakan riba? hal yang mencolok dapat diketahui bahwa bunga bank itu termasuk riba adalah ditetapkannya akad di awal. jadi ketika kita sudah menabung dengan tingkat suku bunga tertentu, maka kita akan mengetahui hasilnya dengan pasti. berbeda dengan prinsip bagi hasil yang hanya memberikan nisbah bagi hasil bagi deposannya. dampaknya akan sangat panjang pada transaksi selanjutnya. yaitu bila akad ditetapkan di awal/persentase yang didapatkan penabung sudah diketahui, maka yang menjadi sasaran untuk menutupi jumlah bunga tersebut adalah para pengusaha yang meminjam modal dan apapun yang terjadi, kerugian pasti akan ditanggung oleh peminjam. berbeda dengan bagi hasil yang hanya memberikan nisbah tertentu pada deposannya. maka yang di bagi adalah keuntungan dari yang didapat kemudian dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati oleh kedua belah pihak.
  • 4. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian dan Sejarah Riba Asal makna “riba” menurut bahasa Arab ialah lebih (bertambah). Dalam pengertian lain, secara linguistik riba juga berarti tumbuh dan membesar . Sedangkan menurut istilah riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil. Adapun yang maksud disini menurut istilah syara’ adalah akad yang terjadi dengan penukaran yang tertentu, tidak diketahui sama atau tidaknya menurut aturan syara’, atau terlambat menerimanya. Riba berarti menetapkan bunga atau melebihkan jumlah pinjaman saat pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok, yang dibebankan kepada peminjam. Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual- beli maupun pinjam-meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam. Riba dalam pandangan agama. Dalam Islam, memungut riba atau mendapatkan keuntungan berupa riba pinjaman adalah haram. Ini dipertegas dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 275 :“...padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba... .” Adapun dalil yang terkait dengan perbuatan riba, berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Di antara ayat tentang riba adalah sebagai berikut: ۟‫ا‬ َٰٓ‫و‬َ‫ب‬ِِّ‫ٱلر‬ ۟‫وا‬ُ‫ل‬ُ‫ك‬ْ‫أ‬َ‫ت‬ َ‫َل‬ ۟‫وا‬ُ‫ن‬َ‫ام‬َ‫ء‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ٱل‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬ََٰٓ‫ي‬َ‫ون‬ُ‫ح‬ِ‫ل‬ْ‫ف‬ُ‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َّ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ل‬ َ َّ‫ٱَّلل‬ ۟‫وا‬ُ‫ق‬َّ‫ت‬‫ٱ‬ َ‫و‬ ۖ ًۭ‫ة‬َ‫ف‬َ‫ع‬َ‫ض‬ُّ‫م‬ ‫ا‬ًۭ‫ف‬َ‫ع‬ْ‫ض‬َ‫أ‬ ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” QS Ali Imran : 130. ‫ذَّل‬ِ‫ي‬‫ن‬ َ ‫ل‬‫ذ‬ ‫ُكل‬‫ل‬ُ‫ل‬‫ن‬َ ‫ل‬‫ر‬ُ‫ل‬َ ‫و‬ِ‫ا‬ َ ‫ل‬‫ا‬ ‫ُكل‬‫ل‬‫م‬ُ‫ل‬‫ن‬‫ل‬‫ذ‬ ‫ن‬‫ا‬ِ‫ا‬ ‫ك‬‫ل‬‫م‬‫ل‬‫ن‬ ‫ل‬‫ق‬ُ‫ل‬‫ن‬‫ل‬‫ذ‬ ‫ٱ‬ِ‫ي‬‫ن‬ َ ‫ل‬‫ت‬‫ل‬‫خ‬‫ن‬‫ب‬‫طل‬‫ل‬‫ه‬‫ل‬‫ذ‬ ‫ل‬َّ‫ل‬‫خ‬ ‫ن‬‫ن‬ َ ‫َّل‬ِ‫م‬ ‫و‬ ِ‫م‬‫ل‬‫م‬ َ ‫ل‬َِٰ ‫ل‬َ ‫أ‬‫ل‬‫ن‬‫ن‬‫ه‬‫ل‬ََِ ‫ل‬‫ر‬ ‫ل‬ُ‫ل‬ ‫ك‬‫ل‬۟ ‫ك‬‫ل‬‫م‬‫ن‬‫ه‬ِ‫ا‬ ‫ل‬ْ ‫ل‬‫ب‬ َ ‫ل‬‫ث‬‫ل‬ِ‫م‬ ‫ل‬‫ر‬ُ‫ل‬َ ‫و‬ِ‫ا‬ َ ‫ثن‬‫ل‬‫ح‬‫ل‬‫ل‬ ‫ل‬َّ‫ل‬ ‫ن‬‫َه‬ ‫ل‬ْ ‫ل‬‫ب‬ َ ‫ل‬‫ق‬‫ن‬‫ا‬‫ل‬‫ح‬ ‫ل‬َّ ‫ل‬‫ر‬ُ‫ل‬َ ‫و‬ِ‫ا‬ َ َّ‫ل‬‫م‬‫ل‬‫ن‬ ‫ج‬‫ل‬‫آ‬‫ل‬َ‫ه‬‫ل‬‫ۥ‬ َ‫و‬ْ‫ل‬َُِِ‫ل‬‫م‬ َّ‫و‬ِ‫م‬ ‫ر‬ِ‫ت‬‫و‬َِ ‫ن‬‫ۦ‬ ‫ٱ‬‫ل‬‫ن‬‫ل‬‫ه‬‫ىه‬‫ل‬‫ن‬ ‫ج‬‫ل‬‫ت‬‫ل‬ُ‫ل‬‫ن‬ ‫ك‬‫ل‬‫م‬ ‫ل‬‫ل‬‫ل‬ُ‫ل‬َ ‫ل‬‫ج‬‫ل‬‫آ‬‫ل‬‫ا‬‫م‬‫ل‬‫ل‬ ‫ل‬َّ ‫ٱ‬‫ل‬ ِ‫ا‬ ِ ‫ن‬‫َه‬ َّ‫ل‬‫م‬‫ل‬َّ ‫ل‬‫ا‬‫ك‬‫ل‬َ ‫ل‬َِٰ‫و‬ ‫ل‬‫ل‬ ‫ل‬َّ‫ل‬َ‫ل‬‫ن‬ ‫ل‬‫ص‬‫ل‬ ‫ب‬‫ل‬‫ل‬ ِ‫كۦ‬‫ن‬‫ر‬ َ ‫أ‬‫ل‬ْ ‫ك‬‫ل‬‫ن‬ ِ‫ن‬ ‫لَّكل‬‫د‬ُِ‫َل‬ ”Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
  • 5. (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka mereka kekal di dalamnya.” QS:2: 275 Dan di antara hadits yang terkait dengan riba adalah : ، ‫ا‬َ‫ب‬ ِِّ‫الر‬ َ‫ل‬ِ‫آك‬ : َ‫م‬‫ه‬‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ ‫ه‬‫اَّلل‬ ‫ى‬‫ه‬‫ل‬َ‫ص‬ ِ ‫ه‬‫اَّلل‬ ُ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ َ‫ن‬َ‫ع‬َ‫ل‬ : َ‫ال‬َ‫ق‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ ‫ه‬‫اَّلل‬ َ‫ي‬ ِ‫ض‬ َ‫ر‬ ٍ‫ر‬ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ج‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬، ُ‫ه‬َ‫ب‬ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ك‬َ‫و‬ ، ُ‫ه‬َ‫ل‬ِ‫وك‬ُ‫م‬َ‫و‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫د‬ِ‫ه‬‫َا‬‫ش‬ َ‫و‬ ‫اء‬ َ‫و‬َ‫س‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ : َ‫ال‬َ‫ق‬ َ‫و‬ Dari Jabir r.a Rasulullah SAW telah melaknat (mengutuk) orang yang makan riba, wakilnya, penulisnya dan dua saksinya. HR. Muslim.  Pada zaman Yunani sekitar abad VI sebelum Masehi hingga I Masehi, telah terdapat beberapa jenis bunga. Besarnya bunga tersebut bervariasi bergantung pada kegunaannya. Secara umum nilai bunga tersebut dikategorikan sebagai pinjaman biasa (6% - 18%), pinjaman properti (6% - 12%), pinjaman antarkota (7% - 12%), dan pinjaman perdagangan dan industri (12% - 18%).  Pada masa Romawi sekitar abad V Sebelum Masehi hingga IV Masehi, terdapat Undang- undang yang membenarkan penduduknya mengambil bunga selama tingkat bunga tersebut sesuai dengan “tingkat maksimal yang dibenarkan hukum” (maximum legal rate). Nilai suku bunga ini berubah-ubah sesuai dengan berubahnya waktu. Meskipun Undang-undang membenarkan pengambilan bunga, tetapi pengambilannya tidak dibenarkan dengan cara bunga berbunga (double countable).  Dalam sejarah Islam, penggunaan uang tabungan yang disimpan masyarakat Yahudi dengan pengembalian utang yang dilebihkan dari yang diutangkan (Riba atau Usury Loan) sudah dilakukan sebelum kedatangan Islam. Pada saat itu, perdagangan sangat membutuhkan modal sehingga menciptakan permintaan akan pinjaman yang memerlukan pelunasan uang yang diterima lebih besar dari yang diutangkan. Jenis riba yang kedua, yang dilakukan oleh masyarakat Yahudi adalah transaksi riba. Hal ini dilakukan pedagang dengan menukarkan barangnya dengan barang yang sama dengan jumlah yang lebih sedikit.  Dari sudut pandang kaum Quraisy, riba adalah jalan terbaik untuk mendapatkan keuntungan yang besar dari tabungan yang mereka miliki, karena debitur pada saat itu tidak harus berjalan jauh untuk melakukan transaksi yang memakan biaya. Mereka akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari transaksi riba tersebut. Hal ini disebabkan karena modal yang ada hanya terbatas pada kaum Hijaz yang hidupnya nomaden, sementara perdagangan meng-akibatkan permintaan modal yang tinggi, sedangkan keuntungan yang mereka peroleh dari transaksi riba ini sangat besar.
  • 6. B. Jenis-Jenis Riba Menurut para ulama, riba ada empat macam : a. Riba Fadli, yaitu riba dengan sebab tukar menukar benda, barang sejenis (sama) dengan tidak sama ukuran jumlahnya. Misalnya satu ekor kambing ditukar dengan satu ekor kambing yang berbeda besarnya satu gram emas ditukar dengan seperempat gram emas dengan kadar yang sama. Sabda Rasul SAW ‫ه‬‫ال‬ِ‫ا‬ ِ‫ب‬َ‫ه‬‫ه‬‫ذ‬‫اال‬ ْ‫و‬ُ‫ع‬ْ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫ت‬ َ‫ال‬ :ُ‫هللا‬ ‫ى‬‫ه‬‫ل‬َ‫ص‬ ِ‫هللا‬ َ‫ل‬ ْ‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ ‫ه‬‫ن‬َ‫ا‬ ِِّ‫ي‬ ِ‫ْر‬‫د‬ُ‫ج‬ْ‫ال‬ ‫ن‬ ٍ‫د‬ْ‫ي‬ِ‫ع‬َ‫س‬ ‫ى‬ِ‫ب‬‫آ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ال‬َ‫ق‬ َ‫م‬‫ه‬‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬َ‫و‬ ٍ‫ل‬ْ‫ث‬ِ‫م‬ِ‫ب‬ ً‫ال‬ْ‫ث‬ِ‫م‬‫ا‬ ْ‫و‬‫و‬ُُِِّ‫ت‬ َ‫ال‬ ِ‫ب‬ ً‫ال‬ْ‫ث‬ِ‫م‬ ‫ه‬‫ال‬ِ‫ا‬ ِ‫ق‬ ِ‫ر‬َ‫و‬ْ‫ال‬ِ‫ب‬ َ‫ق‬ ِ‫ر‬َ‫و‬ْ‫واال‬ُ‫ع‬ِ‫ب‬َ‫ت‬َ‫ال‬َ‫و‬ ٍ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ا‬َ‫ه‬َ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ْ‫و‬ُ‫ع‬ِ‫ب‬َ‫ت‬َ‫ال‬َ‫و‬ ٍ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬‫ا‬َ‫ه‬َ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬‫ا‬ ْ‫و‬ُ‫ق‬ُِِ‫ت‬ َ‫ال‬َ‫و‬ ٍ‫ل‬ْ‫ث‬ِ‫م‬ٍٍ ِ‫َاج‬‫ن‬ِ‫ب‬‫ا‬ً‫ب‬ِِ‫َا‬َ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫ام‬ )‫عليه‬ ‫متُّق‬ Artinya: “ Dari Abi Said Al Khudry, sesungguhnya Rasulullah SAW. Telah bersabda, “Janganlah kamu jual emas dengan emas kecuali dalam timbangan yang sama dan janganlah kamu tambah sebagian atas sebagiannya dan janganlah kamu jual uang kertas dengan uang kertas kecuali dalam nilai yang sama, dan jangan kamu tambah sebagian atas sebagiannya, dan janganlah kamu jual barang yang nyata (riil) dengan yang abstrak (ghaib).” (riwayat Bukhari dan muslim) Riba Fadli atau riba tersembunyi ini dilarang karena dapat membawa kepada riba nasi’ah (riba jail) artinya riba yang nyata b. Riba Qardhi, yaitu riba yang terjadi karena adanya proses utang piutang atau pinjam meminjam dengan syarat keuntungan (bunga) dari orang yang meminjam atau yang berhutang. Misalnya, seseorang meminjam uang sebesar sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta) kemudian diharuskan membayarnya Rp. 1.300.000,- (satu juta Tiga ratus ribu rupiah). Terhadap bentuk transsaksi seperti ini dapat dikategorikan menjadi riba, seperti sabda Rasulullah Saw )‫البيهقى‬ ‫رواه‬ ‫ا‬ً‫ب‬ ِ‫ر‬َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫ف‬ ً‫ة‬َ‫ع‬َُّْ‫ن‬َ‫م‬ ‫ه‬‫ر‬َ‫ج‬ ٍ‫ض‬ ْ‫ر‬َ‫ق‬ ‫لو‬ُ‫ك‬ Artinya “Semua piutang yang menarik keuntungan termasuk riba.” (Riwayat Baihaqi) c. Riba Nasi’ah, ialah tambahan yang disyaratkan oleh orang yang mengutangi dari orang yang berutang sebagai imbalan atas penangguhan (penundaan) pembayaran utangnya. Misalnya si A meminjam uang Rp. 1.000.000,- kepada si B dengan perjanjian waktu mengembalikannya satu bulan, setelah jatuh tempo si A belum dapat mengembalikan utangnya. Untuk itu, si A menyanggupi memberi tambahan pembayaran jika si B mau menunda jangka waktunya. Contoh lain, si B menawarkan kepada si A untuk membayar utangnya sekarang atau minta ditunda dengan memberikan tambahan. Mengenai hal ini Rasulullah SAW. Menegaskan bahwa: ِ‫َس‬‫ن‬ ِ‫ان‬ َ‫و‬َ‫ي‬َ‫ح‬ْ‫ال‬ِ‫ب‬ ِ‫ان‬ َ‫و‬َ‫ي‬َ‫ح‬َ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ‫َهى‬‫ن‬ َ‫م‬‫ه‬‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هلل‬‫ىا‬‫ه‬‫ل‬َ‫ص‬ ‫ه‬‫ي‬ِ‫ب‬‫ه‬‫ن‬‫ال‬ ‫ه‬‫ن‬َ‫ا‬ ٍ‫ب‬ُ‫د‬ْ‫ن‬ُ‫ج‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬ ِ‫ة‬َ‫ر‬َ‫م‬َ‫س‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬‫ال‬ ‫رواه‬ ً‫ة‬َ‫ئ‬ْ‫ي‬‫وصححه‬ ‫خمسة‬ ‫الجاروه‬ ‫وابن‬ ‫الترمدى‬)
  • 7. Artinya: Dari Samrah bin Jundub, sesungguhnya Nabi Muhammad saw. Telah melarang jual beli hewan dengan hewan dengan bertenggang waktu.” (Riwayat Imam Lima dan dishahihkan oleh Turmudzi dan Ibnu Jarud) d. Riba Yad, yaitu riba dengan berpisah dari tempat akad jual beli sebelum serah terima antara penjual dan pembeli. Misalnya, seseorang membeli satu kuintal beras. Setelah dibayar, sipenjual langsung pergi sedangkan berasnya dalam karung belum ditimbang apakah cukup atau tidak. Jual beli ini belum jelas yang sebenarnya. Sabda Rasulullah SAW. ْ‫ال‬ َ‫و‬ ِ‫ر‬ْ‫م‬‫ه‬‫ت‬‫ال‬ِ‫ب‬ُ‫ر‬ْ‫م‬‫ه‬‫ت‬‫ال‬ َ‫و‬ ِ‫ر‬ْ‫ي‬ِ‫ع‬‫ه‬ِ‫ال‬ِ‫ب‬ُ‫ر‬ْ‫ي‬ِ‫ع‬‫ه‬ِ‫ال‬ َ‫و‬ ِِّ‫ر‬ُ‫ب‬ْ‫ال‬ِ‫ب‬ ‫و‬‫ر‬ُ‫ب‬ْ‫ال‬ َ‫و‬ِ‫ة‬‫ه‬‫ض‬ُِّْ‫ال‬ِ‫ب‬ ُ‫ة‬‫ه‬‫ض‬ُِّ‫ل‬ ْْْ‫ا‬ َ‫و‬ ٍ‫ب‬َ‫ه‬‫ه‬‫ذ‬‫ال‬ِ‫ب‬ ُ‫َب‬‫ه‬ ‫ه‬‫ذ‬‫ال‬ِ‫م‬ ُِْ‫ل‬ِ‫م‬ْ‫ال‬ِ‫ب‬ ُُْ‫ل‬ِ‫م‬ٍ‫ل‬ْ‫ث‬ِ‫م‬ِ‫ب‬ ً‫ال‬ْ‫ث‬ ُ‫َاف‬‫ن‬ْ‫ص‬َ‫ال‬ْ‫ا‬ ِ‫ه‬ِ‫َذ‬‫ه‬ ْ‫ت‬ََُّ‫ل‬َ‫ت‬ْ‫ج‬َ‫ا‬‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫ا‬َ‫ف‬ٍ‫د‬َ‫ي‬ِ‫ب‬‫ًا‬‫د‬َ‫ي‬ ٍ‫اء‬ َ‫و‬َ‫س‬ِ‫ب‬ً‫ء‬‫ا‬ َ‫و‬َ‫س‬)‫مسلم‬ ‫رواه‬ ٍ‫د‬َ‫ي‬ِ‫ب‬ ‫ًا‬‫د‬َ‫ي‬ َ‫ان‬َ‫ك‬‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫ا‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ئ‬ِ‫ش‬ َ‫ف‬ْ‫ي‬َ‫ك‬‫ا‬ ْ‫و‬ُ‫ع‬ِ‫ب‬َ‫ف‬ Artinya: “Emas dengan emas, perak dengan perak, beras dengan beras, gandum dengan gandum, kurma dengan kurma, garam dengan garam, hendaknya serupa dan sama banyaknya, tunai dengan tunai, apabila berlainan jenisnya boleh kamu menjual sekehendamu asal tunai”. (Riwayat Muslim) C. Hukum Riba 1. Al-Qur’an - Allah Swt berfirman, “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (Q.S. Al-Baqarah 2 : 275) Ibnu Katsir rh berkata, “Allah Swt menyebutkan perihal orang-orang yang memakan riba dan memakan harta orang lain dengan cara yang batil serta melakukan usaha syubhat. Melalui ayat ini Allah Swt memberitakan keadaan mereka kelak saat mereka dibangkitkan dari kuburnya, lalu berdiri menuju tempat dihimpunnya semua makhluk. Untuk itu Allah Swt berfirman, “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila”.
  • 8. - Allah Swt berfirman, “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa”. (Q.S. Al- Baqarah 2 : 276) - Allah Swt berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul- Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”. (Q.S. Al-Baqarah 2 : 278- 279) - Allah Swt berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda[228]] dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”. (Q.S. Ali Imran 3 : 130) 2. As-Sunnah Rasulullah Saw bersabda, “Tinggalkanlah tujuh dosa yang dapat membinasakan”. Sahabat bertanya, “Apakah itu ya Rasulullah?”. Jawab Nabi, “ (1) Syirik (mempersekutukan Allah), (2) Berbuat sihir, (3) Membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali yang haq, (4) Makan harta riba, (5) Makan harta anak yatim, (6) Melarikan diri dari medan perang saat berjihad dan (7) Menuduh wanita mukminah yang sopan (berkeluarga) dengan tuduhan zina”. (HR Bukhari) Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud ra bahwa Rasulullah Saw telah melaknat pemakan riba, yang mewakili, saksinya dan penulisnya”. (HR Abu Dawud) Rasulullah Saw bersabda, “Satu dirham uang riba yang dimakan seseorang, sedangkan orang tersebut mengetahuinya, dosa perbuatan tersebut lebih berat daripada dosa enam puluh kali zina”. (HR Ahmad) Rasulullah Saw bersabda, “Riba memiliki enam puluh pintu dosa, dosa yang paling ringan dari riba ialah seperti dosa yang berzina dengan ibunya”. (HR Ibnu Jarir) Rasulullah Saw melaknat pemakan riba, dua saksinya, dua penulisnya, jika mereka tahu yang demikian, mereka dilaknat lidah Muhammad Saw pada hari kiamat”. (HR Nasa’i) “Emas dengan emas sama berat sebanding dan perak dengan perak sama berat & sebanding”. (HR Ahmad) 3. Ijma’ Seluruh ulama sepakat bahwa riba diharamkan dalam Islam.
  • 9. D. Alasan Riba Haram Dalam Hukum Islam, Kristen, Hindu, Budha 1. Riba dalam Agama Islam (Al-Quran dan Hadis)  Riba dalam Al – Quran Penghraman Riba dilakukan secara bertahap. Tahap pertama, menolak anggapan bahwa pinjaman riba yang pada zhahirnya seolah-olah menolong orang yang membutuhkan. “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).” (QS. Ar-Ruum [30]: 39) Tahap kedua, riba digambarkan sebagai suatu yang buruk. Allah mengancam dengan balasan yang keras kepada orang Yahudi yang memakan riba. “Maka disebabkan kelaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang dari padanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.” (QS. An-Nisaa’ [4]: 160-161) Tahap ketiga, Allah mengharamkan riba yang berlipat ganda. Sedangkan riba yang tidak berlipat ganda belum diharamkan. Allah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”(Ali Imran 130). Ayat ini turun pada tahun ke 3 hijriyah. Secara umum ayat ini harus dipahami bahwa kriteria berlipat-ganda bukanlah merupakan syarat dari terjadinya riba (jikalau bunga berlipat ganda maka riba tetapi jikalau kecil bukan riba), tetapi ini merupakan sifat umum dari praktek pembungaan uang pada saat itu. Tahap terakhir, Allah dengan jelas dan tegas mengharam-kan apa pun jenis tambahan yang diambil dari pinjaman baik bunga yang kecil maupun besar. Ini adalah ayat terakhir yang diturunkan menyangkut riba. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
  • 10. memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.”(Al-Baqarah: 278-279)  Riba dalam Hadis “Dari Ibnu Mas’ud, bahwa Nabi Saw bersabda: “Riba itu ada 73 tingkatan, yang paling ringan daripadanya adalah seumpama seseorang menzinai ibunya sendiri.” (Al-Hakim) “Satu Dirham dari riba yang diambil seseorang, lebih besar dosanya di sisi Allah dari 33 kali berzina dalam agama Islam.” (HR.Thabrany) "Rasulullah Saw melaknat pemakan riba, orang yang membayarnya, juru tulisnya, dan saksi-saksinya. Dia bersabda,”Mereka semua sama.” (HR. Muslim) “Tinggalkanlah tujuh perkara yang membinasakan. Para sahabat bertanya, “Apakah itu ya Rasul?. Beliau menjawab, syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa orang yang diharamkan Allah kecuali dengan hak, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri ketika peperangan berkecamuk, menuduh wanita suci berzina”. (HR..dari Abu Hurairah). Dalam hadits lain Nabi barsabda, “Empat golongan yang tidak dimasukkan ke dalam syurga dan tidak merasakan nikmatnya, yang menjadi hak prerogatif Allah, Pertama, peminum kahamar, Kedua pemakan riba, Ketiga, pemakan harta anak yatim dan keempat, durhaka kepada orang tuanya”.(H.R. Hakim). 2. Riba dalam Agama Kristen Dalam perjanjian baru Injil Lukas ayat 34: “Jika kamu menghutangi kepada orang yang kamu harapkan imbalannya, maka di mana sebenarnya kehormatanmu, tetapi berbuatlah kebaikan dan berikanlah pinjaman dengan tidak mengharapkan kembalinya, karena pahala kamu akan sangat banyak. Larangan praktek bunga juga dikeluarkan oleh gereja dalam bentuk undang-undang (Canon): Council of Elvira (Spanyol tahun 306) mengeluarkan Canon 20 yang melarang para pekerja gereja mem-praktekkan pengambilan bunga. Barangsiapa yang melanggar, maka pangkatnya akan diturunkan. Council of Arles (tahun 314) mengeluarkan Canon 44 yang juga melarang para pekerja gereja mempraktekkan pengambilan bunga. First Council of Nicaea (tahun 325) mengeluarkan Canon 17 yang mengancam akan memecat para pekerja gereja yang mempraktekkan bunga.
  • 11. Gereja Katolik Roma sejak abad ke-4 melarang pengambilan bunga oleh para kleru. Larangan ini diperluas bagi kaum awam pada abad ke-5. Pada abad ke-8, Gereja Katolik menyatakan riba menjadi tindak pidana umum. Gerakan anti-riba terus mendapatkan tempat selama awal Abad Pertengahan. Puncaknya, pada tahun 1311, Paus Clement V membuat larangan riba dan menyatakan bahwa semua undang-undang yang mendukung, batal demi hukum. Pada tahun 1891, Paus Leo XIII dalam “Rerum Novarum“, riba dikatakan sebagai kerakusan. Walau sering dikutuk Gereja, praktek ini masih sering terjadi. Bahkan pada tahun 1989, Paus Yohanes Paulus II dalam Sollicitude Rei Socialis secara eksplisit menuduh praktek riba sebagai penyebab krisis dunia ketiga. Namun, pada akhir abad 13 muncul aliran-aliran baru yang berusaha menghilangkan pengaruh gereja yang mereka anggap kolot, sehingga peminjaman dengan bunga berkembang luas dan pengharaman bunga dari pihak gereja pun makin kabur. Sejak itu praktek bunga merajalela dan dianggap sah di Eropa. Pada masa ini (abad XII-XVI) terjadi perkembangan di bidang perekonomian dan perdagangan. Uang dan kredit menjadi unsur yang penting dalam masyarakat. Pinjaman untuk memberi modal kerja kepada para pedagang mulai digulirkan pada awal Abad XII. Pasar uang perlahan-lahan mulai terbentuk. Proses tersebut mendorong terwujudnya suku bunga pasar secara meluas. Bunga dibedakan menjadi interest dan usury. Menurut mereka, interest adalah bunga yang diperbolehkan, sedangkan usury adalah bunga yang berlebihan. 3. Riba dalam Hindu dan Budha Praktek riba (rente) dalam agama Hindu dan Budha dapat kita temukan dalam naskah kuno India. Teks - teks Veda India kuno (2.000-1.400 SM) mengkisahkan “lintah darat” (kusidin) disebutkan sebagai pemberi pinjaman dengan bunga. Atau dalam dalam teks Sutra (700-100 SM) dan Jataka Buddha (600-400 SM) menggambarkan situasi sentimen yang menghina riba. Sebagai contoh, Vasishtha, seorang Hindu terkenal pembuat hukum waktu itu, membuat undang- undang khusus yang melarang kasta yang lebih tinggi dari Brahmana (pendeta) dan Ksatria (pejuang) menjadi rentenir atau pemberi pinjaman dengan bunga tinggi. Juga, dalam Jataka, riba disebut sebagai “hypocritical ascetics are accused of practising it”. Pada abad kedua, riba telah menjadi istilah yang lebih relatif, seperti yang tersirat dalam hukum Manu, “ditetapkan bunga melampaui tingkat hukum yang berlaku. E. Dampak Negatif Riba Terhadap Agama, Sosial, Ekonomi 1. Terhadap Agama akibat buruk, ancaman bahaya, bencana berkepanjangan, sanksi dunia dan Akhirat, dan sangat merugikan kehidupan individu maupun masyarakat. Riba adalah dosa besar, kejahatan
  • 12. sadis, dan bencana dahsyat yang diharamkan berdasarkan Kitab Allah, Sunnah Rasulullah, dan ijma’ (konsensus) umat Islam. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebutkan sebagai salah satu dari tujuh dosa besar yang membinasakan. Sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘Anhu. Riba adalah satu-satunya dosa yang paling besar menurut Allah dan merupakan salah satu perbuatan paling keji yang diharamkan di dalam seluruh syariat samawi (yang turun dari langit). Allah Subhanahu Wata’ala berfirman : "Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah melarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih". (QS. An-Nisa’ 161) Orang-orang yang mengkonsumsi riba diancam dengan ancaman yang keras di dunia dan Akhirat. Mereka diancam dengan azab di Neraka dan tempat tinggal yang seburuk-buruknya. Orang-orang yang menjalankan praktik riba adalah orang-orang yang memerangi Allah dan Rasulnya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman : "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasulnya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya". (QS. Al-Baqarah :278-279) 2. Terhadap Sosial Kemasyarakatan Riba merupakan pendapatan yang didapat secara tidak adil. Para pengambil riba menggunakan uangnya untuk memerintahkan orang lain agar berusaha dan mengembalikan, misalnya 25% lebih tinggi dari jumlah yang dipinjamkannya. Persoalannya, siapa yang bisa menjamin bahwa usaha yang dijalankan oleh orang itu nantinya mendapat keuntungan lebih dari 25%? Semua orang, apalagi yang Bergama tahu bahwa siapa pun tidak bisa memastikan apa yang terjadi besok atau lusa. Siapa pun tahu bahwa berusaha memiliki dua kemungkinan: berhasil atau gagal. Dengan menetapkan riba, orang sudah memastikan bahwa usaha yang dikelola pasti untung. 3. Terhadap Ekonomi Di antara dampak ekonomi riba adalah dampak inflatoir yang diakibatkan oleh bunga sebagai biaya uang. Hal tersebut disebabkan karena salah satu elemen dari penentuan harga adalah suku bunga. Semakin tinggi suku bunga, semakin tinggi juga harga yang akan ditetapkan pada suatu barang. Dampak lainnya adalah bahwa hutang, dengan rendahnya tingkat penerimaan peminjam dan tingginya biaya bunga, akan menjadikan peminjam tidak pernah keluar dari ketergantungan,
  • 13. terlebih lagi bila bunga atas hutang tersebut dibungakan. Contoh paling nyata adalah hutang negara-negara berkembang kepada negara-negara maju. Meskipun disebut pinjaman lunak, artinya dengan suku bunga rendah, pada akhirnya negara-negara peng-hutang harus berhutang lagi untuk membayar bunga dan pokoknya. Sehingga, terjadilah hutang yang terus-menerus. Ini yang menjelaskan proses terjadinya kemiskinan struktural yang menimpa lebih dari separuh masyarakat dunia. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Secara umum Ulama membagi riba itu menjadi dua macam saja, yaitu riba nasi’ah’dan riba fadil, sedangkan riba yad dan Riba qardi termasuk ke dalam riba nasi’ah dan ribafadhl. Barang-barang yang berlaku riba padanya ialah emas,perak, dan makanan yang mengeyangkan atau yang berguna untuk yang mengenyangkan, misalnya garam. Jual beli barang tersebut, kalau sama jenisnya seperti emas dan dengan emas, gadum dengan gadum, diperlukan tiga syarat: (1) tunai, (2) serah terima, dan (3) sama timbangannya. Kalau jenisnya berlianan, tetapi ‘ilat ribanya satu, seperti emas dengan perak, boleh tidak sama tibangannya, tetapi mesti tunai dan timbang terima. Kalau jenis dan ‘ilat ribanya berlainan seperti perak dengan beras, boleh dijial bagaimana saja seperti barang-barang yang lain; berarti tidak diperlukan suatu syarat dari yang tiga itu. Riba (termasuk bunga bank) adalah termasuk dosa besar. Baik pemberi, penulis dan dua saksi riba adalah sama dalam dosa dan maksiat denganpemakan riba. Tidak boleh bagi seorang Muslim mengokohkan transaksi riba. Dianjurkan (bahkan wajib) bagi kaum Muslimin untuk
  • 14. mendirikan bank Islam sesuai dengan syari’at agama, dan menghindarkan dari segala macam bentuk/praktek riba. B. Kritik dan Saran Demikian makalah ini kami kami sebagai penyusun, menyadari terdapat kekurangan maupun kekhilafan atau kesalahan, baik dalam penyelesaian maupun pemaparan dari makalah kami ini. Dari itu, kami sangat mengharap dari para pembaca atau pendengar sekalian, baik teman-teman maupun Ibu Dosen sebagai pembimbing dalam mata kuliah ini, untuk turut serta dalam memberikan kritik yang membangun dan saran yang baik tentunya agar kedepannya nanti kami akan dan bisa menjadi lebih maju dan baik dari sebelumnya. Amin…ya rabbal ‘alamin !