1. BAB II
TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM IMUNITAS : HIV-AIDS
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang
menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang
embrane lama dapat menyebabkan AIDS. Sedangkan AIDS sendiri adalah
suatu sindroma penyakit yang muncul secara kompleks dalam waktu
embrane lama karena penurunan 1embra kekebalan tubuh yang disebabkan
oleh infeksi HIV.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sindroma yang
menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab
yang diketahui untuk dapat menerangkan terjadinya defisiensi tersebut
sepertii keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah
dikenal dan sebagainya (Rampengan & Laurentz ,1997).
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak 1embra
kekebalan tubuh manusia (H. JH. Wartono, 1999).
AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya 1embra
kekebalan tubuh (dr. JH. Syahlan, SKM. Dkk, 1997).
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan
berbagai gejala penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan
2. oleh infeksi virus HIV tersebut. Infeksi virus HIV secara perlahan
menyebabkan tubuh kehilangan kekebalannya oleh karenanya berbagai
penyakit akan mudah masuk ke dalam tubuh. Akibatnya penyakit-penyakit
yang tadinya tidak berbahaya akan menjadi bahaya bagi tubuh.
2. Etiologi
Penyebab AIDS adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) yakni
sejenis virus RNA yang tergolong retrovirus. Dasar utama penyakit infeksi
HIV ialah berkurangnya jenis sel darah putih (Limfosit T helper) yang
mengandung marker CD4 (Sel T4). Limfosit T4 mempunyai pusat dan sel
utama yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam
menginduksi kebanyakan fungsi-fungsi kekebalan, sehingga kelainan-
kelainan fungsional pada sel T4 akan menimbulkan tanda-tanda gangguan
respon kekebalan tubuh. Setelah HIV memasuki tubuh seseorang, HIV dapat
diperoleh dari lifosit terutama limfosit T4, monosit, sel glia, makrofag dan
cairan otak penderita AIDS.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak
ada gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu
likes illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak
ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat
malam hari, BB menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati,
lesi mulut.
3. 5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama
kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada
berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun
wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
1. Lelaki homoseksual atau biseks.
2. Orang yang ketagian obat intravena
3. Partner seks dari penderita AIDS
4. Penerima darah atau produk darah (3embrane3).
5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
1. Macam Infeksi HIV
Atas dasar interaksi HIV dengan respon imun pejamu, infeksi HIV dibagi
menjadi tiga Tahap :
1. Tahap dini, fase akut, ditandai oleh viremia transien, masuk ke dalam
jaringan limfoid, terjadi penurunan sementara dari CD4+ sel T diikuti
serokonversi dan pengaturan replikasi virus dengan dihasilkannya CD8+
sel T antivirus. Secara klinis merupakan penyakit akut yang sembuh
sendiri dengan nyeri tenggorok, mialgia non-spesifik, dan meningitis
3embran. Keseimbangan klinis dan jumlah CD4+ sel T menjadi normal
terjadi dalam waktu 6-12 minggu.
2. Tahap menengah, fase kronik, berupa keadaan laten secara klinis dengan
replikasi. Virus yang rendah khususnya di jaringan limfoid dan hitungan
CD4+ secara perlahan menurun. Penderita dapat mengalami pembesaran
kelenjar limfe yang luas tanpa gejala yang jelas. Tahap ini dapat
mencapai beberapa tahun. Pada akhir tahap ini terjadi demam, kemerahan
4. kulit, kelelahan, dan viremia. Tahap kronik dapat berakhir antara 7-10
tahun.
3. Tahap akhir, fase krisis, ditandai dengan menurunnya pertahanan tubuh
penderita secara cepat berupa rendahnya jumlah CD4+, penurunan berat
badan, diare, infeksi oportunistik, dan keganasan sekunder. Tahap ini
umumnya dikenal sebagai AIDS. Petunjuk dari CDC di Amerika Serikat
menganggap semua orang dengan infeksi HIV dan jumlah sel T CD4+
kurang dari 200 sel/µl sebagai AIDS, meskipun gambaran klinis belum
terlihat. ( Robbins,1998).
3. Klasifikasi
Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan
indicator AIDS (kategori C) dan orang yang termasuk didalam kategori A
atau B dianggap menderita AIDS.
Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan
infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat
dipastikan tanpa keadaan dalam kategori klinis B dan C
1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.
2. Limpanodenopati generalisata yang persisten ( PGI : Persistent
Generalized Limpanodenophaty )
3. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) primer akut dengan
sakit yang menyertai atau riwayat infeksi Human Immunodeficiency
Virus (HIV) yang akut.
4. Kategori Klinis B
Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :
1. Angiomatosis Baksilaris
5. 2. Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya
jelek terhadap terapi
3. Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )
4. Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5o C ) atau diare lebih dari 1
bulan.
5. Leukoplakial yang berambut
6. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada
lebih dari satu dermaton saraf.
7. Idiopatik Trombositopenik Purpura
8. Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii
9. Kategori Klinis C
Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :
1. Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus
2. Kanker serviks inpasif
3. Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata
4. Kriptokokosis ekstrapulmoner
5. Kriptosporidosis internal kronis
6. Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe )
7. Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan )
8. Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus
(HIV)
9. Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis )
10. Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner )
11. Isoproasis intestinal yang kronis
12. Sarkoma Kaposi
13. Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak
6. 14. Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata /
ekstrapulmoner
15. M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner )
16. Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner
17. Pneumonia Pneumocystic Cranii
18. Pneumonia Rekuren
19. Leukoenselophaty 6embrane66 progresiva
20. Septikemia salmonella yang rekuren
21. Toksoplamosis otak
22. Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV)
4. Patofisiologi
Menginfeksi limfosit T4 dan monosit. Partikel-2 HIV bebas yang
dilepas dari sel yang terinfeksi dpt berikatan dgn sel lain yang tidak
terinfeksi. Segera setalah masuk kedlm sel, enzim dalam kompleks
6embrane66ein menjadi aktif dan dimulailah siklus reproduksi. Limfosit
T, monosit/makrofag adalah sel pertama yang terinfeksi. Besar
kemungkinan bahwa sel dendritik berperan dalam penyebabaran HIV
dalam jaringan limfoid fungsi sel dendritik menangkap antigen dalam
epitel lalu masuk melalui kontak antar sel.
Dalam beberapa hari jumlah virus dalam kelenjar berlipat ganda dan
mengakibatkan viremia. Pada saat itu jumlah virus dalam darah infeksi
akut. Viremia menyebabkan virus menyebar diseluruh tubuh dan
menginfeksi selT, monosit maupun makrofag dlm jaringan limfoid
perifer. Sistem 6embra spesifik akan berupaya mengendalikan infeksi
yang 6embra dari menurunnya kadar viremia. Setelah infeksi akut,
7. berlangsung fase kedua dimana kelenjar getah bening dan limfa
merupakan tempat replikasi virus dan dekstruksi jaringan secara terus
menerus fase laten.
Destruksi sel T dlm jaringan limfoid terus berlangsung sehingga
jumlah sel T makin lama makin menurun (jml sel T dlm jaringan limfoid
90 % dari jml sel T diseluruh tubuh). Selama masa kronik progresif,m
respon imun thdp infeksi lain akan meransang produksi HIV dan
mempercepat dekstruksi sel T, selanjutnya penyakit bertambah progresif
dan mencapai fase letal yang disebut AIDS.
1. Viremis meningkat 7embran karena karena replikasi virus di bagian
lain dalam tubuh meningkat pasien menderita infeksi oportunistik,
cacheksia, keganasan dan degenerasi susunan saraf pusat.
2. Kehilangan limfosit Th menyebabkan pasien peka thdp berbagai jenis
infeksi dan menunjukkan respon immune yang inefektif thdp virud
onkogenik.Masa inkubasi diperkirakan bervariasi → 2 – 5 tahun
5. Tanda dan gejala
Adanya HIV dalam tubuh seseorang tidak dapat dilihat dari
penampilan luar. Orang yang terinfeksi tidak akan menunjukan gejala
apapun dalam jangka waktu yang 7embrane lama (±7-10 tahun) setelah
tertular HIV. Masa ini disebut masa laten. Orang tersebut masih tetap
sehat dan 7emb bekerja sebagaimana biasanya walaupun darahnya
mengandung HIV. Masa inilah yang mengkhawatirkan bagi kesehatan
masyarakat, karena orang terinfeksi secara tidak disadari dapat
menularkan kepada yang lainnya. Dari masa laten kemudian masuk ke
keadaan AIDS dengan gejala sebagai berikut:
8. Gejala Mayor:
1. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
5. Demensia/ HIV ensefalopati
Gejala Minor:
1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
2. Dermatitis generalisata
3. Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang
4. Kandidias orofaringeal
5. Herpes simpleks kronis progresif
6. Limfadenopati generalisata
7. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
8. Retinitis virus sitomegalo
Ada beberapa Tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul
gejala AIDS:
1. Tahap 1: Periode Jendela
1. HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody
terhadap HIV dalam darah
2. Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa
sehat
3. Test HIV belum 8emb mendeteksi keberadaan virus ini
4. Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu –
6 bulan
9. 2. Tahap 2: HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun:
1. HIV berkembang biak dalam tubuh
2. Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan
merasa sehat
3. Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena
telah terbentuk antibody terhadap HIV
4. Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya
tahan tubuhnya (rata-rata 8 tahun (di 9embra berkembang lebih
pendek)
3. Tahap 3: HIV Positif (muncul gejala)
1. Sistem kekebalan tubuh semakin turun
2. Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya:
pembengkakan kelenjar limfa di seluruh tubuh, diare terus
menerus, flu, dll
3. Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya
tahan tubuhnya
2. Tahap 4: AIDS
1. Kondisi 9embra kekebalan tubuh sangat lemah
2. Berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah
6. Manajemen Medik
Belum ada penyembuhan bagi AIDS, sehingga pencegahan infeksi
HIV perlu dilakukan. Pencegahan berarti tdk kontak dgn cairan tubuh
yang tercemar HIV.
1. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
10. Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan
infeksi opurtunistik,nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian
infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan
komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien
dilingkungan perawatan kritis.
2. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT
yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim
pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah
sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500
mm3
3. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system
imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai
reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
1. Didanosine
2. Ribavirin
3. Diedoxycytidine
4. Recombinant CD 4 dapat larut
4. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut
seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat
11. menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian
untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-
makanan sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-
obatan yang mengganggu fungsi imun.
Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T
dan mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
7. Komplikasi
1. Penyakit paru-paru utama
Pneumonia pneumocystis (PCP) jarang dijumpai pada orang sehat yang
memiliki kekebalan tubuhyang baik, tetapi umumnya dijumpai pada
orang yang terinfeksi HIV.Penyebab penyakit ini adalah fungi
Pneumocystis jirovecii. Sebelum adanya diagnosis, perawatan,
dantindakan pencegahan rutin yang efektif di negara-negara Barat,
penyakit iniumumnya segera menyebabkan kematian.
Tuberkulosis(TBC) merupakan infeksi unik di antara infeksi-infeksi
lainnya yang terkaitHIV, karena dapat ditularkan kepada orang yang sehat
(imunokompeten) melalui rute pernapasan (respirasi).
2. Penyakit saluran pencernaan utama
Esofagitis adalah peradangan pada kerongkongan (esofagus), yaitu jalur
makanan dari mulut ke lambung. Pada individu yang terinfeksi HIV,
penyakit ini terjadi karena infeksi jamur (jamur kandidiasis) atau virus
(herpes simpleks-1 atauvirus sitomegalo).
12. Diare kronis yang tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV dapat terjadi
karena berbagai penyebab; antara lain infeksi bakteri dan parasit yang
umum (seperti Salmonella, Shigella, Listeria, Kampilobakter , dan
Escherichia coli), serta infeksi oportunistik yang tidak umum dan virus
(sepertikriptosporidiosis, mikrosporidiosis, Mycobacterium avium
complex, dan virus sitomegalo (CMV) yang merupakan penyebab
kolitis).
3. Penyakit syaraf dan kejiwaan utama
Infeksi HIV dapat menimbulkan beragam kelainan tingkah laku karena
gangguan pada syaraf (neuropsychiatric sequelae), yang disebabkan oleh
infeksi organisma atas sistem syaraf yang telah menjadi rentan, atau
sebagai akibat langsung dari penyakit itu sendiri
4. Komplikasi saraf
Kelainan sistem saraf terkait AIDS mungkin secara langsung disebabkan
oleh HIV, oleh kanker dan infeksi oportunistik tertentu (penyakit yang
disebabkan oleh bakteri, jamur danvirus lain yang tidak akan berdampak
pada orang dengan sistem kekebalan yang sehat), atauefek toksik obat
yang dipakai untuk mengobati gejala. Kelainan saraf lain terkait AIDS
yangtidak diketahui penyebabnya mungkin dipengaruhi oleh virus tetapi
tidak sebagi penyebablangsung.
5. Kanker dan tumor ganas (malignan)
Pasien dengan infeksi HIV pada dasarnya memiliki resiko yang lebih
tinggi terhadapterjadinya beberapa kanker. Hal ini karena infeksi
olehvirus DNApenyebabmutasi genetik ; yaitu terutamavirus Epstein-
13. Barr (EBV), virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV), dan virus papiloma
manusia (HPV).
8. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
1. ELISA
2. Western blot
3. P24 antigen test
4. Kultur HIV
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.
1. Hematokrit
2. LED
3. CD4 limfositRasio CD4/CD limfosit
4. Serum mikroglobulin B2
5. Hemoglobulin
14. B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Pengumpulan data
a. Identitas
Nama : Sdr. R
Umur : 28 tahun
Jenis Kelaamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl Kartini 21, Sidoarjo
Tanggal MRS : 1 Desember 2004
Diagnosa Medis : HIV AIDS
b. Keluhan Utama
Pasien mengatakan demam dan diare terus menerus
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit sekarang
Sejak tanggal 15 November 2004 pasien mengeluh demam dan diare
kurang lebih 5x/hari dengan konsisten cair. Lalu dibawa ke dokter tapi
tidak kunjung sembuh, tetapi penyakitnya semakin parah sehingga pada
tanggal 1 desember 2004 pukul 08.00 dibawa ke rumah sakit dan
disarankan oleh Dokter untuk opname
2. Riwayat Penyakit Dahulu
15. Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit seperti saat ini,
jika sakit biasanya hany beberapa hari saja
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan dalam anggota keluarganya tidak ada yang memiliki
penyakit menular ( hepatitis, TBC ) dan penyakit menurun ( Asma ).
d. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola Persepsi dan Tatalaksana hidup Sehat
Penderita sebelum sakit mengatakan memeiliki kebiasaan merokok 2
pak/hari, minum minuman keras dan memakai obat-obatan terlarang
tapi sudah berhenti setahun yang lalu. Pasien mengerti tentang arti
kesehatan, jika sakit biasanya pasien membeli obat yang dijual bebas
di warung.
2. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Sebelum sakit klien mengatakan makan seperti biasa teratur yitu
3x/hari dengan komposisi nasi, lauk, sayur, pasien selau
menghabiskan porsi makan 1 piring, minum 4-5 gelas/hari. Saat sakit
pasien mengatakan tidak selera makan , hanya menghabiskan ¼ porsi
saja dengan komposisi nasi, lauk, sayur., karena mulutnya terasa tebal
dan pasien selau berak. Pasien minum 4 gelas/hari. BB sebelum MRS
65 kg kg, saat MRs menjadi 53 kg.
3. Pola Aktifitas
16. Sebelum MRS aktifitas pasien adalah bekerja sebagai pegawai swata,
pasien tidak pernah berolah raga. Saat MRS aktivitassehari-hari
pasien berkurang karena sakit, aktivitasnya dibantu oleh keluarga.
4. Pola Eliminasi
Sebelum MRS pasie BAB ix/hari tiap pagi dengan konsistensi lunak,
warna kuning tengguli, BAK 4-5x/hari dengan warna kuning jernih.
Saat MRS pasien BAB lebih dari 5x/hari dengan konsistensi cair,
warna kuning, BAK 4x/hari dengan warna kuning.
5. Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum MRS pasien mengatakan biasanya tidur 6-7 jam/hari, tidak
pernah tidur siang. Saat MRS pasien tidur 4-5 jam/hari, sering
terbangun karena suhu tubuh terasa panas dan perut terasa sakit
6. Pola Sensori Kognitif
Pasien tidak mengalami gangguan pada kelima pancainderanya,
pasien mengerti tentng penyaklitnya
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Pasien mengatakan cemas dan takut terhadp penyakitnya. Pasien malu
dengan keadaannya , pasien sering melamun dan pandangan kosong.
8. Pola Hubungan dan Peran
Saat sakit hubungan pasin dengan keluarga tetap harmonis terbukti
orang tua, serta familynya tetap menjaga pasien di Rs. Pasien anak ke
2 dari 4 bersauara
17. 9. Pola Reproduksi dan Seksual
Pasien berjenis kelami laki-laki, berumur 28 tahun dan belum
menikah.
10. Pola Penanggulangan Stres
Pasien mengatakan apabila mempunyai masalah lebih sering
diselesaikan sendiri.
10. Pola Tata nilai dan Kepercayaan
Pasien beragama Islam dan jarang melakukan ibadah.
e. Pemerisaan Fisik
1. Keadaan Umum
Pasien lemah, GCS 4 5 6, T= 150/100 mmhg, S= 38 c, RR= 25x/mnt,
N= 95x/mnt.
2. Kulit, rambut, kuku
Kul;it sawo matang, turgor kulit jelek, terdapat tato pada lengan kiri
atas, rambut warna hitam lurus, kuku bersih.
3. Kepala dan Leher
Pada kepala tidak terdapat adanya benjolan. Lrher di temukan
pembesaran kelenjar limfe.
4. Mata
Mata cekung, konjungtiva anemis, sclera tidak icterus.
5. Telinga, Hidung, mulut, Tenggorokan
Telinga bentuk simetris, kebersihan cukup, hidung bentuk simetris,
tidak ada polip, kebersihan mulut kurang, terdapat jamur disekitar
mulut, tenggorokan tidak ada nyeri tekan,
18. 3. Dada dan Thorak
Inspeksi bentuk simetris, palpasi pergerakan daa kanan dan
kiriseirama, perkusi sonor, auskultasi tidak terdapat suara
tambahan.
4. Abdomen
Inspeksi tidak terdapat acites, palpasi terdapat nyeri tekan,
auskultasi peningkatan peristaltic usu 38x/mnt, perkusi kembung.
5. Sistem Respirasi
Tidak adanya pergerakan cuping hidung, tidak ada otot Bantu
pernafasan, tidak terdapat suara nafas tambahan.
6. Sistem Urogenital
Tidak terpasang kateter, tidak ada nyeri waktu BAK
7. Sistem Extremitas
Akral hangat, tidak ada gangguan pad pergerakan.
f. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 4 Desember 2004
1. Hemoglobin : 7,5 gr/dl (13,4 – 17,7 )
2. Rasio Limfosit T4,T8 : 0,9 ( I,5 )
3. Limfosit T4 : 400/mm ( 600 –2400/mm )
4. Globulin Gama Serum : 4,6 (2,6 – 3,6 )
2. Analisa Data
Dari pengkajian diatas kemudian dikelompokkan sehingga didapatkan
suatu masalah sebagai berikut:
19. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. Data subjektif:
Pasien mengatakan badannya
terasa lemas.
Data objektif:
Suhu tubuh meningkat, S = 38 c
Demam Gangguan
rasa
nyaman
2. Data Subjektif
Pasien mengeluh sering BAB
Data Objektif
BAB frekuensi 5x/hari,
konsistensi cair, warna kuning,
Bising usus 38x/mnt, perut
kembung, terdapat nyeri tekan,
BB turun (I=65 kg) (II= 53 kg),
porsi makan habis ¼ dari yang
disediakan.
Out Put
yang
berlebihan
Perubahan
Nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
3. Data Subjektif
Pasien mengatakan cemas dan
takut pada penyakirtnya
Data Obyektif
Penyakit
yang
diderita
Kecemasa
n
20. Pasaien malu denagan
keadaanya, sering melamun dan
pandangan kosong, TD =
150/100
4. Data Subyektif
Pasien mengatakan mulutnya
terasa tebal
Data Obyektif
Kebersihan mulut kurang,
terdapat jamur disekitar mulut
Penurunan
Sistem
Imun
Resiko
terhadap
perubahan
membran
mukosa
2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguaaan rasa nyaman berhubungan dengan demam, ditandai
dengan suhu tubuh meningkat,S = 38c
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
out put yang berlebihan ditandai dengan BAB 5x/hari, konsistensi cair
warna kuning, terdapat nyeri tekan, perut kembung,bising usus
38x/menit,porsi makan habis ¼ dari yang disediakan, BB (I=65 kg)
(II=53 kg)
3. Kecemasan berhubungan dengan penyakitnya ditandai dengan pasien
cemas,dan takut, sering melamun dan pandangan mata kosong.
4. Resiko terhadap perubahan mukosa oral berhubungan dengan
penurunan system imun ditandai dengan kebersihan mulut kurang,
terdapat jamur disekitar mulut.
21. 3. Perencanaan
3. Diagnosa Keperawatan Pertama
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
out put yang berlebihan ditandai dengan diare 5x/hari konsistensi cair
warna kuning, terdapat nyeri tekan, perut kembung, bising usus
meningkat 38x/menit, porsi makan habis ¼ dari yang disediakan, BB
menurun (I=65kg) (II=53kg)
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dalam waktu 2x24 jam
Kriteria Hasil :
1. Porsi makan yang disediakan habis
2. Peristaltik Usus dapat kembali normal (5-35x/menit)
3. Pasien dapat BAB dengan normal 1-2x/hari
4. BB mengalami peningkatan min 1 kg
Rencana Tindakan :
1. Catat intake dan out put yang adekuat
2. Timbang BB tiap hari bila perlu
3. Dorong penderita untuk makan sesuai dengan diet TKTP sedikit
tapi sering
4. Kolaborasi dengan ahli Gizi untuk membantu peningkatan BB
Rasional
1. Membantu perawatan yang tepat untuk mengurangi over hidrasi
2. Merupakan indicator untuk mengetahui status gizi
3. Diet yang tepat merupakan hal yang tepat dalam proses
penyembuhan
4. Peningkatan gizi perlu dilakukan untuk mempertahankan BB
22. 4. Diagnosa Keperawatan Kedua
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan demam ditandai dengan
Pasien lemah, suhu tubuh meningkat S= 38 c
Tujuan :
Demam berkurang atau suhu tubuh kembali normal dalam waktu 1x24
jam setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil :
2. Demam berkurang atau hilang
3. Pasien tampak rileks
4. Suhu kembali normal 37 c
Rencana Tindakan :
1. Kaji tentang penyebab Demam
2. Beri penjelasan pasien tentang penyebab demam
3. Berikan posisi yang nyaman
4. Lakukan kolaborasi dengan tim Medis dalam hal pengobatan
Rasional :
1. Untuk mengetahui tindakan yang akan dilakukan
2. Dengan memberikan penjelasan diharapkan pasien tidak merasa
cemas
3. Diharapkan dapat memberikan kenyamanan pada pasien
4. Dengan melakukan kolaborasi dengan tim medis diharapkan
dapat mengurangi atau menghilangkan demam
4. Implementasi dan Evaluasi
1. Diagnosa Keperawatan pertama
Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
out put yang berlebihanditandai dengan diare 5x/hari konsistensi cair,
23. warna kuning, terdapat nyrio tekan, perut kembung, bising usus
meningkat 38x/menitporsi makan habis ¼ dari yang disedfiakan, BB
(I=65kg) (II=53kg).
Pelaksanaan tanggal 3 Desember 2004
1. Memberikan penjelasan tentang pentingnya nutrisi dan sebab
gangguan pada saluran pencernaan
Respon : Pasien mengerti dan sangat kooperatif
2. Memberikan diet TKTP dengan porsi sedikit tapi sering
Respon : Pasien dapat menghabiskan ½ porsi
3. Melakukan observasi dan catat mengenai pemasukan makanan
Respon : Pasien sangat kooperatif
2. Diagnosa Keperawatan Kedua
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan demam ditandai dengan
pasien lemah, suhu meningkat S= 38 c
Pelaksanaan tanggal 3 Desember 2004
1. Mengkaji penyabab demam
Respon : Pasien kooperatif
2. Memberi penjelasan kepada pasien tentang penyebab demam
Respon :Pasien mengangguk pertanda setujudan mengerti tentang
apa yang disampaikan peawat
3. Memberikan posisi yang nyaman.
Respon : Pasin mengatakan lebih nyaman
4. Melakukan instruksi dokter dalam pengobatan
Respon : Pasien mau dilakukan tindakan dan sangat kooperatif
24. KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Marilah kita panjatkan puji syukur kehadiraj Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah kita diberikan nikmat kesehatan hingga
sampai sekarang ini. Dan tak lupa pula shalawat serta salam kita haturkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Serta para sahabat-sahabat-Nya,
pengikut-pegikutnya hingga akhir zaman. Dimana yang telah mengajarkan iman dan
islam kepada kita, sehingga kita dapat menikmati indahnya keimanan dan Islam.
Dengan penuh rasa syukur kami ucapkan karena dapat menyelesaikan tugas
KMB I ini, yang diberikan oleh dosen SAAD ABDUH, S.Kep. M.Kes, kepada kami
sebagai tugas dalam mengikuti proses pembelajaran mata kuliah KMB I. Dalam
penulisan dan penyusuan kata-kata pada tugas ini masih banyak kesalahan penulisan,
untuk itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pambaca demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan
datang.
Akhir kata semoga Makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Raha,12 september 2012
Penulis,
25. DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................ 1
C. Rumusan Masalah ............................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN GANGGUAN SISTEM IMUNITAS : HIV-AIDS
A. Konsep Dasar..................................................................... 3
1. Pengertian .................................................................... 3
2. Etiologi......................................................................... 4
3. Klasifikasi .................................................................... 6
4. Patofisiologi.................................................................. 8
5. Tanda dan Gejala.......................................................... 9
26. 6. Manajemen Medik........................................................ 11
7. Komplikasi ................................................................... 13
8. Pemeriksaan Diagnostik ............................................... 15
B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan............... 16
1. Pengkajian.................................................................... 16
2. Diagnosa Keperawatan ............................................... 22
3. Perencanaan ................................................................. 23
4. Implementasi dan Evaluasi .......................................... 24
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ........................................................................ 26
B. Saran .................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA
27. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan
gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV ( Human Immuno Deficiency
Virus ) yang akan mudah menular dan mematikan. Virus tersebut merusak sistem
kekebalan tubuh manusia, dengan berakibat yang bersangkutan kehilangan daya
tahan tubuhnya, sehingga mudah terinfeksi dan meninggal karena berbagai
penyakit infeksi kanker dan lain-lain.
Sampai saat ini belum ditemukan vaksin pencegahan atau obat untuk
penyembuhannya. Jangka waktu antara terkena infeksi dan munculnya gejala
penyakit pada orang dewasa memakan waktu rata-rata 5-7 tahun.
Selama kurun waktu tersebut walaupun masih tampak sehat, secara sadar
maupun tidak pengidap HIV dapat menularkan virusnya pada orang lain.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi HIV/AIDS
2. Untuk mengetahui etiologi HIV/AIDS
3. Untuk mengetahui patofisiologi HIV/AIDS
4. Untuk mengetahui Klasifikasi HIV/AIDS
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala HIV/AIDS
6. Untuk mengetahui komplikasi HIV/AIDS
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik HIV/AIDS
8. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan HIV/AIDS
28. 9. Untuk mengetahui penganganan HIV/AIDS
C. Batasan Masalah
Batasan masalah pada makalah ini ,kami membatasi hanya pada HIV-AIDS
dan asuhan keperawatannya saja.
29. BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV. Virus masuk kedalam tubuh
manusia melalui perantara darah, semen, dan secret vagina. Sebagian besar
penularan terjadi melalui hubungan seksual. Infeksi HIV memberikan gambaran
klinik yang tidak spesifik dengan spectrum yang lebar, mulai dari infeksi tanpa
gejala pada stadium awal sampai pada gejala-gejala yang berat pada stadium
lanjut.
B. Saran
Diharapkan karena sampai saat ini belum diketahui vaksin atau obat yang
efektif untuk pencegahan atau penyembuhan AIDS. Sehingga untuk menghindari
dari terinfeksi HIV dan menekan penyebarannya cara yang utama adalah
tindakan pencegahan melalui perubahan perilaku.
31. TUGAS : Kebutahan Medikal Bedah I
DOSEN : SAAD ABDUH, S.Kep. M.Kes
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM IMUNITAS : HIV-AIDS
Disusun Oleh :
Kelompok 2 Putra
1. LA GOLO
4. RAHMAT RIADI HAWA
7. BATHAMIN
10. ANDI SARMA
13. WARGA ALFOZAN
2. SARMAN
5. ZAINAL
8. JAINUDDIN
11. ANDRIADIN SURADI
14. LM. YASIR
3. EDDY SIHRUN
6. NYOMAN SUDIARJANE
9. LA SARI
12. LD. SAFARUDIN
15.RAHMAN RAHIM
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
2012