2. Apa saja etiologi Ileus Obtruktif?
1. Hernia inkarserata
2. Non hernia :
· Penyempitan lumen usus
1. Isi Lumen : Benda asing, skibala, ascariasis.
2. Dinding Usus : stenosis (radang kronik), keganasan.
3. Ekstra lumen : Tumor intraabdomen.
· Adhesi
· Invaginasi
· Volvulus
· Tumor
· Malformasi Usus
3. Bagaimana patofisiologi ileus
obstruktif?
Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya
mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan
penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu.
Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada bagian proximal
tempat penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi).
Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya hipersekresi kelenjar
pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang menyebabkan
distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh panjang usus
sebelah proximal sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat
(hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan anti peristaltik. Hal ini
menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen dan muntah-muntah.
4. Apa keuntungan dari penanggulangan ileus obstruktif secara dini?
· Bila penderita harus dioperasi, maka operasi
dijalankan pada saat keadaan umum penderita
optimal
· Dapat mencegah strangulasi yang terlambat.
· Mencegah laparotomi negatif.
· Penderita mendapat tindakan operatif yang sesuai
dengan penyebab obstruksinya.
5. Di mana lokasi ileus obstruktif?
Letak Tinggi : Duodenum-Jejunum
Letak Tengah : Ileum Terminal
Letak Rendah : Colon-Sigmoid-rectum
6. Apa diagnosis/gejala klinis ileus obstruktif?
Gambaran klinik obstruksi ileus sangat mudah dikenal, tidak tergantung kepada penyebab obstruksinya. Hanya pada
keadaan strangulasi, nyeri biasanya lebih hebat dan menetap. Ileus obstruksi ditandai dengan gejala klinis berupa nyeri
abdomen yang bersifat kolik, muntah-muntah dan obstipasi, distensi intestinalis, dan tidak adanya flatus. Rasa nyeri
perut dirasakan seperti menusuk-nusuk atau rasa mulas yang hebat, umumnya nyeri tidak menjalar. Pada saat datang
serangan, biasanya disertai perasaan perut yang melilit dan terdengar semacam “suara” dari dalam perut. Bila obstruksi
tinggi, muntah hebat bersifat proyektil dengan cairan muntah yang berwarna kehijauan. Pada obstruksi rendah, muntah
biasanya timbul sesudah distensi usus yang jelas (antibiotika). Pada umumnya persiapan penderita dapat sekali. Muntah
tidak proyektil dan berbau feculent, warna cairan muntah kecoklatan. Pada penderita yang kurus /sedang dapat
ditemukan dan contour atau darm steifung; biasanya nampak jelas pada saat penderita mendapat serangan kolik. Pada
saat itu, dalam pemeriksaan bising usus dapat didengarkan bising usus yang kasar dan meninggi (borgorygmi dan
metalic sound). Untuk mengetahui ada tidaknya strangulasi usus, beberapa gambaran klinik dapat membantu :
Rasa nyeri abdomen yang hebat, bersifat menetap, makin lama makin hebat.
1.
Pada pemeriksaan abdomen, didapatkan ascites.
2.
Terdapatnya abdominal tenderness.
3.
Adanya tanda-tanda yang bersifat umum, demam, dehidrasi berat, tachycardi, hipotensi atau shock.
4.
7. Dalam pemfis, tanda apa yang ditemukan
pada ileus obstruktif?
Inspeksi
Perut distensi, dapat ditemukan kontur dan steifung. Benjolan pada
regio inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia
inkarserata. Pada Intussusepsi dapat terlihat massa abdomen berbentuk
sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai bila ada bekas luka operasi
sebelumnya.
Auskultasi
Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Pada fase
lanjut bising usus dan peristaltik melemah sampai hilang.
Perkusi
Hipertimpani
Palpasi
Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia.
8. Apa yang didapat dari pemeriksaan
rectal toucher?
· Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease
· Adanya darah dapat menyokong adanya strangulasi,
neoplasma
· Feses yang mengeras : skibala
· Feses negatif : obstruksi usus letak tinggi
· Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi
· Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis
9. Tanda apa yang didapat dari
pemeriksaan radiologi?
Secara klinik obstruksi ileus umumnya mudah ditegakkan. 90% obstruksi ileus
ditegakkan secara tepat hanya dengan berdasarkan gambaran klinisnya saja. Pada
foto polos abdomen, 60-70% dapat dilihat adanya pelebaran usus dan hanya 40%
dapat ditemukan adanya air fluid level. Walaupun pemeriksaan radiologi hanya
sebagai pelengkap saja, namun pemeriksaan sering diperlukan pada obstruksi ileus
yang sulit atau untuk dapat memperkirakan keadaan obstruksinya pada masa pra-
bedah. Beberapa tanda radiologik yang khas untuk ileus obstruktif adalah :
· Pengumpulan gas dalam lumen usus yang melebar, penebalan valvulae coniventes
yang memberi gambaran fish bone appearance.
· Pengumpulan cairan dengan gambaran khas air-fluid level. Pada obstruksi yang
cukup lama, beberapa air fluid level memberikan gambaran huruf U terbalik.
10. Bagaimana penatalaksanaan ileus
obstruktif?
Penatalaksanaan ileus obstruktif telah menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.
Hal ini disebabkan telah dipahaminya dengan tepat patogenesis penyakit serta
perubahan homeostasis sebagai akibat obstruksi usus.
Pada umumnya penderita mengikuti prosedur penatalaksanaan dalam aturan yang
tetap, yaitu:
Persiapan penderita.
Persiapan penderita berjalan bersama dengan usaha menegakkan diagnosa obstruksi
ileus secara lengkap dan tepat. Sering dengan persiapan penderita yang baik,
obstruksinya berkurang atau hilang sama sekali. Persiapan penderita meliputi :
1.Dekompressi usus.
2.Koreksi elektrolit dan keseimbangan asam basa.
3.Atasi dehidrasi.
4.Mengatur peristaltik usus yang efisien berlangsung selama 4-24 jam sampai saatnya
penderita siap untuk operasi.
11. Bila telah diputuskan untuk tindakan operasi, ada 3 hal yang
perlu diperhatikan yaitu :
a. Berapa lama obstruksinya sudah berlangsung.
b.Bagaimana keadaan/fungsi organ vital lainnya, baik sebagai
akibat obstruksinya maupun kondisi sebelum sakit.
c. Apakah ada risiko strangulasi.
i. Kewaspadaan akan resiko strangulasi sangat penting. Pada
obstruksi ileus yang ditolong dengan cara operatif pada saat
yang tepat, angka kematiannya adalah 1% pada 24 jam pertama,
sedangkan pada strangulasi angka kematian tersebut 31%.
12. Bilamana dilakukan tindakan
operasi?
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi
nasogastrik untuk mencegah sepsis sekunder. Operasi
dilakukan dengan mengingat beberapa kondisi atau
pertimbangan. Operasi diawali dengan laparotomi
kemudian disusul dengan teknik bedah yang
disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama
laparotomi.
13. Apa komplikasi dari ileus obstruktif?
Komplikasi dari ileus obstruktif antara lain terjadinya
nekrosis usus, perforasi usus, Sepsis, Syok-dehidrasi,
Abses Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan
malnutrisi, Pneumonia aspirasi dari proses muntah,
gangguan elektrolit, meninggal
14. Bagaimana tindakan bedah yang
dilakukan pada ileus obstruktif?
Koreksi sederhana (simple correction).Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana untuk membebaskan usus dari
jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
Tindakan operatif by-pass.Membuat saluran usus baru yang “melewati” bagian usus yang tersumbat, misalnya pada
tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut.
Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus untuk mempertahankan
kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon, invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa
obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri
maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja,
lalu dilakukan reseksi usus dan anastomosis.
15. Apa yang terjadi pasca operasi bedah
ileus obstruktif?
Suatu problematik yang sulit pada keadaan pasca bedah adalah distensi usus yang masih ada. Pada
tindakan operatif dekompressi usus, gas dan cairan yang terkumpul dalam lumen usus tidak boleh
dibersihkan sama sekali oleh karena mengandung banyak bahan-bahan digestif yang sangat
diperlukan. Pasca bedah tidak dapat diharapkan fisiologi usus kembali normal, walaupun terdengar
bising usus. Hal tersebut bukan berarti peristaltik usus telah berfungsi dengan efisien, sementara
ekskresi meninggi dan absorpsi sama sekali belum baik.
Sering didapati penderita dalam keadaan masih distensi dan disertai diare pasca bedah. Tindakan
dekompressi usus dan koreksi air dan elektrolit serta menjaga keseimbangan asam basa darah
dalam batas normal tetap dilaksanakan pada pasca bedahnya. Pada obstruksi yang lanjut, apalagi
bila telah terjadi strangulasi, monitoring pasca bedah yang teliti diperlukan sampai selama 6 – 7
hari pasca bedah. Bahaya lain pada masa pasca bedah adalah toksinemia dan sepsis. Gambaran
kliniknya biasanya mulai nampak pada hari ke 4-5 pasca bedah. Pemberian antibiotika dengan
spektrum luas dan disesuaikan dengan hasil kultur kuman sangatlah penting.
16. pa prognosis dari ileus obstruktif?
Saat operasi, prognosis tergantung kondisi klinik
pasien sebelumnya. Setelah pembedahan dekompresi,
prognosisnya tergantung dari penyakit yang
mendasarinya.
17. Apa diagnosis banding dari ileus
obstruktif?
Diagnosis banding dari ileus obstruktif adalah ileus
paralitik.
18. Apakah dasar pengobatan dari ileus
obstruktif?
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi
keseimbangan elektrolit dan cairan, menghilangkan
peregangan dan muntah dengan dekompresi,
mengatasi peritonitis dan syok bila ada, dan
menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki
kelangsungan dan fungsi usus kembali normal
19. Bagaimana terapi/pengobatan ileus obstruktif yang diberikan secara
farmakologis?
Pemberian obat-obat antibiotik spektrum luas dapat
diberikan sebagai profilaksis. Antiemetik dapat
diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.
20. Apa yang perlu diperhatikan dalam resusitasi pada pasien
dengan ileus obstruktif?
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah
mengawasi tanda – tanda vital, dehidrasi dan syok. Pasien
yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan
gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan
cairan intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap
terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda-tanda vital
dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan
intravena, diperlukan juga pemasangan nasogastric tube
(NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan lambung,
mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan
mengurangi distensi abdomen.