1. LAPORAN PENDAHULUAN
BRONKHITIS
I.
KONSEP DASAR MEDIS
1. Pengertian
Bronkhitis merupakan bagian dari penyakitsaluran napas lain namun ia juga
dapat merupakan penyakit tersendiri.
Bronkhitis secara harfiah adalah suatu penyakit yang ditandai adanyainflamasi
bronkhus ( Ngastiyah ,1997 ).
Bronkhitis dapat diklasifikasikan sebagai Bronkhitis akut atau Bronkhitis
kronis.
-
Bronkhitis akut merupakan akibat dari beberapa keadaan lain seluruh
pernapasan atas dan bawah tracea biasanya terlihat,
selain itu merupakan penyakit infeksi saluran napas
akut ( ISNA ) bawah yang sering dijumpai.
-
Bronkhitis kronis : belum ada penyesuaian pendapat mengenai Bronkhitis
kronis yang ada ialah batuk kronik dan/ berulang
(BKB) yang disebabkan oleh berbagai penyebab
dengan gejala batuk yang berlangsung sekurangkurangnya 2 minggu berturur-turut dan/ berulang paling
sedikit 3x dalam 3 bulan dengan/ tanpa disertai gejala
respiratorik
/
non
respiratorik
dan
yang
telah
disingkirkan. Penyebab BKB misalnya asma, infeksi
kronis saluran napas.
2. Etiologi
1.
Bronkhitis aku
Penyebab utamanya adalah virus tang paling sering, seperti : rinovirus,
respiratory sineytial virus ( RSV ), virus influenza,
parainfluenza dan coxcaki virus.
1
2. Faktor predisposisi terjadinya bramkhitis akut adalah :
• Alergi
• Perubahan cuaca
• Polusi udara
• Infeksi saluran atas kronik
2.
Bronkhitis kronis
Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi ada faktor yang
mempengaruhi sebagai berikut :
• Rokok
• Infeksi
• Polusi
• Kelainan imunologis
3. Patofisiologi
Terlampir
4. Manifestasi Klinik
1.
Bronchitis akut
⇒ Anak batuk yang sering kering, pendek, tidak produktif
⇒ Nyeri terbakar dada depan sering ada dan dapat diperjelek oleh batuk
⇒ Pada anak dahak yang mukoid (kental) susah ditemukan mungkin dahak
berwarna kuning kental
⇒ Pada beberapa hari pertama tidak terdapat kelainan pada pemeriksaan dada
tetapi kemudian dapat timbul ronki basah kasar dan suara nafas kasar
⇒ Terjadi nyeri dada, nafas pendek
⇒ Rasa mencekik pada saat sekresi kadang disertai muntah
⇒ Dalam beberapa hari, batuk menjadi produktif dan sputum berubah menjadi
jernih ke porulen, biasanya dari 5-10 hari mucus encer, batuk menghilang
secara bertahap
⇒ Terjadi malaise
⇒ Tanda-tanda fisik bervariasi berdasarkan umur dan stadium penyakit
2
3. 2.
Bronchitis kronis
⇒ Gejala utamanya adalah batuk dengan/ tanpa riak.
⇒ Anak biasanya mengeluh nyeri dada dan secara khas dan gejala menjelek
pada malam hari.
⇒ Dapat juga menonjol, tanda-tanda fisik Bronchitis akut.
5. Penatalaksaan Medik
1.
Bronchitis akut
• Karena penyebab umum pada Bronchitis adalah virus, maka belum ada obat
kausal, antibiotik tidak berguna, obat yang diberikan biasanya penurun
demam.
• Pada bagian drainase paru dipermudah dengan cara sering malakukan
pergeseran posisi.
• Walaupun penekanan baruk dapat menambah kemungkinan supurasi,
penggunaan batuk yang bijaksana ( termasuk kodein )mungkin memadai
pengurang gejala.
• Penggunaan antihistamin, ekspektoran dan antibiotik tidak dibolehkan tetapi
bila Bronchitis disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder perlu diberi
antibiotik.
2.
Bronchitis kronis
• pencegahan misalnya : tidak merokok, menghindari lingkungan polusi.
• Terapi farmakologi :
a.
Pemberian bronchodilator, seperti : golongan
teofisin.
b.
Pemberian obat akan mengurangi sekresi mucus.
• Fisioterapi dan rehabilitasi
• Pemberian O2
6. Prognosa
1.
Bronchitis akut : baik
2.
Bronchitis kronis :sering kambuh
3
4. 7. Komplikasi
1.
OMA
2.
Efusi pleura
3.
Empiema
4.
Meringitis
5.
Abses otak
6.
Endokarditis
7.
Osteomilitis
II.
KONSEP DASAR b ddKEPERAWATAN
1. Riwayat Keperawatan
•
Aktivitas / istirahat
-
Keletihan, kelelahan, malise, kelemahan umum.
-
Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas seperti bermain, karena sulit
bernafas.
-
Dispnea pada saat istirahat / respon terhadap latihan / aktivitas.
•
Sirkulasi
-
Pembekakan pada ekstermitas bawah ( Bronchitis kronik ).
-
Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung, disritmia,
takikardi.
-
Disatensi vena leher.
-
Warna kulit / membran mukosa normal / sianosis.
•
Integritas ego
-
Perubahan pola hidup.
-
Ketakutan, peka rangsang.
•
Makanan / cairan
-
Ketidakmapuan untuk makan karena distres pernafasan.
-
Peningkatan berat badan menunjukan adanya edema ( Bronchitis kronis ).
-
Turgor kulit buruk.
•
Mual / muntah nafsu makan menurun.
Penurunan barat badan.
Hygiene
4
5. -
Peningkatan kebutuhan bantuan sehari-hari.
-
Kebersihan diri buruk.
•
Pernafasan
-
Batuk mantap dengan produksi sputum setiap hari, selama minimum 3
bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun, produksi sputum ( hijau,
putih / kuning ) Bronchitis kronik.
-
Episode batuk hilang timbul biasanya tidak produktif pada tahap dini
meskipun akan menjadi produktif.
-
Pernafasan : biasanya cepat, daapt lambat : fase ekspirasi memanjang
dengan mendengkur.
-
Penggunaan otot bantu pernafasan misalnya : mengankat bahu.
-
Dada : terjadi peninggian diameter Ap, diafragma minimal.
•
Keamanan
-
Riwayat reaksi : alergi terhadap zat/ faktor lingkungan.
-
Adanya / berulangnya infeksi.
2. Pemeriksaan Diagnostik
•
Sinar X
: peningkatan tanda bronkovaskuler.
•
Tes fungsi paru
:
untuk
menentukan
penyebab
dispnea, dan untuk mengevaluasi efek terapi. untuk mengevaluasi fungsi paru,
menetapkan luas dan beratnya penyakit.
•
GDA : memperkirakan progresi proses penyakit kronis,
misalnya : penggunaan O2, penggunaan CO2 normal / meningkat
•
Sputum : kultur untuk menetukan adanya infeksi,
keganasan, / alergi.
•
EKG : disritmia arterial, peninggian gelombang penyakit
pada lead II, III, AVF.
III.
MASALAH / DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas inefektif b/d akumulasi secret.
5
6. 2. Perubahan suhu tubuh / hipertermi b/d proses infeksi.
3. Pola nafas inefektif b/d obstruksi jalan nafas, G3 ventilasi.
4. Nutrisi kurangdari kebutuhan b/d intake menurun, anureksia.
5. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik.
6. Resiko tinggi defisit volume cairan b/d mual, muntah, peningkatan evaporasi.
IV.
INVENSI KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas inefektif b/d akumulasi secret.
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan
R/:
Takipnea,
pernapasan
dangkal
sering
terjadi
karena
adanya
ketidaknyamanan pada dinding dada
2. Auskultasi area paru, catat adanya bunyi nafas ronkhi
R/:Bunyi bronkhi terdengar pada inspirasi/ ekspirasi pada respon terhadap
pengumpulan cairan,secret kental, dan spasme jalan nafas.
3. Lakukan section sesuai indikasi
R/:Merangsang batuk / pembersihan jalan nafas seacra mekanik pada pasien
yang tidak mampu melakukan karena batuk tidak efektif.
4. Berikan posisi nyaman (semi fowler/ failer)
R/:Membantu
membersihkan
ekspansi paru
dan menurunkan
upaya
pernafasan.
5. Berikan caiarn yang hangat
R/: Untuk mengencerkan secret dan mobilisasi pengeluaran secret.
6. Kolaborasi untuk pemberian obat mukoliti, expectorant
R/: Memudahkan pengenceran secret dan mobilisasi secret.
2. Perubahan suhu tubuh / hipertermi b/d proses infeksi.
1.
Kaji adanya keluhan / tanda-tanda peningkatan suhu tubuh.
R/: Peningkatan suhu tubuh akan menunjukkan berbagai gejala seperti mata
merah, dll
2.
Observasi suhu tubuh
R/: Untuk mengetahui perubahan suhu tubuh
3.
Beri kompres air hangat pada dahi
6
7. R/: Merangasang hipotalamus ke pusat pengatur suhu
4.
Anjurkan minum banyak
R/: Meningkatkan ekskresi sehingga panas dapat keluar melaui urine
5.
Kolaborasi pemberian obat antibiotik dan antipiretik
R/: Menghambat aktivitas kuman dan merangsang termoreseptor sehuingga
tidak terjadi pembengkakan suhu badan.
3. Pola nafas inefektif b/d obstruksi jalan nafas, G3 ventilasi.
1.
Pantau frekuensi, kedalaman pernafasan
R/:Untuk mencegah pernafasan dangkal sering terjadi karena adanya
ketidaknyamanan pada diding dada.
2.
Angkat kepla tempat tidur sesuai aturanya, posisi miring sesuai indikasi.
R/:Untuk memudahkan ekspansi paru / ventilasi paru dan menurunkan adanya
lidah jatuh yang menyumbat jalan nafas.
3.
Anjurkan pasien utnuk melakukan nafas dalam yang efektif.
R/: Mencegah / menurunkan atelektasis
4.
Pantau pasien dari penggunaan obat-obat depresan, pernafasan seperti
sedatif.
R/: Dapat meningkatkan gangguan / komplikasi pernafasan
5.
Kolaborasi dengan memberikan oksigen.
R/: Memaksimalkan oksigen pada darah arteri dan membantu dalam
pencegahan hipoksia.
4. Nutrisi kurangdari kebutuhan b/d intake menurun, anureksia.
1.
Identifikasi faktor menimbulkankan ketidakseleraan.
R/:Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah.
2.
Timbang berat badan setiap hari.
R/:Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan intervensi
3.
Tingkatkan kenyamanan lingkungan saat makan
R/:Perbaikan lingkungan dan sosialisasi waktu makan dapat meningkatkan
pemasukkan
4.
Berikan makanan dalam jumlah kecil.
7
8. R/:Meningkatkan proses pencernaan dan frekuensi terhadap nutrisi yang
diberikan.
5.
Kolaborasi untuk penberian obat / vitamin.
R/:Meningkatkan selera makan.
5. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik.
1.
Kaji keadaan umum klien
R/:Mengetahui perkembangan klien
2.
Tekankan pentingnya mengikuti terapi evaluasi medik
R/:Periode penyembuhan lama memerlukan pengawasan ketat untuk
mencegah kekambuahan.
3.
Tingkatkan tirah baring
R/:Agar energi tidak banyak dihabiskan dan menambah kelemahan fisik.
4.
Bantu penuhi kebutuhan anak
R/:Mengurangi
terjadinya
aktivitas
yang
berlebihan
yang
dapat
meningkatakan metabolisme tubuh.
5.
Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi
R/:Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan.
6. Resiko tinggi defisit volume cairan b/d mual, muntah, peningkatan evaporasi
1.
Evaluasi tingkat kecemasan orang tua
R/: Kecemasan orang tua dapat mempengaruhi keadaan anak secara
psikologis.
2.
Berikan info tentang proses penyakit dan antisipasi tindakannya.
R/: Mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan kecemasan.
3.
Dorong orang tua anak menyatakan perasaan
R/: Membuat hubungan terapeutik, membantu mengidentifikasi masalah yang
dapat menyebabkan stress
4.
Bantu orang tua belajar mekanisme koping baru
R/:Belajar cara untuk mengatasi masalah dapat membanatu dalam
menurunkan stress.
8
9. PATOFISIOLOGI
]
Virus
Kelainan imunologis
Bronkhitis akut
Rokok
Infeksi
Polusi
Bronchitis kronik
Pengeluaran zat pirogen
Peradangan bronkus
Merangsang hipotamus
Anterior
Hiprsekresi
Set point berubah
Aktivitas kelenjar mensekresi lender
Respon menggigil
Produksi sekret meningkat
Reaksi peningkatan suhu
Tubuh
Akumulasi sekret pada saluran nafas
Hipertermi
Bersihan jalan nafas inefektif
Perubahan status
Kesehatan
Jalur aferen saraf simpatis
Info tidak adekuat
Rangsang medulla oblongata
Pola koping inefektif
Kecemasan orang tua
batuk
Obstruksi jalan nafas
G3 ventilasi
Pola nafas tidak efektif
Tranpor O2 ke jaringan terganggu
Suplai O2 menurun
Peningkatan tekanan Intraabdumen
Energi metabolisme menurun
Penekanan pada gaster
Kelemahan fisik
Rangsang pada saraf
Aferens ss
Diteruskan bilateral Medulla
Intoleransi aktifitas
Kompensasi paru
Untuk peningkatan
Masukan O2
Peningkatan frekuensi nafas
Ditransmisikan saraf Cranial V, VII, X, XII
9
10. Timbul rangsangan Mual / muntah
Kesulitan menelan
Anoresia
Intake menurun/
Kurang
10
Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh